Mohon tunggu...
Wiwin Hariansyah
Wiwin Hariansyah Mohon Tunggu... Guru - Profesi saya adalah seorang guru

Nama saya wiwin hariansyah saya adalah seorang guru di salah satu SD Negeri di kecamatan Kisam Tinggi Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan Provinsi Sumatera Selatan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dan lingkungan Sekolah Berpengaruh Terhadap Kinerja Guru

16 November 2023   17:10 Diperbarui: 16 November 2023   17:14 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

1. Pendahuluan

Pendidikan diartikan sebagai kebutuhan mutlak yang harus dikembangkan karena pendidikan merupakan landasan untuk memajukan bangsa. Sesuai dengan tujuan nasional, pendidikan yang baik harus dikelola secara tertib, teratur, dan berdaya guna sehingga menghasilkan sesuatu yang mampu mempercepat peradaban bangsa yang terutama didasarkan pada terciptanya kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan pendidikan nasional kita itu sendiri.

Sunarya menyatakan dalam (1) bahwa pendidikan nasional merupakan suatu sistem yang berdiri atas dasar dan dijiwai oleh falsafah kehidupan. Tujuannya untuk membantu kepentingan dan cita-cita nasional. Juga untuk mengembangkan potensi peserta didik menjadi manusia baik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Kemudian, mempunyai akhlak mulia, sehat, berpengetahuan luas, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Pendidikan merupakan hal yang esensial dalam pengembangan sumber daya manusia. Guru sebagai pendidik tentunya mempunyai tanggung jawab yang besar dalam melaksanakan tugas tersebut. Sebagai pendidik, guru merupakan salah satu faktor penentu dalam peningkatan mutu pendidikan di sekolah. Karena itu, Guru harus meningkatkan kinerjanya dalam melaksanakan tugasnya karena pendidikan di masa depan memerlukan keterampilan profesional pendidikan yang berkualitas. Kinerja profesional guru bisa menjadi angin segar bagi kesuksesan dunia masa depan. 

Kinerja yang baik telah menjalankan unsur-unsur mendasar yang terdiri dari loyalitas dan komitmen yang tinggi, terkait tugas mengajar, pemahaman dan pengembangan materi pembelajaran, serta kedisiplinan dalam mengajar. Selain itu, guru juga harus memiliki kreativitas dalam mengajar dan berkolaborasi dengan seluruh warga sekolah. Kepemimpinan mereka akan menjadi teladan bagi para siswa. Guru juga harus mempunyai kepribadian yang baik, jujur, dan obyektif dalam membimbing peserta didik serta bertanggung jawab dalam melaksanakan tugasnya. Membahas permasalahan terkait kualitas kinerja guru tidak lepas dari pencapaian hasil pembelajaran. Hal ini dikarenakan kinerja guru sangat menentukan keberhasilan proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Tujuan pendidikan dapat tercapai dan terwujud dari hasil belajar siswa yang baik, sehingga dapat menghasilkan lulusan yang berkualitas. Kinerja guru menjadi kunci yang harus dibenahi. Kinerja adalah penampakan kegiatan kerja yang ditandai dengan keluwesan gerak, irama, dan ketertiban kerja menurut prosedur untuk mencapai hasil yang memenuhi mutu, kecepatan, dan kuantitas yang dipersyaratkan. Sejalan dengan itu, Smith mengatakan bahwa kinerja adalah “proses yang menghasilkan keluaran, baik oleh manusia atau bukan.” Jadi kinerja adalah hasil atau keluaran dari suatu proses.

[2] Lebih lanjut dikatakan bahwa kinerja adalah “suatu yang berkesinambungan proses komunikasi yang dilakukan melalui kemitraan antara guru dan siswa.” Proses komunikasi yang baik antara guru dan siswa serta kepala sekolah dan guru dalam proses pembelajaran dapat mempercepat pemahaman siswa terhadap materi guru. sistem yang memberi nilai tambah bagi sekolah untuk meningkatkan kualitas siswa dalam belajar. Sedangkan [3] mengatakan bahwa kinerja adalah “hasil yang diperoleh berdasarkan tugas/fungsi tertentu dalam periode tertentu”. Dengan demikian, kinerja dapat diartikan sebagai hasil usaha guru yang dicapai kemampuan dan tindakannya dalam situasi tertentu. Hal ini menjadi harapan semua pihak, namun kenyataan di lapangan menunjukkan masih ada sebagian guru yang kinerjanya belum maksimal. Banyak guru yang belum bekerja secara maksimal. Dari observasi awal penulis melalui wawancara kepada kepala sekolah dan pengawas sekolah dasar di Kecamatan Kisam Tinggi ditemukan bahwa masih terdapat guru yang mengajar tanpa membuat RPP, belum memanfaatkan fasilitas pengajaran yang ada secara maksimal, dan lain sebagainya. Menurut [4], kinerja guru yang tidak maksimal, kedisiplinan, dan gejala negatif lainnya. Kondisi ini tentu tidak kondusif bagi kemajuan sekolah, padahal kinerja guru merupakan sasaran penting dalam pengelolaan sumber
daya manusia. Hal ini secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi produktivitas kerja. Kinerja guru memang merupakan sesuatu yang kompleks dan melibatkan berbagai faktor.

Sejalan dengan itu, [5] hubungan mereka dengan organisasi. Berbagai upaya dilakukan untuk meningkatkan kinerja guru, antara lain dengan meningkatkan profesionalisme guru melalui gaya kepemimpinan kepala sekolah, seminar, kursus atau pendidikan formal tinggi, serta pembinaan dan pengembangan untuk mendukung pembelajaran yang efektif. Dalam pelaksanaannya kita menuntut keahlian pengembang kompetensi guru dan memperhatikan berbagai faktor yang mempengaruhi kinerja seorang guru.

Kepemimpinan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja guru karena berhasil atau tidaknya suatu organisasi, sebagian ditentukan oleh kualitas kepemimpinan. Menurut Sutisna dalam [6] menjelaskan kepemimpinan adalah proses mempengaruhi aktivitas seseorang atau kelompok untuk mencapai tujuan dalam situasi tertentu. Jadi dapat diartikan bahwa kepemimpinan adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh individu untuk mempengaruhi dan memberikan arahan kepada individu atau kelompok lain dalam suatu organisasi tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Kepemimpinan merupakan salah satu faktor utama dalam kehidupan organisasi yang memegang peranan penting.

Menurut Thoha dalam (2012), menjelaskan gaya kepemimpinan adalah suatu norma perilaku yang digunakan seseorang untuk mempengaruhi perilaku orang lain sebagaimana yang dilihatnya. Jadi bisa diartikan gaya kepemimpinan adalah suatu cara yang digunakan seorang pemimpin dalam mempengaruhi bawahannya. Dalam hal ini, kepala sekolah akan dapat membedakan antara suatu organisasi dengan organisasi lainnya. Gaya kepemimpinan kepala sekolah dalam memimpin akan mempengaruhi kinerja guru. Kepemimpinan yang efektif dan tidak efektif merupakan hal terpenting yang harus dipahami oleh seorang kepala sekolah dalam
memimpin suatu organisasi atau kelompok. Pemahaman tentang gaya kepemimpinan akan meningkatkan pemahaman seorang kepala sekolah terhadap dirinya dan mengetahui potensi kelemahan dan kelebihannya. Hal ini dapat meningkatkan pemahaman tentang bagaimana memperlakukan bawahannya.

Berdasarkan observasi awal melalui wawancara penulis dengan dewan guru sekolah dasar di Kecamatan Kisam Tinggi ditemukan bahwa gaya kepemimpinan kepala sekolah berbeda-beda di setiap sekolah. Ditemukan juga informasi jika masih ada kepala sekolah yang tidak melibatkan guru dalam pengambilan kebijakan, mengabaikan kondisi guru yang mengajar, dan lain-lain. Hal ini tentu akan mempengaruhi kinerja guru di sekolah.

Selain gaya kepemimpinan kepala sekolah, salah satu hal yang dapat mempengaruhi kinerja guru adalah lingkungan sekolah itu sendiri. Niti semito berpendapat, “Suasana kerja adalah segala sesuatu yang ada di sekitar para pekerja yang dapat mempengaruhi mereka dalam melaksanakan tugas yang diberikan.” Pendapat lain mengatakan, “Lingkungan kerja merupakan faktor luar manusia dalam suatu organisasi, baik fisik maupun non fisik.

Faktor fisik tersebut antara lain peralatan kerja, suhu tempat kerja, kepadatan atau kepadatan, atau kebisingan, luas ruang kerja. Sedangkan non fisik meliputi hubungan kerja yang terjalin. Di lembaga antara atasan dan pembantu serta antar staf". Dari faktor diatas, maka dapat dikatakan bahwa lingkungan kerja dapat mempengaruhi pekerjaan yang dilakukan.

Kondisi lingkungan sekolah dasar di Kecamatan Kisam Tinggi tidak sama di setiap sekolah. Penulis mengetahui kondisi tersebut berdasarkan hasil observasi awal melalui wawancara dan observasi langsung di sekolah. Perbedaan nyata yang penulis temui pada saat observasi, misalnya perbedaan bangunan dan fasilitas penunjang pembelajaran. Kondisi ini diduga mempengaruhi kinerja guru di sekolah.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh lingkungan kerja dan motivasi kerja terhadap kinerja guru SMA di Kabupaten Muara Padang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif. Terdapat pengaruh positif dan
signifikan lingkungan kerja dan motivasi kerja terhadap kinerja guru SMA di Kabupaten Muara Padang. Oleh karena itu, hipotesis alternatif dalam menguji hipotesis 1, 2, dan 3 diterima; Penelitian yang dilakukan ini memiliki kesamaan pada variabel pengaruh lingkungan sekolah terhadap kinerja guru. Bedanya, penelitian ini hanya menguji pengaruh lingkungan sekolah terhadap kinerja guru, sedangkan penelitian yang dilakukan mengeksplorasi gaya kepemimpinan kepala sekolah. [7] Penelitian Manajemen Kepemimpinan pada Lembaga Pendidikan Islam menyimpulkan bahwa kepemimpinan lembaga pendidikan Islam diharapkan kreatif, inovatif, dan produktif demi keberlangsungan lembaga pendidikan tersebut.

2. Metode

Penelitian ini merupakan penelitian ex-post-facto, yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengkaji peristiwa-peristiwa yang telah terjadi sebelum dilakukan analisis. Peneliti hanya mengambil data dari lapangan yang ada. Subjek dalam penelitian ini adalah guru sekolah dasar yang berada di Kecamatan Kisam Tinggi. Berdasarkan observasi awal, jumlah guru sebanyak 172 orang. Seluruhnya tersebar di 19 SD di Kecamatan Kisam Tinggi.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Uji prasyarat yang harus dilakukan adalah uji linieritas yang digunakan untuk menguji apakah variabel terikat dan bebas mempunyai hubungan linier yang signifikan. Misalkan hubungan antara dua variabel adalah linier. Dalam hal ini kenaikan skor variabel X diikuti dengan kenaikan skor variabel X variabel Y. Hubungan ini diuji dengan menggunakan SPSS. Menurut [8] rumus tersebut digunakan untuk menguji linearitas.

Selanjutnya F hitung dikonsultasikan dengan harga F tabel dengan tingkat signifikansi 5%. Apabila nilai F hi variabel Y. Hubungan ini diuji dengan menggunakan SPSS. Menurut [8] rumus tersebut digunakan untuk menguji linearitas.tung < dari Ftabel maka kedua variabel mempunyai pengaruh linier. Sebaliknya jika F hitung> dari harga F tabel berarti kedua variabel mempunyai pengaruh yang tidak linier. Uji multikolinearitas diarahkan sebagai syarat untuk digunakannya analisis regresi berganda dalam penelitian ini. Uji multikolinearitas dilakukan dengan mengetahui besarnya interkorelasi variabel independen. Untuk menguji multikolinearitas menggunakan nilai Tolerance dan nilai VIF. Toleransi memproses variabel independen terpilih yang tidak diperjelas oleh variabel independen lainnya.

Kesimpulannya adalah membandingkan t hitung dengan t tabel. Uji ini digunakan untuk menerima atau menolak hipotesis. Jika thitung lebih kecil dari t tabel dengan tingkat kesalahan 5% maka pengaruh variabel tersebut tidak signifikan atau hipotesis ditolak. Sebaliknya jika thitung lebih besar atau sama dengan ttabel pada tingkat signifikan 5% maka pengaruh variabel tersebut
signifikan atau hipotesis diterima. Peneliti menganalisis data dengan menggunakan regresi berganda untuk mengetahui kebenaran hipotesis 3 yaitu: pengaruh kualifikasi akademik dan motivasi kerja pendidik dan tenaga kependidikan terhadap mutu pelayanan akademik madrasah. Menurut Sugiyono (2019), analisis regresi berganda digunakan peneliti jika ingin memprediksi bagaimana jadinya variabel dependen ketika dua variabel independen dimanipulasi nilainya.

3. Hasil dan Pembahasan

Data hasil analisis regresi linier berganda variabel gaya kepemimpinan kepala sekolah (X1) dan lingkungan sekolah (X2) terhadap variabel kinerja guru (Y) dapat dilihat pada tabel berikut:

1. Hasil uji regresi linier X1, X2 terhadap Y

Perhitungan analisis regresi linier berganda menunjukkan persamaan garis regresi adalah: Y' = 22,350 +0,553 (X1) +0,246 (X2). yang berarti nilai konstanta kinerja guru sebesar 22,350 apabila tidak terjadi perubahan pada kedua variabel X1 dan X2. Nilai kinerja guru akan meningkat sebesar 0,553 setiap waktunya. Terdapat penambahan nilai sebesar 1 pada variabel gaya kepemimpinan dengan asumsi nilai variabel lingkungan sekolah tetap. Nilai kinerja guru juga akan meningkat sebesar 0,346 jika ada penambahan nilai 1 pada variabel lingkungan sekolah dengan asumsi nilai gaya kepemimpinan kepala sekolah tetap. Sedangkan data hasil analisis regresi (uji F) variabel gaya kepemimpinan kepala sekolah (X1) dan lingkungan sekolah (X2) secara bersama-sama terhadap variabel kinerja guru (Y). hasil perhitungan analisis regresi linier sederhana diperoleh skor R square sebesar nol koma lima ratus dua puluh lima yang berarti variabel gaya kepemimpinan kepala sekolah berpengaruh lima puluh dua koma lima persen terhadap variabel kinerja guru.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan “Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru SMK Negeri 11 Bandung”. Kesimpulan penelitian ini adalah: “Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara gaya kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru. Terdapat 17% guru dengan koefisien determinasi variabel gaya kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru. Hal ini menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan dapat mempengaruhi kinerja guru
sebesar tujuh belas persen dan faktor lain mempengaruhi delapan puluh tiga persen sisanya.Hanya saja dalam penelitian ini gaya kepemimpinan mempunyai pengaruh yang lebih besar terhadap kinerja guru di Kecamatan Kisam Tinggi. komponen yang dimiliki oleh kepala sekolah di Kecamatan Kisam Tinggi Secara keseluruhan berdasarkan kedua penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa gaya kepemimpinan berpengaruh terhadap kinerja guru.

Perhitungan analisis regresi linier sederhana diperoleh persamaan garis regresi adalah Y' = Tiga puluh tiga koma enam ratus tiga puluh ditambah nol koma tujuh ratus dua X. Artinya nilai kinerja guru adalah tiga puluh tiga koma enam ratus tiga puluh
jika ada tidak ada perubahan nilai kepemimpinan kekuatan utama. Sedangkan nilai koefisien B adalah nol koma tujuh ratus dua yang berarti setiap penambahan nilai 1 pada variabel gaya kepemimpinan kepala sekolah berarti nilai kinerja
guru akan meningkat sebesar nol koma tujuh ratus dua. Pada tabel tersebut, nilai t = Sebelas koma empat
ratus tujuh puluh satu dengan signifikan t nol koma nol nol nol. <nol koma nol lima, nilai t tabel dengan df = nk = seratus dua puluh satu dikurangi dua sama dengan seratus sembilan belas, maka t tabelnya adalah dua koma nol satu.

Oleh karena itu hipotesis berbunyi HO: tidak terdapat pengaruh positif dan signifikan antara gaya kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru dan ditolak. Hipotesis Ha: mengatakan adanya pengaruh positif dan signifikan antara gaya kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru diterima. Hal ini membuktikan adanya pengaruh positif dan signifikan antara gaya kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru.

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Hadi (2020) yang berjudul Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah Gaya dan Lingkungan Sekolah Terhadap Kinerja Guru. Terdapat pengaruh yang signifikan gaya kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru SDN di Sekolah Gugus 03 Kecamatan Bantaran Kabupaten Probolinggo.

Lingkungan sekolah dengan kinerja guru sekolah dasar di Kecamatan Kisam Tinggi. Perhitungan lingkungan sekolah terhadap kinerja guru SD di Kecamatan Kisam Tinggi dengan menggunakan korelasi product moment diperoleh nilai rX1Y sebesar
0,600. Hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai rX2Y lebih besar dari nilai r tabel yaitu sebesar 0,278. Dengan demikian terdapat pengaruh positif antara lingkungan sekolah terhadap kinerja guru sekolah dasar di Kecamatan Kisam Tinggi. Hasil analisis diperoleh skor R square sebesar 0,360 yang berarti variabel gaya kepemimpinan kepala sekolah memberikan pengaruh sebesar 36% terhadap variabel kinerja guru. Variabel lain di luar penelitian ini mempengaruhi sisanya sebesar 64%. Perhitungan analisis regresi linier sederhana yang diperoleh dari persamaan garis regresi adalah Y' = 43,296 + 0,591X1. Artinya nilai konstanta kinerja guru sebesar 43,296 jika nilai lingkungan sekolah tetap. Nilai kinerja guru akan meningkat sebesar 0,591 setiap ada penambahan nilai 1 pada variabel lingkungan kerja sekolah.

Berdasarkan nilai t hitung = 8,189 dengan signifikan t 0,000 < 0,05 maka nilai t tabel dengan df = nk = 121-2 = 119 diperoleh t tabel sebesar 0,67. Maka thitung > t-tabel. Oleh karena itu hipotesis berbunyi HO : tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara lingkungan sekolah terhadap kinerja guru dan ditolak. Hipotesis mengatakan bahwa Ha : diterima. Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara lingkungan sekolah terhadap kinerja guru. Hal ini membuktikan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara gaya kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru

4. Kesimpulan

Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara gaya kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru SD di Kecamatan Kisam Tinggi dengan nilai rX1Y sebesar 0,725 > r-tabel 0,178 maka terdapat pengaruh yang positif antara gaya kepemimpinan kepala. Sekolah terhadap Kinerja Guru Sekolah Dasar di Kecamatan Kisam Tinggi. Nilai R square sebesar 0,525 yang berarti gaya kepemimpinan kepala sekolah berpengaruh terhadap kinerja guru sebesar 52,5%. Pengaruh positif dan signifikan lingkungan sekolah terhadap kinerja guru dasar di Kecamatan Kisam Tinggi. Terdapat pengaruh positif antara kompetensi profesional terhadap kinerja guru SD di Kecamatan Kisam Tinggi. Dengan demikian terdapat pengaruh positif antara gaya kepemimpinan kepala sekolah dan lingkungan sekolah dengan kinerja guru SD di Kecamatan Kisam Tinggi. Analisis regresi berganda R square sebesar 0,564 yang berarti variabel gaya kepemimpinan kepala sekolah memberikan pengaruh sebesar 56,4% terhadap variabel kinerja guru. Variabel lain di luar penelitian ini mempengaruhi sisanya sebesar 43,6%.

REFERENSI
[1] Ihsan, F. (2013).Dasar-dasar Pendidikan. Jakarta:Rineka Cipta.
[2] Bacal, R. (2012).Manajemen kinerja Terjemahan Surya Dharma dan Yanuar Irawan, Penerbit Gramedia Pustaka.
[3] Bernardin, H., & John, R. (2010).Manajemen Sumber Daya Manusia. New York: McGraw-Hill
[4] Mardiyoko, T. (2013). “Kontribusi Kompetensi Profesional Guru dan Kreativitas Guru Terhadap Kinerja Guru dalam Pembelajaran Di SMP Negeri Kota Salatiga”.Teknologi Pendidikan. Jilid (1) : No.1, h. 83-92.
[5] Mathis., & Jackson. (2010).Manajemen Sumber Daya Manusia. Penterjemah Jimmy Sadeli dan Bayu Prawira Hie. Jakarta: PT. Salemba Empat.                                                                                                                                                                                                                                                [6] Mulyasa, E. (2012). Manajemen Berbasis Sekolah, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
[7] Husaini., & Fitria, H. (2019). “Manajemen Kepemimpinan pada LembagaPendidikan Islam. jurnal Manajemen, Kepemimpinan dan Supervisi
[8] Hadi, S. (2014).Penelitian Penelitian. Yogyakarta: BPFE

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun