Siapa yang tidak pernah mengalami penolakan atau diabaikan? Tentu semua orang pernah. Nah, ini juga merupakan salah satu hal yang membuat seseorang sering kali menunda-nunda untuk melakukan progres di dalam hidupnya.Â
Rasa takut terhadap penolakan dan diabaikan memupuk rasa takut dalam diri.
Adaptif Menuju Maladaptif
Kebanyakan dari kita akan melakukan upaya untuk "bertahan" dalam tantangan. Misalnya, saat sedang menganggur, kita mencoba untuk tetap sabar menghadapi penolakan dari perusahaan. Mencoba untuk tetap bisa beraktivitas. Namun, upaya bertahan ini kemudian menjadi berlanjut menjadi sebuah upaya yang merugikan karena terlalu nyaman dengan keadaan "bertahan".
Trauma
Hampir sama dengan menghindari konflik, adanya trauma atas segala kegagalan atau rasa tidak nyaman menghadapi tantangan membuat seorang individu lebih condong untuk menahan diri dan menutup diri dari hal-hal yang sebetulnya dapat membawanya pada kesuksesan.
Bagaimana Menghindari Self-Sabotage?
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan apabila seseorang telah menyadari bahwa hal-hal yang dilakukan atau pikiran yang ada dalam kepalanya merupakan bentuk dari self-sabotage. Hal ini mungkin dapat membantu untuk bisa kembali pada kebiasaan baik dan mencapai target.
Mengetahui kelebihan diri
Sering kali individu yang melakukan self-sabotage ini merasakan bahwa dirinya tidak dapat memperoleh pencapaian yang sukses. Oleh karena itu, ia mengundur segala sesuatu yang harus dilakukan karena merasa tidak akan dapat melakukannya dengan maksimal.
Oleh karena itu, hal terbaik yang bisa dilakukan adalah mengetahui kelebihan diri sendiri. Ini dapat membantu kita mencintai diri sendiri dan lebih menaruh perhatian pada hal-hal yang perlu dicapai.
Mengetahui skala prioritas
Susunlah kembali skala prioritas. Hal apa yang akan dilakukan dan yang paling penting. Bukan tidak mungkin untuk melakukan self-care atau menghibur diri. Namun, sebaiknya pisahkan mana yang menjadi prioritas dan bersifat hiburan. Susunlah jadwal keseharian. Buatlah target harian, bulanan, hingga tahunan.
Ini dapat dijadikan alat ukur, seberapa besar niatmu agar semua tujuan tercapai. Jangan sampai target ini disusun dengan melihat pencapaian orang lain dan justru menjadi toxic. Susun skala prioritas yang membawa perkembangan pada diri sendiri.
Sudah saatnya kita menyadari apa saja tindakan self-sabotage yang telah kita lakukan? Terlalu banyak binge watching padahal ada buku bermanfaat yang bisa dibaca. Terlalu sering bermain game, padahal ada skripsi yang harus diselesaikan. Terlalu banyak tiduran, padahal ada laporan kerja yang harus disusun.