Mohon tunggu...
Wiwin Zein
Wiwin Zein Mohon Tunggu... Freelancer - Wisdom Lover

Tinggal di Cianjur

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Orang yang Dirindukan Rasulullah saw, Siapa Mereka?

16 September 2024   16:28 Diperbarui: 16 September 2024   18:09 323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tanggal 16 September 2024 bertepatan dengan tanggal 12 Rabiul Awal 1446 Hijriyah. Tanggal 12 Rabiul Awal dipercaya oleh banyak pihak berdasarkan pendapat ahli sejarah merupakan hari dilahirkannya nabi akhir zaman, nabi terakhir, yakni Rasulullah Muhammad saw.

Sedangkan dalam hitungan tahun Masehi, Nabi Muhammad saw diperkirakan lahir pada bulan April tahun 571.

Nabi Muhammad saw diangkat jadi nabi dan rasul pada usia 40 tahun. Dengan demikian beliau diangkat jadi nabi dan rasul sekira tahun 610 Masehi.

Nabi Muhammad saw menyampaikan risalah kenabiannya selama 23 tahun. Sebab di usia 63 tahun beliau wafat, dipanggil oleh Sang Maha Pencipta. Beliau wafat pada tahun 632 Masehi.

Mungkin ada pertanyaan, jika Nabi Muhammad saw lahir pada tahun 571 Masehi dan wafat pada usia 63 tahun, berarti seharusnya beliau wafat pada tahun 634 Masehi? (571 + 63 = 634).

Ya benar jika perhitungan usia beliau berdasarkan tahun Masehi. Hitungan usia 63 tahun Nabi saw itu berdasarkan tahun Hijriyah, bukan Masehi. Sebab ada selisih antara tahun Masehi dan Hijriyah, sekira 10 hari per tahun. Jadi jika perhitungan usia Nabi saw menggunakan Tahun Masehi jadi lebih pendek.

Jika dihitung jarak dari wafatnya Nabi Muhammad saw sampai saat ini, tahun 2024, sekira 1.392 tahun. Hal itu jika dikonversi ke dalam hierarki keturunan dengan rata-rata usia 63 tahun misalnya, berarti jarak Nabi saw dengan kita sebanyak 22 generasi.

Hitungan 1.392 tahun atau 22 generasi itu bukan waktu yang sebentar. Itu waktu yang sudah sangat lama dan panjang.

Dengan demikian kita hidup terpisah jauh dari Sang Rasul. Kita termasuk umat yang "kurang beruntung" karena tidak pernah hidup bersama atau sekedar berjumpa dengan beliau.

Akan tetapi di sisi lain kita dan umat Islam lain yang beriman, yang memang tak sempat dan tak pernah bertemu dengan Rasulullah saw mendapat sebuah keistimewaan. Keistimewaan yang dimaksud adalah justru kita termasuk umat yang dirindukan dan dianggap saudara oleh beliau.

Hal itu sebagaimana disebutkan dalam salah satu hadits Nabi saw yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dengan sanad Anas bin Malik. Dalam hadits itu Nabi saw berkata di hadapan para sahabat bahwa beliau ingin sekali berjumpa dengan saudara-saudaranya.

Para sahabat waktu itu berkata. "Bukankah kami adalah saudara-saudaramu?"

Waktu itu Rasulullah saw menjawab, "Kalian adalah para sahabatku".

Nabi kemudian mengatakan, "Saudara-saudaraku adalah orang-orang yang beriman kepadaku walau pun belum pernah berjumpa denganku".

Dalam hadits di atas Nabi atau Rasulullah saw dengan sangat jelas merindukan umatnya yang beriman, yang memang belum pernah berjumpa dengan beliau. Selain dirindukan,  umatnya yang beriman itu diaku beliau sebagai saudara. Sungguh sebuah keistimewaan dan anugerah yang besar.

Pertanyaannya, apakah kita ini benar-benar sebagai orang yang beriman sehingga layak dirindukan dan diaku beliau sebagai saudara? Terus, apakah kita juga merindukan beliau atau tidak? Dalam hal ini mari kita instrospeksi dan bertanya kepada diri kita masing-masing.

Sejauh mana kita telah beriman kepada Allah Swt. dan kepada Rasulullah saw? Sejauh mana kita telah menaati dan meneladani beliau?

Jangan-jangan kita malah tidak memiliki rasa rindu sama sekali kepada Rasulullah saw. Jangan-jangan kita tidak beriman kepada beliau. Jangan-jangan kita jangankan mengikuti, sebaliknya malah benci atau tidak suka dengan apa yang beliau lakukan.  

Jika seperti itu apakah kita layak dirindukan oleh Rasulullah saw? Hati kita sendiri yang bisa menjawabnya.

#Maulid Nabi 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun