Hal itu sebagaimana disebutkan dalam salah satu hadits Nabi saw yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dengan sanad Anas bin Malik. Dalam hadits itu Nabi saw berkata di hadapan para sahabat bahwa beliau ingin sekali berjumpa dengan saudara-saudaranya.
Para sahabat waktu itu berkata. "Bukankah kami adalah saudara-saudaramu?"
Waktu itu Rasulullah saw menjawab, "Kalian adalah para sahabatku".
Nabi kemudian mengatakan, "Saudara-saudaraku adalah orang-orang yang beriman kepadaku walau pun belum pernah berjumpa denganku".
Dalam hadits di atas Nabi atau Rasulullah saw dengan sangat jelas merindukan umatnya yang beriman, yang memang belum pernah berjumpa dengan beliau. Selain dirindukan, Â umatnya yang beriman itu diaku beliau sebagai saudara. Sungguh sebuah keistimewaan dan anugerah yang besar.
Pertanyaannya, apakah kita ini benar-benar sebagai orang yang beriman sehingga layak dirindukan dan diaku beliau sebagai saudara? Terus, apakah kita juga merindukan beliau atau tidak? Dalam hal ini mari kita instrospeksi dan bertanya kepada diri kita masing-masing.
Sejauh mana kita telah beriman kepada Allah Swt. dan kepada Rasulullah saw? Sejauh mana kita telah menaati dan meneladani beliau?
Jangan-jangan kita malah tidak memiliki rasa rindu sama sekali kepada Rasulullah saw. Jangan-jangan kita tidak beriman kepada beliau. Jangan-jangan kita jangankan mengikuti, sebaliknya malah benci atau tidak suka dengan apa yang beliau lakukan. Â
Jika seperti itu apakah kita layak dirindukan oleh Rasulullah saw? Hati kita sendiri yang bisa menjawabnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H