Mohon tunggu...
Wiwin Zein
Wiwin Zein Mohon Tunggu... Freelancer - Wisdom Lover

Tinggal di Cianjur

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Lowongan Kerja jadi Salah Satu Modus Kejahatan TPPO

14 September 2024   09:43 Diperbarui: 14 September 2024   19:24 379
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ILUSTRASI Kejahatan TPPO | Kompas.com

Bagi para pencari kerja yang sangat menginginkan pekerjaan, adanya informasi lowongan kerja ibaratnya sebuah oase. Apalagi lowongan kerja tersebut merupakan pekerjaan yang sangat diinginkan atau sangat diminati.

Karenanya tak heran ketika ada lowongan kerja, apalagi dengan iming-iming gaji besar, pencari kerja sangat antusias. Kadang mereka mengenyampingkan logika dan akal sehat. Mereka seringkali tidak bisa berpikir panjang, yang penting dapat pekerjaan dan tentunya dapat penghasilan yang diharapkan.

Kondisi seperti itu yang seringkali dijadikan celah dan dimanfaatkan oleh banyak oknum untuk melakukan berbagai bentuk tindak kejahatan. Seperti penipuan, pemerasaan, pemerkosaan, bahkan tindak pidana penjualan orang (TPPO).

Cerita adanya pencari kerja yang kena tipu bukanlah barang baru. Cerita adanya pencari kerja yang diperas atau diperkosa juga merupakan cerita lama. Termasuk pencari kerja yang diperjualbelikan ke luar negeri atau di dalam negeri sendiri sudah banyak terjadi.

Itu semua merupakan sesuatu yang miris dan ironis. Para pencari kerja ingin keluar dari masalah hidupnya, tapi malah mendapatkan masalah lain yang semakin membebani hidupnya.

Lowongan Kerja dan TPPO

Lowongan kerja memang sudah lama jadi modus bagi para pelaku kriminal melakukan TPPO. Tapi saat ini TPPO dengan modus lowongan kerja sepertinya semakin marak.

Sebab "lowongan kerja" yang bisa dijadikan modus melakukan TPPO saat ini semakin banyak dan luas. Terutama yang menyangkut "lowongan kerja" yang bersifat online.

Korban TPPO dengan sendirinya juga mengalami perluasan. Tidak hanya mereka yang "ndeso dan lugu", tapi juga mereka yang berpendidikan dan melek atau memiliki skill di bidang teknologi informasi.

"Lowongan kerja" yang dijadikan modus para pelaku kriminal melakukan TPPO biasanya adalah sebagai operator komputer, penginput data, atau operator media sosial di luar negeri dengan iming-iming gaji tinggi mencapai belasan, bahkan puluhan juta rupiah per bulan.

Bagi para pencari kerja yang sedang butuh pekerjaan dan dengan iming-iming gaji besar, siapa yang tidak tertarik? Apalagi dengan embel-embel pekerjaan yang akan dilakukan itu mudah dan menyenangkan.

Dengan demikian tidak mengherankan jika kemudian banyak para pencari kerja terjebak dan terperangkap, jadi korban TPPO.

Mereka yang jadi Korban TPPO kenyataannya dipekerjakan sebagai operator judi online, ponzi scheme, romance scam, WFH scheme, dan online scamming lainnya.

Para korban TPPO yang dipekerjakan untuk melakukan online scamming ini banyak "disalurkan" ke beberapa negara ASEAN. Terutama Kamboja, Myanmar, Thailand, dan Filipina.

Seperti beberapa hari yang lalu viral di media sosial, ada 5 warga Sukabumi, Jawa Barat terjebak dan terperangkap di suatu "perusahaan" di Myanmar. Mereka disekap dan dipekerjakan sebagai admin slot atau admin judi online. Mereka berbicara dan kirim pesan agar bisa dipulangkan ke tanah air.

Ternyata korban TPPO ini jumlahnya tidak sedikit. Dari Kamboja saja pada tahun 2023 lalu, Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi berhasil memulangkan 1.138 WNI yang jadi korban TPPO.

Tentu saja itu bukan jumlah semua TPPO yang ada di Kamboja. Sebab pasti masih banyak korban TPPO lain yang belum diketahui atau belum terdeteksi.

Itu juga baru di Kamboja. Belum lagi di Myanmar, Thailand, atau Filipina. Bisa jadi korban TPPO di sana juga jumlahnya tidak sedikit.

Sejumlah WNI yang diduga menjadi korban perdagangan manusia di Myanmar menyerukan pertolongan kepada pihak berwenang Indonesia. | Dok Rosa via BBC Indonesia
Sejumlah WNI yang diduga menjadi korban perdagangan manusia di Myanmar menyerukan pertolongan kepada pihak berwenang Indonesia. | Dok Rosa via BBC Indonesia

Menurut cerita banyak korban TPPO di Myanmar, Kamboja, atau Thailand, sangat mengerikan dan menyedihkan. Mereka dipekerjakan hampir 24 jam, diberi makan yang tidak layak, diancam, disiksa dengan cara dipukuli atau distrum, dan sebagainya.

Bahkan ada pula sebagian korban TPPO jadi korban penjualan organ tubuh manusia. Seperti yang terjadi kepada 122 WNI jadi korban jual ginjal di Kamboja pada tahun 2023 lalu.

Mereka diambil ginjalnya. Kemudian ginjal itu dijual kepada para penerima dari berbagai negara seperti China, India, Singapura, Malaysia, dan sebagainya.

Kejahatan TPPO ini memang sungguh mengerikan. Dengan demikian semua pihak, terutama para pencari kerja harus lebih berhati-hati dan waspada. Jangan sampai terjebak dan terperangkap jadi korban TPPO. Jangan sampai.

#Penipuan Lowongan Kerja

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun