Lotek dan karedok adalah dua jenis makanan tradisional khas Sunda, Jawa Barat. Lotek dan karedok cocok dinikmati di waktu siang hari dan dalam keadaan cuaca agak-agak gerah dan panas.
Menikmati lotek atau karedok dalam keadaan seperti itu akan terasa sangat pas dan menyegarkan. Rasa pedas lotek atau karedok membuat badan berkeringat dan membuat kepala menjadi plong.
Lotek dan karedok adalah warisan kuliner tradisional Sunda yang memiliki cita rasa gurih dan lezat. Bahan baku utama lotek dan karedok adalah sama, yakni sayuran.
Akan tetapi cara penyajiannya yang berbeda. Bahan baku lotek adalah sayuran yang sudah matang (direbus atau dikukus). Sedangkan bahan baku karedok adalah sayuran mentah.
Sayuran yang biasa dijadikan bahan baku lotek dan karedok pada umumnya adalah kol, kacang panjang, dan tauge. Jenis sayuran ini hampir selalu ada dalam setiap hidangan lotek dan karedok.
Selain sayuran tadi, untuk bahan baku lotek biasanya ada tambahan misalnya kangkung atau labu siam (tentu saja sudah direbus/dikukus, matang). Sedangkan untuk bahan baku karedok biasanya ada tambahan sayuran lain seperti leunca, terong, atau mentimun.
Kedua warisan kuliner Sunda itu juga sama-sama menggunakan bumbu utama, yakni kacang tanah yang dihaluskan atau saus kacang. Bedanya, lotek biasanya ditambahkan bumbu lain, yakni cikur (kencur). Sedangkan karedok biasanya ditambahkan bumbu berbeda, yakni daun kemangi.
Tak ada lotek dan karedok tanpa bumbu kacang. Begitu gambaran saking lekatnya dua makanan khas Sunda itu dengan bumbu kacang.
Ya, lotek dan karedok memang sangat lekat dengan bumbu kacang. Mungkin akan sangat aneh jika ada makanan disebut dengan nama lotek atau karedok tapi tanpa ada bumbu kacangnya. Â
Lotek yang merupakan kuliner tradisional khas Sunda memiliki kemiripan dengan beberapa makanan yang ada di daerah lain. Lotek mungkin mirip dengan gado-gado (makanan khas Betawi) dan pecel (makanan khas Jawa Tengah dan Jawa Timur).
Demikian pula karedok. Karedok yang merupakan kuliner tradisional khas Sunda memiliki kemiripan dengan beberapa makanan yang ada di daerah lain. Karedok mungkin mirip dengan trancam (makanan khas Jawa Tengah) dan asinan sayur (makanan khas Betawi).
Makna Filosofis Lotek dan Karedok bagi Masyarakat Sunda
Lotek dan karedok bukan hanya sekedar makanan tradisional bagi masyarakat Sunda. Lotek dan karedok juga mengandung filosofi dan makna yang dalam, yang mencerminkan kehidupan dan nilai-nilai budaya Sunda.
Lotek dan karedok mencerminkan kesederhanaan dan keharmonisan yang merupakan ciri khas masyarakat Sunda. Kesederhaan itu jelas terlihat dari cara menggunakan bahan-bahan yang mudah didapatkan dari sekitar dan cara penyajian yang praktis.
Lotek dan karedok membawa nilai-nilai tradisi dan budaya Sunda yang kuat. Kedua jenis kuliner itu merupakan contoh bagaimana masyarakat Sunda memanfaatkan bahan-bahan lokal untuk menciptakan hidangan yang sehat dan lezat.
Lotek dan karedok merupakan simbol dari pola hidup yang sehat. Penggunaan sayuran menunjukkan pentingnya menjaga kesehatan melalui pola makan yang seimbang dan alami.
Masyarakat Sunda dalam hal ini sangat menghargai alam dan memanfaatkan bahan-bahan alami untuk mendukung kesehatan mereka. Bahan-bahan alami yang menjadi bahan dasar lotek dan karedok tentu lebih sehat untuk dikonsumsi.
Dalam perspektif lain, lotek dan karedok menunjukkan bahwa masyarakat sunda memiliki hubungan yang kuat dengan alam. Sebab masyarakat Sunda menghargai kearifan lokal dan memanfaatkan hasil alam secara bijak.
Semua bahan lotek dan karedok bersumber dari alam. Mulai dari sayuran sampai bumbu yang digunakan, seperti kacang tanah, cabe rawit, kencur/kemangi, garam, dan gula merah.
Lotek dan karedok juga memiliki makna bahwa masyarakat Sunda itu adaptif dan fleksibel. Meskipun bahan dasar dan resepnya hampir sama, tapi setiap orang bisa menyesuaikan dengan selera dan ketersediaan bahan yang ada.
Itulah lotek dan karedok. Makanan khas Sunda yang tidak hanya lezat dan sehat, tapi juga memiliki makan filosofis yang cukup dalam. Â Â