Mohon tunggu...
Wiwin Zein
Wiwin Zein Mohon Tunggu... Freelancer - Wisdom Lover

Tinggal di Cianjur

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tips Agar Melempar Jumrah Aman dan Nyaman

16 Juni 2024   09:00 Diperbarui: 16 Juni 2024   09:06 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana di terowongan Mina yang cukup padat (Sumber: dokpri)

Mulai tanggal 10 sampai dengan tanggal 12 atau 13 Dzulhijjah jemaah haji diwajibkan untuk melempar jumrah. Tanggal 10 Dzulhijjah jemaah haji hanya wajib melempar satu jumrah, yakni Jumrah Aqabah saja.

Kemudian besoknya tanggal 11 sampai dengan tanggal 12 atau 13 Dzulhijjah, jemaah haji diwajibkan untuk melempar tiga jumrah. Ketiga jumrah tersebut adalah Jumrah Ula (Jumrah Sughra), Jumrah Wustha, dan Jumrah Aqabah (Jumrah Kubra).

Setiap melempar satu jumrah dilakukan sebanyak tujuh kali lemparan, menggunakan batu kerikil kecil seukuran biji kacang. Berarti jika melempar tiga jumrah dibutuhkan 21 batu kerikil kecil (3 jumrah x 7 batu).

Melempar jumrah termasuk salah satu wajib haji (bukan rukun haji). Wajib haji, jika tidak dilakukan tidak akan membatalkan ibadah haji, tapi wajib membayar dam (denda).

Tempat melempar jumrah adalah Jamarat. Jamarat terletak di sebelah timur kota Mekkah dan berjarak sekira tujuh kilometer. Sedangkan jarak Jamarat dari Mina kurang lebih 3,5 kilometer.

Untuk melakukan lempar jumrah, jemaah haji harus berjalan kaki terlebih dahulu dari Mina melalui terowongan Mina. Sebab posisi jemaah haji pada tanggal 10 sampai dengan tanggal 12 atau 13 Dzulhijjah itu memang sedang mabit di Mina.

Dengan demikian untuk bisa sampai ke Jamarat, jemaah haji membutuhkan perjuangan yang cukup berat dan upaya yang keras. Sebab jemaah haji harus berjalan kaki terlebih dahulu sepanjang 3,5 kilometer (pergi/berangkat saja). Kemudian jemaah haji harus berjalan kaki lagi sepanjang 3,5 kilometer (balik/pulang).

Suasana di terowongan Mina yang cukup padat (Sumber: dokpri)
Suasana di terowongan Mina yang cukup padat (Sumber: dokpri)

Berjalan kaki sejauh tujuh kilometer itu bukan sesuatu yang mudah. Terutama bagi mereka yang tidak terbiasa melakukan aktivitas berat, bagi mereka yang lansia (lanjut usia), atau bagi mereka yang sedang sakit.

Mencapai Jamarat, selain membutuhkan perjuangan yang cukup berat dan upaya yang keras juga cukup beresiko dari segi keamanan dan keselamatan bagi jemaah haji. Seperti beberapa tahun yang lalu, dulu pernah terjadi beberapa kali insiden atau tragedi "Terowongan Mina" yang menewaskan banyak orang.

Selain itu ancaman heatstroke, dehidrasi, dan kaki melepuh/lecet juga mengintai jemaah haji yang akan melaksanakan lempar jumrah di Jamarat.

Tapi tentu saja perjalanan menuju Jamarat melalui terowongan Mina jangan digambarkan sebagai "perjalanan yang berbahaya". Sebab potensi adanya ancaman keamanan atau kesehatan bisa diminimalisir atau bahkan dihilangkan.

Hal itu jika jemaah haji mengikuti atau melakukan beberapa tips berikut ini, sehingga perjalanan menuju Jamarat dan kegiatan melempar jumrah jadi aman dan nyaman.

Apa saja yang perlu dilakukan jemaah haji? Pertama, disiplin. Melempar jumrah biasanya sudah dijadwal oleh pihak maktab. Misalnya kloter sekian melontar jumrah tanggal 11 Dzulhijjah itu jam berapa sampai jam berapa.

Ini sepertinya sepele, tapi sesungguhnya tidak sepele. Sebab ketika jemaah haji tidak disiplin, tidak sesuai jadwal melempar jumrah, ada potensi ancaman keamanan di perjalanan menuju Jamarat atau di Jamarat itu sendiri.

Ketika jemaah haji banyak yang tidak disiplin, tidak sesuai jadwal melempar jumrah, dengan sendirinya akan terjadi penumpukkan jemaah haji di terowongan Mina atau di Jamarat sendiri.

Apabila sudah terjadi penumpukkan jemaah haji di terowongan Mina atau di Jamarat, maka potensi jemaah haji berdesak-desakan akan terjadi. Kalau sudah begitu mungkin saja ada jemaah yang "kehabisan nafas", terinjak-injak, dan sebagainya.

Jadi demi keamanan dan kenyamanan, semua jemaah haji hendaknya melakukan lempar jumrah sesuai jadwal yang telah ditetapkan oleh pihak maktab. Perihal jadwal tersebut biasanya disampaikan melalui petugas kloter.

Kedua, membawa air atau makanan kecil. Perjalanan menuju Jamarat itu cukup jauh. Dalam kondisi suhu yang panas orang akan mudah berkeringat dan lelah. Hal itu bisa menyebabkan jemaah haji berpotensi terkena serangan heatstroke dan dehidrasi.

Dalam perjalanan menuju Jamarat jemaah haji bisa sambil minum air sesering mungkin atau bisa sambil makan makanan kecil. Hal itu dilakukan agar cairan dan energi tubuh yang terbuang melalui keringat dan menempuh perjalanan jauh akan bisa segera tergantikan.

Lantai tiga menuju Jamarat (Sumber: dokpri)
Lantai tiga menuju Jamarat (Sumber: dokpri)

Ketiga, mengenakan APD (alat pelindung diri), terutama sandal, payung/topi, dan masker.

Jemaah haji sebaiknya memakai sandal yang nyaman dan aman di kaki. Jemaah haji bisa memakai sandal yang teksturnya lembut, sehingga ketika terjadi gesekan dengan kulit tidak menyebabkan lecet, luka, atau bahkan kaki melepuh.

Payung dan masker juga sangat diperlukan. Hal itu untuk mengurangi sengatan panas matahari langsung ke kulit, sehingga ancaman heatstroke bisa diminimalisir.

Khusus untuk memakai topi, ketika jemaah haji mau melempar jumrah tanggal 11-13 Dzulhijjah dibolehkan. Tetapi ketika jemaah haji mau melempar jumrah tanggal 10 Dzulhijjah itu tidak dibolehkan.

Mengapa? Sebab pada tanggal 10 Dzulhijjah tersebut jemaah haji masih mengenakan pakaian ihram dan masih ada dalam larangan ihram.

Itulah beberapa tips agar melempar jumrah yang termasuk wajib haji aman dan nyaman. Semoga bermanfaat.

#Cerita Haji 2024

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun