Armuzna, yakni Arafah-Muzdalifah-Mina adalah jalur prosesi puncak pelaksanaan ibadah haji. Arafah ibarat titik start dan Mina adalah finisnya.
Arafah terletak di arah tenggara dari kota Mekkah dan berjarak sekira 25 kilometer. Kemudian Muzdalifah juga berada di arah tenggara dari kota Mekkah, berjarak sekira 13 kilometer. Sedangkan Mina terletak di arah timur dari kota Mekkah dan berjarak sekira 12,5 kilometer.
Sementara itu jarak Arafah ke Muzdalifah sekira 10 kilometer. Jarak dari Muzdalifah ke Mina sekira 5 kilometer. Jadi jarak Arafah ke Mina sekira 15 kilometer.
Tanggal 9 Dzulhijjah semua jemaah haji melaksanakan wukuf di Arafah. Hal ini dimulai dari tergelincirnya matahari (waktu dhuhur) sampai tenggelamnya matahari (waktu maghrib).
Ketika wukuf, setelah mendengarkan khotbah wukuf dan melakukan salat dhuhur dan ashar (jamak dan qashar), jemaah haji bisa melakukan berbagai amalan seperti beristighfar, berzikir, berdoa, membaca al-Qur'an, atau melakukan tafakkur dan tadabbur.
Setelah wukuf, jemaah haji secara berangsur diangkut menggunakan bus menuju Muzdalifah. Di sana semua jemaah haji melakukan mabit (bermalam, berhenti).
Mabit di Muzdalifah dilakukan pada tanggal 10 Dzulhijjah. Mabit di Muzdalifah tidak harus dilakukan semalam suntuk. Menurut Imam Nawawi al-Bantani, mabit di Muzdalifah dilakukan cukup sesaat dari sebagian waktu setelah lewat tengah malam.
Menurut banyak pendapat, rukhsah (keringanan) mabit di Muzdalifah yang dilakukan hanya sebentar diperuntukkan bagi mereka yang memiliki uzur, seperti sakit, lanjut usia, atau dalam keadaan darurat (masyaqqah).
Dalam kaitan ini PPIH (Panitia Petugas Ibadah Haji) Arab Saudi mulai tahun ini menerapkan skema "Murur". Yakni jemaah haji tetap berada di bus masing-masing tidak turun di Muzdalifah. Bus hanya berhenti sebentar, kemudian langsung menuju Mina.
Bagi jemaah haji yang melakukan mabit di Muzdalifah dengan normal bisa melakukan berbagai amalan seperti ketika wukuf di Arafah. Yaitu beristighfar, berzikir, berdoa, membaca al-Qur'an, atau melakukan tafakkur dan tadabbur, ditambah dengan melakukan salat malam jika situasi dan kondisi memungkinkan.
Akan tetapi jangan sampai lupa, bagi jemaah haji yang belum melaksanakan kewajiban salat Maghrib dan Isya bisa melakukannya di Muzdalifah. Jangan sampai fokus melaksanakan prosesi puncak ibadah haji, tapi kewajiban salat lima waktu ditinggal.
Setelah mabit di Muzdalifah semua jemaah haji bergerak menuju Mina. Sebagian kecil atau sekelompok jemaah haji ada yang berjalan kaki dari Muzdalifah menuju Mina. Tapi hampir semua jemaah haji menggunakan bus dari Muzdalifah menuju Mina.
Sesampai di Mina, jemaah haji memasuki tenda masing-masing yang telah disediakan. Mereka bisa beristirahat, merapikan barang bawaan, dan setelah datang waktu salat subuh terus melaksanakan salat subuh.
Setelah terbit matahari pada tanggal 10 Dzulhijjah, yakni pada hari raya Idul Adha, jemaah haji melaksanakan lontar jumrah aqabah di Jamarat. Namun demi keamanan, ketertiban, dan kenyamanan, semua jemaah haji sebaiknya melaksanakan lontar jumrah aqabah sesuai jadwal yang telah disampaikan petugas kloter.
Ada juga sebagian jemaah haji yang melaksanakan lontar jumrah aqabah sebelum waktu subuh sesaat setelah tiba dari Muzdalifah. Ini memang dibolehkan, tapi jangan sampai memberatkan. Artinya jangan sampai jemaah haji mengalami kelelahan sehingga akhirnya jatuh sakit.
Setelah jemaah haji melaksanakan lontar jumrah aqabah kemudian melakukan tahallul, yakni memotong beberapa lembar atau beberapa helai rambut. Dengan begitu jemaah haji boleh mengganti pakaian ihram dengan pakaian biasa.
Besok harinya, yakni tanggal 11 Dzulhijjah sampai tanggal 13 Dzulhijjah jemaah haji melaksanakan lontar tiga jumrah, yakni jumrah ula, jumrah wustha, dan jumrah aqabah.
Setelah tanggal 13 Dzulhijjah jemaah haji kemudian meninggalkan Mina menuju Mekkah (Masjidil Haram) untuk melaksanakan tawaf ifadhah dan sa'i. Jemaah haji yang meninggalkan Mina menuju Mekkah tanggal 13 Dzulhijjah disebut dengan nafar tsani.Â
Namun ada juga jemaah haji yang melaksanakan lontar tiga jumrah, yakni jumrah ula, jumrah wustha, dan jumrah aqabah sampai tanggal 12 Dzulhijjah.
Setelah itu mereka kemudian meninggalkan Mina menuju Mekkah (Masjidil Haram) untuk melaksanakan tawaf ifadhah dan sa'i. Jemaah haji yang meninggalkan Mina menuju Mekkah pada tanggal 12 Dzulhijjah disebut dengan nafar awwal.
Itu merupakan SOP (Standar Operasional Prosedur) yang diterapkan oleh pemerintah Indonesia dalam pelaksanaan ibadah haji. Hal itu demi kenyamanan, keamanan, dan keselamatan jemaah haji sendiri.
Dalam hal ini ada sebagian jemaah haji yang "nakal". Setelah melaksanakan lontar jumrah aqabah mereka langsung menuju Mekkah dengan berjalan kaki untuk melaksanakan tawaf ifadhah dan sa'i.
Jemaah haji yang melaksanakan hal tersebut sangat beresiko. Sebab mereka harus berjalan di cuaca yang panas dan menempuh jarak yang cukup jauh, yakni 12,5 kilometer. Mereka beresiko terserang heatstroke, dehidrasi, dan kaki melepuh.
Itulah mengapa pemerintah Indonesia tidak menganjurkan melakukan tawaf ifadhah dan sa'i di luar jadwal yang telah ditentukan. Sebab hal itu akan membahayakan jemaah haji itu sendiri.
Armuzna sebagai jalur prosesi puncak pelaksanaan ibadah haji membutuhkan waktu 4-5 hari. Hal itu juga bjsa dipastikan akan cukup menguras stamina jemaah haji.
Dengan demikian jemaah haji jangan sampai melupakan beberapa hal ini. Pertama, harus makan makanan yang cukup memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh.Â
Kedua, jangan kurang minum. Minumlah sesering mungkin kendati tidak merasa haus.Â
Ketiga, cukup istirahat. Manfaatkan waktu yang ada, baik ketika di Arafah, Muzdalifah, atau Mina untuk beristirahat.
Itulah beberapa hal yang tidak boleh dilupakan oleh semua jemaah haji. Hal itu perlu diperhatikan agar pelaksanaan ibadah haji berjalan dengan baik, aman, dan nyaman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H