Tengok saja ketika Anies masih menjabat sebagai gubernur DKI Jakarta. Selain PSI, PDIP merupakan partai politik juga cukup getol dan agresif "menyerang" kebijakan-kebijakan Anies Baswedan.
Tapi politik itu sangat dinamis dan cair. Politik bisa berubah dalam sesaat tergantung kepentingan. Kawan bisa jadi lawan dan lawan bisa jadi kawan.
Perihal DPD PDIP DKI Jakarta berniat dan berminat mengusung Anies, hal itu terlihat dari surat rekomendasi yang disampaikan kepada DPP (Dewan Pimpinan Pusat) PDIP. Dalam surat rekomendasi tersebut ada beberapa nama yang diusulkan, termasuk Anies Baswedan.
Seandainya PDIP benar-benar memberikan dukungan kepada Anies Baswedan dan berkoalisi dengan PKB, maka syarat dukungan sudah lebih dari cukup. Sebab PDIP memperoleh 15 kursi di DPRD DKI Jakarta.
Tapi tentu saja dalam politik ada hitung-hitungannya. PDIP mendukung Anies tidak akan gratis. Menurut banyak kabar yang beredar, PDIP berkeinginan menduetkan Anies dengan kader PDIP sendiri, yakni mantan Panglima TNI Andika Perkasa.
Dengan demikian sudah ada dua wacana dan alternatif pasangan Anies Baswedan di Pilgub DKI Jakarta. Pertama pasangan Anies-Kaesang dan kedua pasangan Anies-Andika.
Itu baru awal. Pilgub DKI masih cukup jauh. Segala kemungkinan masih sangat mungkin bisa berubah. Bahkan perubahan dalam politik itu bukan lagi dalam hitungan bulan, minggu, atau hari. Perubahan dalam politik itu seringkali terjadi dalam hitungan menit dan detik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H