Mohon tunggu...
Wiwin Zein
Wiwin Zein Mohon Tunggu... Freelancer - Wisdom Lover

Tinggal di Cianjur

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Menjelang "Closing Date", Masjidil Haram Padat Jemaah Haji Sebaiknya Salat di Musala Hotel

8 Juni 2024   00:30 Diperbarui: 8 Juni 2024   13:09 357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kepadatan area Masjidil Haram menjelang closing Date (Sumber: dokpri)

Menurut RPH (Rencana Perjalanan Haji) 2024 yang dikeluarkan oleh Kementerian Agama RI, tanggal 10 Juni 2024 merupakan batas akhir alias Closing Date kedatangan jemaah haji Indonesia Gelombang II ke Bandara King Abdul Aziz Jeddah. Closing Date berakhir pada pukul 24.00 WAS (Waktu Arab Saudi).

Berarti pada tanggal 10 Juni 2024 tersebut semua jemaah haji Indonesia yang berjumlah 241.000 orang dipastikan sudah berada di Mekkah. Mereka bersiap untuk melakukan rangkaian ibadah haji.

Tidak hanya jemaah haji asal Indonesia, jemaah haji asal negara lain dari seluruh dunia pun pada tanggal 10 Juni 2024 tersebut sudah berada di Mekkah. Hal itu berarti ada lebih dari 2 juta orang jemaah haji yang berasal dari berbagai negara sudah berada di Mekkah dan siap pula untuk melakukan rangkaian ibadah haji.

Dengan telah berkumpulnya jemaah haji dari seluruh dunia di Mekkah tersebut akan berpengaruh kepada kondisi Masjidil Haram. Bisa dipastikan Masjidil Haram akan sangat padat.

Hal itu dikarenakan seluruh jemaah haji biasanya berdatangan ke Masjidil Haram ketika akan melaksanakan salat lima waktu. Selain itu mereka juga sekalian melaksanakan tawaf dan sa’i.

Kapasitas Masjidil Haram memang cukup banyak. Masjidil Haram mampu menampung sebanyak 2 juta orang jemaah haji. Tapi dengan kedatangan semua jemaah haji secara serentak membuat kondisi Masjidil Haram jadi sangat padat.

Kondisi Masjidil Haram yang sangat padat tersebut membuat jemaah haji yang akan melaksanakan salat harus harus berjuang keras mengakses pintu masuk. Nyaris di tiap pintu masuk jemaah haji mengantre dengan antrean yang cukup padat dan panjang.

Belum lagi jemaah haji harus berjuang keras rebutan bis di terminal ketika pulang dari Masjidil Haram. Dipastikan akan terjadi penumpukan jemaah haji di terminal.

Kepadatan jemaah haji (Sumber: dokpri)
Kepadatan jemaah haji (Sumber: dokpri)

Hal tersebut tentunya akan mempengaruhi stamina tubuh jemaah haji. Jemaah haji yang mengantre terlalu lama bisa jadi akan kelelahan.

Selain itu bisa pula jemaah haji mengalami dehidrasi atau bahkan terkena heatstroke, karena suhu dan cuaca di sekitar Masjidil Haram cukup ektrem, cukup panas.

Padahal jemaah haji harus bisa menghemat tenaga dan menjaga kondisi tubuh agar tetap bugar menjelang puncak pelaksanaan ibadah haji yang sudah sangat dekat. Sebab jika sudah Closing Date, berarti puncak pelaksanaan ibadah haji hanya tinggal dalam hitungan jari.

Dengan demikian, jika sudah Closing Date sebaiknya jemaah haji tidak memaksakan diri untuk melaksanakan salat fardhu di Masjidil Haram. Dalam hal ini jemaah haji bisa melaksanakan salat fardhu di musala-musala hotel atau di masjid-masjid yang ada di sekitar hotel.

Hal itu demi kenyamanan dan keamanan jemaah haji itu sendiri. Terutama agar stamina tubuh jemaah haji tetap terjaga, tetap bugar sehingga bisa melaksanakan ibadah haji dengan maksimal.

Ini sebuah pengalaman pribadi. Mungkin bisa dijadikan pelajaran oleh semua, oleh siapa pun.

Ilustrasi massa (jemaah haji) berdesak-desakan di dekat area Masjidil Haram (Sumber: dokpri)
Ilustrasi massa (jemaah haji) berdesak-desakan di dekat area Masjidil Haram (Sumber: dokpri)

Suatu waktu di hari jum’at setelah Closing Date. Saya bersama seorang teman bermaksud melaksanakan salat jum’at di Masjidil Haram. Hari itu adalah hari jum’at terakhir menjelang puncak pelaksanaan haji tanggal 8-13 Dzulhijjah.

Saya malah sudah berniat dan bertekad untuk melaksanakan salat jum’at di depan ka’bah. Sehingga tak ada jarak antara ka’bah dengan saya.

Singkat cerita, dua jam sebelum pelaksanaan salat jum’at kita berdua berangkat menuju Masjidil Haram. Bayangan saya jam segitu masih bisa leluasa masuk ke Masjidil Haram, karena waktu masih cukup lama dua jam lagi.

Namun apa yang terjadi. Saya dan teman boro-boro bisa salat jum’at di depan ka’bah, untuk masuk ke area Masjidil Haram saja sudah tidak bisa.

Para asykar yang menjaga area Masjidil Haram (Sumber: dokpri)
Para asykar yang menjaga area Masjidil Haram (Sumber: dokpri)

Jalan di area Tower Zam-zam dekat Masjidil Haram sudah diblokade dan dijaga oleh para asykar (penjaga keamanan). Hal itu membuat jemaah haji yang berada di sekitar jalan tersebut hanya bisa berdiri sambil berdesakan satu sama lain.

Jumlah jemaah haji yang berada di tempat itu sangat banyak. Dalam cuaca dan suhu yang sangat panas mereka berdesakan dan berharap bisa masuk ke area Masjidil Haram.

Namun apa daya, tak satu pun jemaah haji yang diperbolehkan dan bisa masuk ke area Masjidil Haram. Penjagaan malah semakin diperketat.

Dalam kondisi panas dan berdesakan seperti itu, saya sempat berpikir bahwa saya akan dipanggil Tuhan waktu itu. Sebab saya ingat peristiwa tragedi Mina yang memakan banyak korban akibat terjadi penumpukan massa dan berdesak-desakan.

Dalam kondisi yang cukup genting tersebut, allhamdulillah datang waktu salat jum’at. Setelah datang waktu salat jum’at yang ditandai oleh suara azan yang terdengar dari Masjidil Haram, massa tidak berdesak-desakan lagi dan dengan sendirinya berpencar mengambil tempat untuk melaksanakan salat jum’at di atas aspal.

Akan tetapi waktu itu saya masih bingung dan khawatir, sebab saya tidak membawa alas atau tikar untuk salat. Sementara posisi saat itu berada di atas aspal yang panas.

Dalam kondisi itu pertolongan Tuhan datang. Salah seorang asykar tanpa diduga tiba-tiba membawakan kardus bekas bungkus kulkas. Saya pun bisa salat jum’at di atas aspal dengan cukup “nyaman”. Tentunya betapa bersyukurnya saya waktu itu.

Saya, teman, dan jemaah haji lain sampai mengalami kejadian seperti tiada lain karena terlalu memaksakan untuk melaksanakan salat di Masjidil Haram setelah Closing Date yang menyebabkan kepadatan luar biasa. Padahal alangkah lebih baik jika melaksanakan salat fardhu di musala hotel atau masjid yang ada di sekitar hotel.

#Cerita Haji 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun