Mohon tunggu...
Wiwin Zein
Wiwin Zein Mohon Tunggu... Freelancer - Wisdom Lover

Tinggal di Cianjur

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Makanan "Kakaren" Lebaran Jangan Sampai Mubazir atau Tersia-siakan

12 April 2024   17:47 Diperbarui: 12 April 2024   19:44 2239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi aneka makanan lebaran (Sumber: kompas.com)

Tidak salah jika dikatakan bahwa hari lebaran adalah hari "mengoleksi makanan". Sebab hampir semua keluarga pasti mengumpulkan dan "mengoleksi makanan" untuk dan di hari lebaran.

Baik itu berupa aneka macam kue, mulai dari kue basah sampai kue kering. Bisa juga berupa aneka jenis hidangan makanan berat seperti ketupat, opor, rendang, gulai, sate, dan lain-lain.

Ya, untuk momen lebaran orang pada umumnya berupaya mengada-adakan makanan. Padahal mungkin saja makanan itu tidak terlalu diinginkan atau tidak terlalu diperlukan. Hanya untuk pelengkap dan hiasan meja makan atau meja di ruang tamu saja.

Hal itu terkait erat dengan tradisi dan gengsi. Bahwa untuk hari lebaran memang tradisinya memang mengada-adakan dan mengumpulkan makanan. Kalau tidak, maka gengsi diri dan keluarga dianggap bisa runtuh.

Jika tidak memiliki "koleksi makanan" yang cukup banyak, sebagian orang mungkin akan merasa malu dan merasa rendah diri. Lebih jauh lagi mungkin takut dikatakan orang yang tak mampu.

Setelah lewat hari lebaran semua makanan itu jadi "kakaren" lebaran. "Kakaren" adalah sebuah istilah yang ada dalam masyarakat Sunda. Artinya sisa makanan dari sebuah "kariaan" (pesta-pesta, kenduri, hajatan, dan lain-lain).

Kata "sisa makanan" mungkin mengandung konotasi negatif. Mungkin mayoritas orang akan memahami "sisa makanan" itu makanan yang tidak habis dimakan oleh seseorang kemudian ada sisanya dalam wadah.

Seperti orang yang makan satu piring nasi misalnya. Dikarenakan porsinya terlalu banyak, nasi itu tidak habis. Nah itulah "sisa makanan" yang banyak dipahami orang.

Padahal yang dimaksud dengan "kakaren" tidak seperti itu. Maksud "kakaren" yang sebenarnya adalah makanan yang tersisa, kendati makanan itu tidak telah dimakan oleh seseorang.

Seperti ada banyak kue dalam toples. Toples itu belum dibuka sama sekali dan kue yang ada di dalamnya belum ada yang memakannya satu orang pun. Setelah lewat hari lebaran kue-kue dalam toples yang masih utuh itu otomatis jadi "kakaren lebaran". Nah itulah yang dimaksud dengan "kakaren" yang sebenarnya.

Jadi "kakaren" itu lebih tepatnya mungkin bukan "sisa makanan", melainkan makanan yang tersisa dari sebuah pesta, hajatan, kenduri, dan lain-lain, termasuk lebaran.

Makanan "kakaren" lebaran saat ini dan beberapa hari ke depan di tiap keluarga bisa jadi masih cukup banyak. Kalau makanan "kakaren" lebaran itu berupa makanan kering mungkin tidak terlalu masalah. Akan tetapi jika makanan "kakaren" lebaran itu berupa makanan basah itu cukup masalah.

Hal itu dikarenakan makanan basah tidak cukup tahan lama, akan lebih cepat basi. Makanan basah  mungkin hanya mampu bertahan satu dua hari saja.

Untuk menghindari makanan "kakaren" lebaran jadi mubazir atau terbuang sia-sia, bahkan menjadi sampah, maka kita bisa memberikan makanan "kakaren" lebaran itu kepada orang yang membutuhkan sebelum makanan itu kadaluarsa atau basi.

Kita bisa memberikan makanan "kakaren" lebaran kepada pengemis, anak jalanan, pemulung, anak-anak, kerabat, atau kepada tetangga kita yang memang membutuhkan misalnya.  

Namun jangan sekali-kali kita memberikan makanan "kakaren" lebaran yang sudah kadaluarsa atau basi. Sebab hal itu sama saja dengan kita meracuni mereka.

Kita tentu bisa memperkirakan atau mengukur apakah makanan-makanan "kakaren" lebaran yang ada di rumah kita itu bisa kita makan sampai habis atau tidak. Nah untuk makanan-makanan "kakaren" lebaran yang kita perkirakan tak akan kita makan atau tidak akan habis kita makan, sebagian bisa kita bagi-bagikan.

Kita jangan pernah membiarkan makanan-makanan "kakaren" lebaran yang ada di rumah kita menjadi mubazir karena kadaluarsa atau basi. Sebab mubazir adalah perbuatan yang tidak baik dalam ajaran Islam.

Bahkan dalam Q.S, Al-Isra ayat 27 disebutkan bahwa orang yang berlaku mubazir itu adalah saudara setan. Sementara setan itu sangat ingkar kepada Tuhan.

Oleh karena itu jangan pernah membiarkan makanan "kakaren" lebaran jadi mubazir. Jangan pernah membiarkan makanan "kakaren" lebaran itu menjadi kadaluarsa, basi, busuk, atau dibiarkan begitu saja tidak dimanfaatkan.

Fungsikan apa pun, termasuk makanan "kakaren" lebaran jadi memiliki nilai manfaat. Baik bagi diri sendiri, keluarga, tetangga, teman, atau siapa saja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun