Itulah momen yang paling "menyiksa" bagi para anak-anak dari tradisi nganteuran. Â Sebab mereka harus menghantarkan makanan yang sudah di kemas dalam satu set rantang secara door to door kepada banyak keluarga. Bagi anak-anak itu kecil bukan hal yang ringan.
Bayangkan saja, dalam keadaan lapar berpuasa para anak-anak melihat dan mencium makanan yang enak dan harum menggoda. Itu merupakan "siksaan" pertama. Â
Kemudian dalam keadaan haus dan lemas para anak-anak harus membawa rantang makanan yang cukup berat bagi ukuran anak-anak. Itu "siksaan" yang kedua.
Selanjutnya dalam keadaan haus dan lemas pula para anak-anak harus membawa rantang dan berjalan cukup jauh mengunjungi tiap rumah. Kadang rumah yang dituju ada yang jaraknya sampai satu kilometer lebih. Itu "siksaan" yang ketiga.
Namun mau tidak mau para anak-anak harus mau. Sebab menurut ketentuan tidak tertulis, yang harus menghantarkan makanan itu harus anak-anak, bukan orang tua.
Hal itu secara tidak langsung dimaksudkan untuk mengajarkan anak-anak agar bisa bersosialisasi dengan kerabat atau tetangga mereka. Mereka bisa bersilaturahmi dan mengenal kerabat atau tetangga mereka.
Tradisi nganteuran memang merupakan tradisi yang baik. Sebab tradisi nganteuran adalah tradisi berbagi dengan orang lain. Berbagi dengan orang lain tentu merupakan hal yang baik dan terpuji.
Akan tetapi ada sisi negatif dari tradisi nganteuran ini. Apa itu? Oleh karena tradisi nganteuran biasanya dilakukan secara bersamaan, maka makanan yang dihantarkan jadi menumpuk dan mubazir. Ketika keluarga A menghantarkan makanan ke keluarga B atau C, maka keluarga B atau C juga akan melakukan hal yang sama.
Beda halnya jika tradisi nganteuran dilakukan tidak secara bersamaan. Makanan yang dihantarkan akan bisa dinikmati oleh keluarga yang menerima makanan itu. Seperti jika tradisi nganteuran dilakukan H min sepuluh hari menjelang lebaran misalnya.
Seiring dengan perkembangan zaman, kini tradisi nganteuran, yakni menghantar makanan berupa nasi dan lauk pauknya sudah tidak ada lagi di daerahku. Tapi sebagian bermetamorfosis dalam bentuk lain.
Kini orang-orang tidak lagi saling menghantar makanan berupa nasi dan lauk pauknya, tapi berganti saling menghantar makanan dalam bentuk lain. Seperti saling menghantar kue kaleng, paket kue-kue khas lebaran plus buah-buahan, atau bentuk lainnya.