Almarhum Cak Nur, seorang cendekiawan muslim Indonesia terkemuka pernah mengatakan bahwa perbuatan yang kita lakukan itu ibarat bola pantul. Baik atau buruk perbuatan itu akan "memantul", kembali kepada si pelaku perbuatan itu. Artinya setiap perbuatan akan ada balasannya sesuai dengan perbuatan itu.
Hal senada ada ungkapan populer dalam bahasa Sunda, "Lamun melak cabe bakal jadi cabe, lamun melak bonteng bakal jadi bonteng. Lamun melak hade bakal jadi hade, lamun melak goreng bakal jadi goreng."
Arti dari ungkapan di atas, "Jika menanam cabe akan berbuah cabe, jika menanam timun akan berbuah timun. Jika menanam kebaikan akan berbuah kebaikan, jika menanam keburukan akan berbuah keburukan."
Dalam peribahasa Indonesia pun ada peribahasa yang senada dengan apa yang disampaikan Cak Nur dan ungkapan dalam bahasa Sunda di atas. Peribahasa yang dimaksud adalah, "Siapa menanam angin akan menuai badai."
Ya memang seperti itulah "rumus" dalam kehidupan ini. Perbuatan baik akan berbalas baik dan perbuatan buruk akan berbalas buruk.
Ketika kita berbuat baik kepada orang lain, maka orang lain pun akan berbuat baik kepada kita. Sebaliknya ketika kita berbuat buruk kepada orang lain, maka orang lain pun akan berbuat buruk kepada kita. Normalnya memang seperti itu. "Rumus" kehidupan memang seperti itu.
Akan tetapi tidak bisa dipungkiri, terkadang terjadi juga anomali. Ketika kita berbuat baik kepada orang lain, orang lain malah berbuat buruk kepada kita. Sebaliknya ketika kita berbuat buruk kepada orang lain, orang lain malah berbuat baik kepada kita. Nah untuk hal ini tidak bisa kita jadikan pegangan. Namanya juga anomali.
Normalnya, biasanya, pada umumnya yang terjadi selalu sesuai dengan "rumus" kehidupan. Baik berbalas baik dan buruk berbalas buruk.
Dengan demikian kita harus senantiasa melakukan banyak kebaikan agar kita mendapatkan banyak kebaikan pula. Sebaliknya kita tidak boleh melakukan banyak keburukan supaya kita tidak mendapatkan banyak keburukan pula.
Dalam ajaran Islam, balasan atas perbuatan baik bahkan tidak sama dengan perbuatan baik yang dilakukan. Balasan atas perbuatan baik jauh lebih besar nilainya.
Ada yang dilipatgandakan jadi 10 kali lipat, ada yang dilipatgandakan jadi 70 kali lipat, dan ada ada yang dilipatgandakan jadi 700 kali lipat, bahkan sampai tak terhingga.
Seperti pahala sedekah misalnya. Dalam QS. Al-Baqarah ayat 261 disebutkan bahwa perumpamaan orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir dan pada setiap bulir ada 100 biji. Kemudian Allah masih melipatgandakan bagi siapa yang dikehendaki-Nya.
Selain perbuatan baik dibalas dengan yang lebih baik, dalam ajaran Islam juga sebuah perbuatan baik bisa terus mengalir pahalanya kepada yang melakukannya kendati perbuatan baik itu hanya satu kali dilakukan. Inilah yang disebut dengan amal jariyah. Amal artinya perbuatan dan jariyah artinya mengalir terus menerus.
Kata "amal" sesungguhnya bermakna umum, bukan hanya perbuatan baik. Termasuk puluh perbuatan buruk. Sebab "amal" artinya perbuatan.
Namun kata "amal" sering digunakan untuk menyatakan sebuah perbuatan baik. Termasuk menyatakan perbuatan yang terus mengalir pahalanya, yang disebut dengan "amal jariyah". Dalam hal ini untuk menyatakan perbuatan baik yang terus mengalir pahalanya mungkin lebih tepat dengan istilah "pahala jariyah" (pahala yang mengalir).
Kapan sebuah perbuatan baik akan terus mengalir pahalanya? Paling tidak ada dua hal. Pertama ketika hasil perbuatan baik itu masih ada dan bisa dinikmati atau dimanfaatkan oleh orang-orang.
Sebagai contoh seseorang menghibahkan atau mewakafkan tanah untuk kepentingan umum. Hibah atau wakafnya jelas hanya satu kali. Akan tetapi pahala dari perbuatan menghibahkan atau mewakafkan tanah itu akan terus mengalir kepada orang yang menghibahkan atau mewakafkan tanah kendati orang itu sudah meninggal dunia, selama tanah itu masih digunakan/dimanfaatkan oleh orang-orang.
Kedua, ketika hasil perbuatan baik itu masih terus ditiru dan dilakukan oleh orang-orang. Seperti seorang guru yang mengajarkan ilmu kepada murid-muridnya. Selama murid-muridnya masih terus mengambil manfaat dan mengamalkan ilmu yang diajarkan, maka sang guru akan terus mendapat aliran pahala dari ilmu yang telah diajarkannya.
Akan tetapi tidak hanya perbuatan baik (amal jariyah), perbuatan buruk pun dosanya akan terus mengalir kepada orang yang melakukannya kendati hanya satu kali melakukan. Itulah yang disebut dengan "dosa jariyah" (dosa yang mengalir).
Bagaimana itu bisa terjadi? Hal itu ketika perbuatan dosa yang pernah dilakukannya ditiru oleh orang-orang.
Kendati "si pendosa" sudah tiada misalnya, tapi perbuatan buruknya terus dicontoh dan dilakukan oleh orang-orang, maka dosa dari perbuatan buruknya akan terus mengalir kepadanya. Tentu ini sebuah kerugian yang besar.
Oleh karena itu alangkah baiknya jika kita memperbanyak perbuatan baik dan menyedikitkan atau bahkan kalau bisa tidak melakukan perbuatan buruk. Terutama kita harus banyak melakukan amal jariyah dan tidak melakukan dosa jariyah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H