Mohon tunggu...
Wiwin Zein
Wiwin Zein Mohon Tunggu... Freelancer - Wisdom Lover

Tinggal di Cianjur

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Papajar, Tradisi Menyambut Bulan Ramadan Itu Masih Ada

2 Maret 2024   12:00 Diperbarui: 12 Maret 2024   13:54 731
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Papajar dengan naik mobil truk bak terbuka (Sumber: tribunnews.com)

Saya mulai tulisan ini dengan kisah masa kecil dulu. Waktu itu saya tinggal di sebuah kampung yang ada di wilayah kabupaten Cianjur.

Saya masih ingat bahwa saat itu setiap menjelang bulan Ramadan (bulan puasa), orang-orang akan sibuk merayakan tradisi Papajar. Ketika mengobrol atau berpapasan di jalan misalnya, tak jarang orang-orang saling bertanya, “Geus Papajar can euy?” (Sudah Papajar belum?).

Apa itu Papajar? Papajar adalah sebuah tradisi khas masyarakat yang ada di daerah Cianjur dan sekitarnya (mungkin ada juga di beberapa daerah yang masuk wilayah Priangan Barat seperti Sukabumi misalnya) setiap menjelang bulan Ramadan.

Papajar bisa dimaknai sebagai sebuah ekspresi kegembiraan orang-orang dalam menyambut bulan suci Ramadan. Di balik itu, dalam Papajar juga terkandung niali-nilai silaturahmi.

Bentuk kegiatan tradisi Papajar adalah melakukan kegiatan makan-makan yang dilakukan secara bersama-sama. Baik dengan anggota keluarga, teman, tetangga, atau siapa saja. Kegiatan ini dilakukan di tempat wisata yang cukup jauh atau tempat lain yang luas/lapang tak jauh dari tempat tinggal mereka.

Tradisi Papajar ini biasanya dilaksanakan mulai setelah pertengahan bulan Sya’ban sampai H min satu bulan Ramadan. Akan tetapi puncak pelaksanaan Papajar biasanya 1-7 hari sebelum bulan Ramadan.

Saya masih ingat persis saat itu, orang-orang yang akan melakukan Papajar berseliweran secara berkelompok menuju tempat Papajar. Mereka membawa perbekalan berupa nasi dan lauk pauknya.

Tapi banyak juga saat itu orang-orang yang akan melakukan Papajar dengan naik mobil truk bak terbuka. Mereka menyewa mobil truk bak terbuka karena mereka akan melakukan Papajar ke  tempat yang lokasinya cukup jauh.

Ada beberapa alasan mengapa orang-orang saat itu naik mobil truk bak terbuka untuk pergi tempat Papajar, bukan naik mobil tertutup?

Alasan pertama, saat itu orang yang memiliki mobil tertutup sangat terbatas, hanya beberapa gelintir saja.

Alasan kedua, mobil truk bak terbuka bisa memuat banyak orang. Selain itu harga sewanya juga relatif lebih murah.

Alasan ketiga, naik mobil truk bak terbuka secara beramai-ramai ada keseruan dan keakraban tersendiri. Naik mobil truk bak terbuka juga bisa lebih mendekatkan hubungan keluarga, teman, atau tetangga. Sebab selama di perjalanan mereka akan saling mengobrol dan bercengkrama.

Ilustrasi Papajar dengan naik mobil truk bak terbuka (Sumber: tribunnews.com)
Ilustrasi Papajar dengan naik mobil truk bak terbuka (Sumber: tribunnews.com)

Mereka yang melakukan Papajar dengan naik kendaraan mobil truk bak terbuka bisa dipastikan mereka akan pergi ke tempat wisata yang lokasinya cukup jauh dari tempat tinggal mereka.

Tempat wisata favorit saat itu sebagai lokasi Papajar adalah pantai Pelabuhan Ratu (Sukabumi) dan Kebun Raya Cibodas (Puncak Cianjur). Agak ke sini, setelah ada waduk Cirata, banyak orang yang juga melakukan Papajar ke pantai Jangari dan bendungan Cirata, Cipeundeuy (Bandung Barat).

Adapun orang-orang yang melakukan Papajar di sekitar tempat tinggal, biasanya mereka melakukan Papajar di teras rumah, di halaman rumah yang luas, di lapangan, di kebun, atau di tempat lain yang luas dan lapang.

Mereka biasanya sambil mengadakan acara ngaliwet bersama. Ngaliwet, yaitu membuat nasi liwet secara dadakan dalam wadah yang besar lengkap dengan lauk pauknya.

Setelah liwet dan lauk pauknya matang, lalu ditumpahkan ke atas daun pisang yang diletakkan secara berjejer memanjang. Mereka kemudian menyantap nasi liwet itu panas-panas plus sambal pedas. Seru dan nikmat.

Mereka yang melakukan Papajar di tempat biasanya komunitas anak-anak santri yang mengaji di pesantren atau tempat pengajian lainnya. Tapi tak jarang pula komunitas lain yang melakukan Papajar di tempat supaya lebih ekonomis tapi tetap seru.

Sewaktu terjadinya pandemi covid-19, tradisi Papajar ini praktis tidak banyak dilakukan oleh masyarakat Cianjur. Sebab saat itu jelas, ada larangan untuk berkerumun.

Pasca pandemi covid-19, tradisi Papajar kembali dilakukan oleh masyarakat Cianjur. Akan tetapi kemeriahan Papajar saat ini jelas tidak semeriah dan se-sakral Papajar waktu saya kecil dulu. Hal ini tidak mengherankan, sebab seiring perubahan zaman tentu nilai-nilai tradisi akan mengalami pergeseran.

Hanya yang jelas, tradisi Papajar di kabupaten Cianjur dan sekitarnya saat ini masih ada. Banyak orang yang masih melakukannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun