Mohon tunggu...
Wiwin Zein
Wiwin Zein Mohon Tunggu... Freelancer - Wisdom Lover

Tinggal di Cianjur

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Dilema Meminjamkan Uang

28 Februari 2024   20:17 Diperbarui: 28 Februari 2024   21:44 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dia beberapa kali meyakinkan saya bahwa uang itu akan dikembalikan dalam waktu tiga hari. Tak akan bohong katanya.

Walau pun saya tahu bahwa dia tak pernah menepati janji dalam hal mengembalikan uang, tapi saya kasihan juga. Akhirnya saya kasih dia pinjaman sejumlah uang sesuai permintaannya.

Sebenarnya bagi saya pribadi, meminjamkan uang adalah sebuah dilema. Di satu sisi kita harus menolong orang lain yang lagi membutuhkan dan kita dalam kondisi bisa membantu. Tapi di sisi lain orang yang kita bantu seringkali suka melalaikan kewajiban dan janjinya mengembalikan uang.

Kita memberi pinjaman kepada orang lain baik teman, tetangga, atau kerabat sesungguhnya bukan karena kita banyak uang. Memberi pinjaman kepada orang lain adalah bentuk tolong menolong yang memang harus kita lakukan di kala mampu.

Bukan satu atau dua orang dan bukan sekali dua kali saya meminjamkan uang berakhir "duka". Ada yang tidak bayar sama sekali sampai saat ini. Ada yang pura-pura amnesia. Ada yang janji mengembalikan uang dua atau tiga hari sampai waktu bulanan belum juga "ingat". Dan lain-lain.

Sekali lagi, kita menolong orang dengan memberikan pinjaman uang bukan karena kita banyak uang. Kalau harus kita jujur, kita pun pasti masih banyak kebutuhan. Akan tetapi karena hal itu merupakan bentuk perbuatan tolong menolong, maka hal itu kita lakukan.

Kadang saya berpikir untuk bersikap tegaan atau jadi "raja tega". Artinya sepilu atau sedramatis apa pun cerita orang yang akan pinjam uang, saya harus mengabaikannya atau tak mempedulikannya. Tapi ternyata hal itu sulit saya lakukan.

Pantas di kalangan orang tua kita di masyarakat Sunda ada sebuah metafor, bahwa orang yang mau pinjam uang itu ibarat Gatot Kaca dan ketika mau bayar seperti Arjuna.

Artinya apa? Waktu mau pinjam sangat semangat dan "enerjik" layaknya Gatot Kaca. Akan tetapi pas saat harus mengembalikan jadi "loyo" layaknya Arjuna.

Padahal orang yang meminjam uang seharusnya ingat bagaimana ketika dia dibantu. Bagaimana leganya perasaan ketika kebutuhannya bisa terpenuhi, bagaimana leganya perasaan ketika dia bisa pergi ke dokter, dan lain-lain.

Tapi tentu saja tidak semua orang bersikap buruk ketika dia meminjam uang dan waktu mengembalikannya. Hanya saja mungkin jumlahnya tidak banyak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun