Mereka berpikiran seperti itu karena nanti kalau sudah terpilih, baik caleg atau capres tidak mungkin akan memberikan sesuatu langsung kepada mereka. Sebab di saat itu caleg terpilih atau capres terpilih sudah tidak butuh lagi suara mereka.
Jadi tidak aneh jika sebagian masyarakat justru menantikan serangan fajar. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang beranggapan bahwa serangan fajar itu merupakan sebuah bentuk kebaikan, sebuah bentuk perhatian, dan sebuah bentuk kepedulian caleg atau capres kepada masyarakat.
Celakanya ada sebagian masyarakat yang beranggapan bahwa serangan fajar jadi sebuah tolok ukur baik tidaknya caleg atau capres. Caleg atau capres yang melakukan serangan fajar adalah calon wakil rakyat atau calon pemimpin yang baik, perhatian, dan peduli.
Sebaliknya caleg atau capres yang tidak melakukan serangan fajar adalah calon wakil rakyat atau calon pemimpin yang tidak baik. Sebab ada kesan mereka itu kikir atau pelit.
Serangan fajar adalah sebuah praktek kotor yang faktual, ada dilakukan oleh tim sukses sebelum pemungutan suara. Hanya saja sekali lagi, hal itu memang  sulit untuk membuktikannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H