Massa yang hadir saat itu luar biasa banyak. Dan akhirnya Jokowi yang berpasangan dengan Ma'ruf Amin kembali  terpilih sebagai Presiden RI untuk kedua kalinya.
Kesuksesan Jokowi tersebut tentu ingin diduplikasi oleh paslon nomor urut 2. Paslon nomor urut 2 juga berharap bisa terpilih sebagai Presiden RI selanjutnya.
Terakhir paslon nomor urut 3 memilih Jawa Tengah sebagai tempat kampanye terakhir karena mereka tentu saja ingin mempertahankan basis massa mereka yang sebelumnya "diobok-obok" oleh kampanye masif paslon nomor urut 2.
Jawa Tengah dikenal sebagai "kandang banteng". Paslon nomor urut 3 tentu tidak ingin kandang mereka beralih jadi kandang yang lain.
Paslon nomor urut 3 relatif leluasa berkampanye di hari terakhir mereka karena tidak berdekatan dan bersamaan dengan paslon nomor urut lain.
Hal itu berbeda dengan paslon nomor urut 1 dan paslon nomor urut 2. Sebab kedua paslon itu berkampanye di lokasi yang berdekatan dan bersamaan. Paslon nomor urut 1 di JIS dan paslon nomor urut 2 di GBK.
Baik JIS atau pun GBK keduanya berada di Jakarta. Jarak antara JIS dengan GBK kurang lebih sekira 20 kilo meter.
Jarak tempat kampanye yang relatif dekat tentu akan membuat suhu udara Jakarta semakin memanas. Memanas dalam makna kiasan dan makna sebenarnya.
Paslon nomor urut 1 dan paslon nomor urut 2, keduanya tentu ingin menunjukkan masing-masing memiliki pendukung yang banyak. Keduanya pasti akan show of force habis-habisan dengan mengerahkan massa.
Salah satu dari paslon itu tentu tak ingin kehilangan muka ketika massa yang hadir dikatakan lebih sedikit daripada paslon lainnya. JIS dan GBK akan dipenuhi oleh massa pendukung kedua paslon.
Akan tetapi sebanyak apa pun massa pendukung yang datang, baik ke JIS atau GBK, termasuk ke Lapangan Pancasila Simpang Lima Semarang, tidak bisa diklaim sebagai kekuatan massa pemilih yang sesungguhnya.