Mohon tunggu...
Wiwin Zein
Wiwin Zein Mohon Tunggu... Freelancer - Wisdom Lover

Tinggal di Cianjur

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Muncul Wacana Anies-Cak Imin, Partai Demokrat Meradang

1 September 2023   07:58 Diperbarui: 1 September 2023   08:05 348
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar (Sumber: tribunnews.com)

Kabar mengejutkan terkait dengan Pilpres (Pemilihan Umum Presiden) 2024 muncul di akhir bulan Agustus 2023. Kabar yang dimaksud adalah tentang munculnya wacana bacapres (bakal calon presiden) Anies Baswedan akan dipasangkan dengan ketua umum PKB (Partai Kebangkitan Bangsa), yakni Muhaimin Iskandar alias Gus Muhaimin alias Cak Imin sebagai bacawapres (bakal calon wakil presiden).

Munculnya wacana Anies-Cak Imin disebut mengejutkan karena selama ini orang membicarakan Anies akan berpasangan dengan ketua umum Partai Demokrat, yakni AHY (Agus Harimurti Yudhoyono). Sebelumnya hampir tak terdengar ada wacana Anies-Cak Imin.

Pihak yang paling bereakasi dan meradang dengan munculnya wacana Anies-Cak Imin tentu saja Partai Demokrat. Sebab mereka sudah merasa hampir pasti bahwa AHY sang ketua umum akan menjadi pasangan Anies di Pilpres 2024 nanti. Bahkan sempat beredar kabar bahwa pasangan Anies-AHY akan dideklarasikan tanggal 9 September 2023 bertepatan dengan ulang tahun Partai Demokrat.

Partai Demokrat menyebut bahwa ketua umum Partai Nasdem Surya Paloh telah mengambil keputusan sepihak menjadikan Cak Imin sebagai pendamping Anies. Mereka mengklaim tidak dilibatkan sama sekali dalam pengambilan keputusan itu.

Partai Demokrat menyebut bahwa mereka "dipaksa" menerima penetapan Cak Imin sebagai pendamping Anies. Partai Demokrat kemudian menyebut bahwa Partai Nasdem dan Anies Baswedan telah melakukan pengkhianatan.

Tak heran jika kemudian Partai Demokrat bereaksi keras dan spontan dengan melakukan tindakan penurunan baliho Anies Baswedan. Kamis malam (31/08) para pengurus Partai Demokrat di berbagai wilayah serempak melakukan take down semua baliho berbau Anies Baswedan.

Dengan demikian Partai Demokrat berpotensi pecah kongsi dengan Partai Nasdem dan PKS (Partai Keadilan Sejahtera). Partai Demokrat mungkin saja akan keluar dari Koalisi Perubahan.   

Mengenai munculnya wacana Anies-Cak Imin, ketua umum Partai Nasdem Surya Paloh menyebut hal itu baru sebatas angguk-anggukan saja. Hal itu belum diformalkan.

Surya Paloh juga mempersilahkan jika akhirnya Partai Demokrat keluar dari Koalisi Perubahan. Surya Paloh akan menghormati keputusan itu.

Sebelumnya memang sempat beredar kabar bahwa Surya Paloh kurang sreg dengan pilihan Anies Baswedan memilih AHY sebagai bacawapresnya. Surya Paloh dengan Partai Nasdemnya terlihat mengulur-ulur waktu dan menunda-nunda deklarasi Anies-AHY. Padahal PKS dan Partai Demokrat sudah berulang kali mendesak agar segera dilakukan deklarasi.  

Kalau benar Cak Imin akan berpasangan (atau dipasangkan) di Pilpres 2024 nanti, apakah akan lebih baik dari AHY? Dalam perspektif Surya Paloh dan Partai Nasdemnya mungkin seperti itu.  Bahkan ada pihak yang menyebut AHY tidak bisa mendongkrak suara atau menambah suara secara signifikan.

Kalau benar Cak Imin jadi pendamping Anies, Koalisi Perubahan tentu akan mendapat tambahan suara dari PKB. Kemungkinan Anies terpilih jadi presiden dengan sendirinya akan lebih besar pula.

Tapi tentu saja ada konsekuensi lainya yang akan terjadi. Di sisi lain sangat mungkin Koalisi perubahan akan kehilangan suara dari Partai Demokrat.

Selain itu jika Cak Imin jadi pendamping Anies, pasangan Anies-Cak Imin berpotensi kehilangan suara dari kelompok Yenny Wahid dan Gusduriannya. Sebab kendati putri almarhum Gus Dur itu sepupu Cak Imin, tapi dalam politik Yenny Wahid dan Cak Imin "bermusuhan".

Anies-Cak Imin baru wacana, belum ada keputusan formal dan final mengenai hal itu. Bisa saja di last minutes pendaftaran capres-cawapres menjelang tanggal 19 Oktober 2023 nanti pasangan Anies berubah lagi.

Hal itu karena politik sangat dinamis dan cair. Semua bisa berubah dan berganti dalam waktu yang cepat dan mendadak.    

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun