Secara fisik, puasa artinya menahan diri dari tidak makan dan tidak minum selama sehari penuh, dimulai dari terbit fajar sampai terbenam matahari. Menahan lapar dan dahaga (haus) selama seharian tentu bukan hal yang mudah. Hal itu akan terasa berat, apalagi bagi orang yang tak terbiasa melakukannya.
Akan tetapi hal itu bukan bagian yang terberat dari ibadah puasa. Jika sekedar menahan diri dari tidak makan dan tidak minum selama sehari penuh alias menahan lapar dan dahaga selama seharian, dengan dorongan niat yang kuat mungkin semua orang akan bisa melakukannya.
Bahkan jangankan orang dewasa, anak yang masih usia belasan tahun pun mampu melakukannya. Kendati mereka mengalami kepayahan yang cukup luar biasa, tapi pada akhirnya mereka tamat melaksanakan ibadah puasa.
Bagian yang terberat dari melaksanakan ibadah puasa justru mengendalikan hati, pikiran, dan anggota badan dari hal-hal yang bisa menimbulkan dosa. Misalnya mengendalikan hati dari iri dan dengki, mengendalikan pikiran dari prasangka buruk, atau menahan pandangan mata dari sesuatu yang menimbulkan syahwat.
Ketika seseorang mampu berpuasa dengan tidak makan dan minum selama seharian tapi tidak bisa mengendalikan hati, pikiran, dan anggota badan dari hal-hal yang bisa menimbulkan dosa, maka puasanya tidak batal. Puasanya tetap sah. Akan tetapi bisa jadi pahala puasanya tidak ada, rusak oleh perilaku hati, pikiran, dan anggota badannya.
Ibarat petani menanam padi. Padinya berbuah, tapi hampa tak ada isinya. Mengapa? Sebab si petani tidak berupaya membasmi atau menghilangkan hama yang merusak isi padi.
Perintah puasa pada dasarnya dimaksudkan agar orang yang melaksanakannya menjadi orang yang baik. Atau dalam bahasa Al-Qur'an agar menjadi orang yang bertakwa.
Ibadah puasa adalah sebuah sarana latihan tidak hanya bagi fisik, tapi juga mental dan spiritual. Ada banyak hikmah di balik perintah ibadah puasa, antara lain seperti berikut ini.
Pertama, meningkatkan disiplin diri. Hal ini terlihat jelas dalam perintah menahan diri dari tidak makan dan minum dari mulai terbit fajar hingga terbenam matahari. Jika dilanggar, berarti puasanya batal.
Kedua, meningkatkan kesehatan. Berpuasa dapat membantu tubuh membersihkan diri dari toksin dan racun yang tidak sehat dalam tubuh. Selain itu juga dapat membantu menurunkan berat badan dan meningkatkan kesehatan jantung.
Ketiga, meningkatkan empati. Berpuasa dapat membantu memahami dan merasakan kesulitan orang lain yang terbiasa dalam kondisi lapar dan dahaga. Dengan begitu diharapkan rasa empati menjadi semakin meningkat.
Keempat, mengurangi sikap egois dan meningkatkan kepedulian sosial. Berpuasa mengajarkan untuk tidak melulu memikirkan kebutuhan diri sendiri, tetapi juga memikirkan orang lain. Hal itu menjadikan orang yang berpuasa lebih peka dan peduli terhadap sesama.
Kelima, menumbuhkan rasa syukur. Berpuasa dapat membantu orang yang melaksanakannya bisa menghargai dan bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah SWT selama ini. Dengan menahan diri dari makan dan minum selama beberapa jam saja dalam sehari, sudah terasa lelah dan payah. Padahal makanan dan minuman itu ada.
Demikian beberapa hikmah di balik perintah ibadah puasa. Semoga bermanfaat. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H