Suatu waktu saya punya janji bertemu dengan seorang teman. Tapi kemudian si teman membatalkan pertemuan itu dan memajukannya satu hari lebih cepat.
Dia menyebut tidak bisa di waktu yang telah disepakati sebelumnya. Sebab dia dan rekan-rekan kerja kantornya akan melakukan "Papajar".
Saya baru ngeuh, bahwa tak lama lagi akan tiba bulan Ramadan. Sebab orang-orang sudah mulai melakukan tradisi Papajar.Â
Ya, tradisi Papajar yang ada di kabupaten Cianjur dan sekitarnya nampaknya menggeliat kembali di tahun 2023 ini. Tradisi papajar kembali dilakukan oleh warga masyarakat secara normal seperti ketika sebelum adanya pandemi covid-19.
Sewaktu adanya pandemi covid-19 di tahun 2020 dan tahun 2021, tradisi papajar hanya dilakukan secara terbatas oleh beberapa gelintir orang saja. Sedangkan di tahun 2022, tradisi papajar masih belum sepenuhnya dilakukan secara normal. Sebab saat itu masih ada muncul virus varian Omicron dan status pandemi belum dicabut. Â Â
Tradisi Papajar adalah sebuah tradisi yang ada di kabupaten Cianjur dan sekitarnya yang dilakukan beberapa hari sebelum datangnya bulan Ramadan. Tradisi Papajar biasanya dilakukan setelah pertengahan bulan Sya'ban. Berarti sekira dua minggu sebelum bulan Ramadan.
Tradisi Papajar dilakukan oleh berbagai lapisan masyarakat. Baik anak-anak atau pun orang dewasa, tua atau pun muda. Tradisi Papajar dilakukan secara bersama-sama, baik dengan keluarga, rekan kerja, kolega, tetangga, komunitas, dan yang lainnya. Mereka melakukannya dengan riang gembira penuh keakraban dan kehangatan.
Tradisi Papajar ini berupa kegiatan makan-makan bersama. Biasanya dilakukan di tempat wisata atau di suatu tempat yang terbuka. Mungkin di pantai, kebun, halaman rumah, atau bisa juga dilakukan di dalam rumah/ruangan.
Tradisi Papajar yang sangat khas adalah ngaliwet bersama. Artinya kegiatan makan-makan bukan berupa makan nasi biasa, melainkan makan nasi liwet.
Nasi liwet itu pun tidak dihidangkan di atas piring, tapi di atas daun pisang yang disimpan secara berjejer. Nasi liwet yang sudah matang dan masih panas dituangkan secara merata di atas daun pisang yang sudah dijejerkan tadi.
Di atas nasi liwet kemudian dibubuhkan atau ditambahkan lauknya. Lauk bisa berupa ikan asin, ayam goreng, lalap, sambal, kerupuk, dan lain-lain. Â Â
Sebelum makan nasi liwet dimulai, pada umumnya diawali dengan do'a bersama. Orang yang "dituakan" biasanya ditunjuk untuk memandu atau memimpin do'a. Â Â
Setelah do'a bersama selesai, baru makan nasi liwet bersama dimulai. Dalam beberapa saat, nasi liwet di atas daun pisang akan segera habis.
Tradisi Papajar memang sudah mengakar di masyarakat kabupaten Cianjur sejak puluhan tahun yang lalu. Tradisi Papajar ini khas Cianjur, tapi mungkin pula dilakukan oleh masyarakat yang ada di sekitar Cianjur. Misalnya oleh masyarakat kota Sukabumi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H