Di awal setelah terjadinya musibah gempa Cianjur tanggal 21 November 2022 lalu, bantuan sembako dan makanan mengalir deras kepada para korban terdampak gempa. Bantuan datang dari berbagai wilayah. Baik dari kabupaten/kota yang ada di Jawa Barat maupun kabupaten/kota yang ada di luar Jawa Barat.
Donasi atau bantuan datang dari banyak pihak. Baik dari lembaga-lembaga amal, organisasi masyarakat (Ormas), perusahaan, lembaga/instansi pemerintah, partai politik, dan termasuk individu.
Setiap saat terlihat banyak mobil berdatangan membawa logistik bagi para korban terdampak gempa. Akses jalan ke lokasi para pengungsi terdampak gempa pun macet total karena dipenuhi oleh mobil-mobil yang membawa logistik. Â
Siapa pun yang melihat kondisi seperti itu tentu akan merasa senang dan bangga. Hal itu bisa dimaknai bahwa tingkat kepedulian masyarakat kita terhadap saudaranya yang terkena musibah masih tinggi.
Saya sendiri pun begitu, sangat senang dan bangga dengan perhatian dan kepedulian orang-orang kepada para korban terdampak gempa Cianjur. Namun di sisi lain saat itu saya merasa khawatir.
Kekhawatiran saya itu bahkan disampaikan kepada banyak rekan. Kekhawatiran saya saat itu adalah donasi atau bantuan kepada para korban terdampak gempa Cianjur hanya melimpah di awal. Setelah itu akan mereda atau terhenti.
Apa yang saya khawatirkan ternyata kini terbukti. Donasi atau bantuan kepada para korban terdampak gempa Cianjur sekarang ini sudah mereda. Sedikit sekali pihak yang masih memberikan donasi atau bantuan.
Padahal masih banyak pengungsi yang berada di tenda-tenda. Mereka mau balik ke mana jika rumah mereka hancur atau tidak bisa dihuni lagi. Di sisi lain rumah yang dijanjikan pemerintah masih dalam proses pembangunan. Itu pun jumlahnya tidak sebanding dengan banyaknya warga yang terdampak gempa.
Kalau pun ada rumah sebagaian warga yang masih bisa ditempati, namun tak sedikit para korban gempa yang tetap memilih untuk berada di tenda-tenda. Mereka merasa trauma jika harus kembali ke rumah.
Ketergangtungan para korban terdampak gempa Cianjur terhadap donasi atau bantuan saudara-saudaranya memang sangat tinggi. Sebab mereka praktis tidak bisa mencari penghasilan sama sekali. Apalagi bagi mereka yang berprofesi sebagai petani atau buruh tani.
Sawah-sawah atau kebun-kebun banyak yang tidak bisa lagi ditanami atau dimanfaatkan karena rusak akibat gempa. Mau beralih ke profesi lain mungkin tidak ada peluang.
Begitu pun mereka yang berprofesi sebagai pedagang. Mereka juga belum bisa berdagang sebagaimana biasanya. Sebab selain tidak ada modal, lapak tempat mereka berdagang pun tidak ada.
Mungkin hanya para korban gempa yang berprofesi sebagai pegawai negeri atau ASN (Aparatur Sipil Negara) lainnya yang profesinya relatif tidak terlalu terdampak oleh gempa. Termasuk para karyawan perusahaan. Â Â
Mereka masih bisa bekerja seperti biasa. Mereka masih bisa mencari dan mendapatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Baru-baru ini saya sempat mengobrol dengan beberapa korban gempa Cianjur. Menurut mereka, persediaan logistik makanan sisa donasi/bantuan di awal pasca terjadinya gempa saat ini memang masih ada. Namun jumlahnya semakin menipis. Mungkin hanya cukup untuk seminggu atau dua minggu lagi.
Mereka bingung. Bagaimana untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari setelah logistik habis? Padahal mereka harus tetap makan sebagaimana biasanya.
Di sinilah perlunya kehadiran negara dan kontiunitas kepedulian warga masyarakat. Negara harus benar-benar hadir untuk bisa menjamin keterpenuhan kebutuhan dasar para korban terdampak gempa sampai mereka bisa hidup normal seperti biasa.
Begitu pun kepedulian warga masyarakat harus tetap ada. Kendati musibah gempa sudah cukup lama berlalu, namun dampaknya belum akan hilang dalam waktu yang lama. Dampaknya masih tersisa sampai saat ini dan beberapa waktu lagi sampai batas waktu yang tak tentu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H