Apakah para perokok tidak tahu bahaya merokok bagi kesehatan? Mereka pasti tahu. Tapi apakah mereka berhenti merokok karena ada peringatan di bungkus rokok bahwa "Rokok Membunuhmu"? Tentu tidak.
Bahkan gambar yang menakutkan di bungkus rokok pun tak menyurutkan para perokok berhenti merokok. Padahal tak kurang mengerikan gambar yang ada di bungkus rokok. Ada orang yang tenggorokannya bolong, ada kepala tengkorak, ada orang yang mulutnya rusak mengerikan, dan sebagainya. Â
Oleh karena itu saya lebih setuju jika pemerintah menaikkan cukai rokok untuk menambah penerimaan atau pendapatan negara. Itu lebih jujur. Dalam hal ini mungkin tujuan inti pemerintah juga itu, tapi tidak to the point. Harus ada argumen lain. Tapi sayang, argumennya agak absurd.
Dengan demikian jika pemerintah ingin menurunkan angka perokok bukan dengan cara menaikkan harga rokok. Menurunkan angka perokok adalah dengan cara menurunkan produksi rokok.
Akan tetapi hal itu pasti akan berimbas kepada penerimaan negara dari rokok. Sebab penerimaan negara dari rokok terhitung sangat besar.
Selain itu dengan menurunkan atau mengurangi produksi rokok juga akan berimbas kepada para pekerja pabrik rokok dan para petani tembakau atau cengkeh. Mereka akan berkurang pendapatannya.
Jadi pemerintah harus mencari cara lain untuk menurunkan angka perokok. Cara yang paling masuk akal adalah dengan mengurangi angka orang miskin. Sebab mayoritas perokok adalah orang miskin. Logikanya jika mereka sudah tidak miskin lagi, dengan sendirinya jumlah perokok akan berkurang. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H