Mohon tunggu...
Wiwin Zein
Wiwin Zein Mohon Tunggu... Freelancer - Wisdom Lover

Tinggal di Cianjur

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Kontribusi Santri dalam Menciptakan Kehidupan yang Humanis dan Toleran

22 Oktober 2022   18:04 Diperbarui: 24 Oktober 2022   07:25 788
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi para santri di pondok pesantren (Sumber: Kompas.com/Garry Lotulung)

Hari Santri Nasional diperingati setiap tanggal 22 Oktober. Hari Santri Nasional ditetapkan sejak tahun 2015 berdasarkan Keppres (Keputusan Presiden) Nomor 22 Tahun 2015. Kendati sebagai hari nasional, hari santri bukan merupakan hari libur.

Tahun 2022 ini merupakan tahun ke-7 hari santri sejak pertama kali ditetapkan. Dalam perayaan Hari Santri tahun 2022 ini pemerintah melalui Kementerian Agama RI mengangkat tema "Berdaya Menjaga Martabat Kemanusiaan".

Bagi para santri, bicara tentang kemanusiaan adalah sebuah keniscayaan. Sebab di pesantren para santri dididik untuk menjadi seorang yang humanis.

Di pesantren para santri dididik bagaimana cara menghargai dan menghormati sesamanya, bagaimana cara dan menghormati orang yang lebih tua, dan bagaimana cara menghargai dan menghormati orang yang lebih muda.

Di pesantren adab (tata krama) dan etika (akhlak) sangat ditekankan. Baik dalam sikap atau pun dalam perkataan. Oleh karena itu di pesantren akhlak menjadi prioritas, lebih didahulukan daripada ilmu. Artinya para santri harus memiliki akhlak terlebih dahulu, setelah itu baru menyusul ilmu.

Di pesantren para santri juga tidak asing dengan ajaran tentang relasi antar sesama manusia. Hal itu populer dengan istilah hablun min an-naas.

Hablun min an-naas adalah sebuah ajaran tentang bagaimana membangun relasi yang baik dengan sesama manusia tanpa memandang atau membeda-bedakan agama, suku, budaya, strata sosial, dan sebagainya.

Di dalam hablun min an-naas terkandung konsep yang disebut dengan ukhuwah insaniyah, yakni persaudaraan antar sesama manusia. Intinya sama, yaitu membangun relasi yang baik dengan sesama manusia tanpa memandang atau membeda-bedakan agama, suku, budaya, strata sosial, atau yang lainnya.

Ajaran-ajaran tentang bagaimana membangun relasi yang baik antar sesama manusia seperti di atas merupakan pondasi yang sangat baik bagi para santri agar mereka memiliki sikap yang humanis. Dengan demikian para santri mampu menghormati dan menghargai sesama manusia sebagai sama-sama ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.

Sikap humanis tersebut akan tertanam kuat dalam jiwa para santri sehingga terbawa dalam kehidupan mereka, bahkan setelah tidak lagi menjadi santri. Hal itu tentu sangat positif karena sikap humanis sangat diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Sikap humanis yang tertanam kuat dalam jiwa para santri selanjutnya akan membuahkan sikap toleran. Artinya jika para santri atau siapa saja memiliki sikap humanis hampir pasti juga memiliki sikap toleran.

Sikap humanis dan toleran merupakan dua hal yang sangat penting dan diperlukan dalam kehidupan sosial saat ini. Sebab sikap humanis dan toleran merupakan hal yang fundamental bagi terciptanya kehidupan yang aman, damai, dan tenteram.

Sikap humanis dan toleran yang dimiliki para santri, dengan demikian bisa menjadi kontribusi yang sangat penting bagi kehidupan bermasyarakat. Termasuk setelah para santri itu berbaur kembali dengan masyarakat.

Selain dengan memberikan teladan tentang bagaimana sikap humanis dan toleran, para santri yang telah kembali kepada masyarakat juga pasti akan mengajarkan sikap itu kepada masyarakat. Dengan demikian akan semakin banyak orang yang memiliki sikap humanis dan toleran.

Saat ini sikap humanis dan toleran bisa disebut barang mahal. Hal itu tidak terlepas dari pengaruh dan dampak membanjirnya media sosial. Di sana banyak hate speech, hoax, dan sebagainya.

Simak saja bagaimana di media sosial orang sudah tidak malu dan canggung lagi saling maki atau saling fitnah misalnya. Sikap humanis dan toleran sudah tidak ada lagi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun