Mitra koalisi itu bisa jadi dan sangat mungkin adalah partainya Prabowo Subianto, yakni Partai Gerindra. Walau pun tidak menutup kemungkinan PDI Perjuangan juga akan berkoalisi dengan parpol selain Partai Gerindra.
Berbeda dengan PDI Perjuangan, Partai Gerindra tidak bisa mengusung pasangan capres-cawapres sendirian. Partai Gerindra mutlak membutuhkan parpol lain sebagai mitra koalisi. Paling tidak, parpol tersebut bisa menggenapkan suara Partai Gerindra menjadi 20 persen, sehingga bisa mengusung pasangan capres-cawapres.
Oleh karena itu tidak mengherankan jika Partai Gerindra aktif menjalin komunikasi dengan parpol lain. Seperti yang dilakukan parpol besutan Prabowo Subianto itu beberapa waktu lalu, dengan menjalin komunikasi intens dengan PKB (Partai Kebangkitan Bangsa).
Bahkan komunikasi intens Partai Gerindra dengan PKB itu kemudian menghasilkan kesepakatan bahwa kedua parpol tersebut resmi berkoalisi untuk menghadapi Pilpres 2024 mendatang. Ketua umum kedua parpol sudah menandatangani piagam deklarasi kerja sama, Sabtu, 13 Agustus 2022 lalu.
Kendati sudah resmi berkoalisi, akan tetapi Partai Gerindra dan PKB belum menentukan atau mendeklarasikan pasangan capres-cawapres yang akan diusung di Pilpres 2024. Dalam piagam deklarasi disebutkan bahwa capres-cawapres yang akan diusung akan ditentukan bersama-sama oleh Ketua Umum Partai Gerindra dan Ketua Umum PKB.
Banyak yang memprediksi bahwa koalisi Partai Gerindra dengan PKB akan mengusung Prabowo Subianto sebagai capres dan Muhaimin Iskandar alias Cak Imin sebagai cawapres. Hal yang kurang mungkin jika "komposisi" capres-cawapres dibalik. Sebab elektabilitas Prabowo Subianto jauh lebih tinggi daripada elektabilitas Cak Imin.
Selain itu jumlah suara Partai Gerindra juga lebih besar dari suara PKB. Partai Gerindra memiliki modal suara 12,57 persen, sednagkan PKB hanya 9,69 persen.
Merapatnya PDI Perjuangan kepada Prabowo Subianto dan Partai Gerindra bukan tidak mungkin akan mengganggu hubungan Partai Gerindra dengan PKB. Hal itu jika niat PKB berkoalisi dengan Partai Gerindra semata-mata karena alasan Cak Imin supaya digandeng menjadi cawapres Prabowo Subianto.
Kalau boleh memilih, tentu saja Prabowo Subianto akan lebih memilih Puan Maharani sebagai cawapresnya daripada Cak Imin. Hal itu cukup logis, sebab PDI Perjuangan jauh lebih besar dibandingkan dengan PKB.
Nasib Cak imin sebagai bakal cawapres Prabowo Subianto bisa buyar dengan hadirnya Puan Maharani. Apakah dengan begitu PKB akan berpisah dengan Partai Gerindra?