Irigasi Cihea merupakan sebuah irigasi yang mengalir sepanjang puluhan kilo meter dan mengairi ribuan hektar sawah yang ada di tiga wilayah kecamatan, yakni kecamatan Bojongpicung, kecamatan Haurwangi, dan kecamatan Ciranjang.
Irigasi Cihea mampu mengairi sekira 5.481,7 hektar sawah. Selain itu Irigasi Cihea juga mampu memenuhi kebutuhan air untuk kebutuhan rumah tangga ratusan keluarga yang ada di sepanjang aliran irigasi.
Menurut Sejarawan Reiza Dienaputra (UNPAD) dalam buku, "Cianjur: Antara Priangan dan Buitenzorg, Sejarah Cikal Bakal Cianjur dan Perkembangannya Hingga 1942" (Bandung 2004), menyebutkan keberadaan Irigasi Cihea berhasil mengubah Cianjur menjadi daerah penghasil beras di wilayah Priangan. Irigasi Cihea juga masih menjadi satu-satunya sistem pengairan yang relatif sangat baik untuk seluruh Keresidenan Priangan.
Wilayah Priangan adalah suatu wilayah yang ada di Jawa Barat, yang meliputi kabupaten/kota Sukabumi, kabupaten Cianjur, Bandung Raya, kabupaten Sumedang, kabupaten Garut, kabupaten/kota Tasikmalaya, kabupaten Ciamis, kota Banjar, dan kabupaten Pangandaran.
Irigasi Cihea yang sumber utama airnya dari Bendungan Cisuru itu memang luar biasa. Betapa tidak, karena hulu Irigasi Cihea merupakan area yang hampir mustahil bisa dilewati air karena berupa tebing berbatu cadas.
Namun dengan kemampuan teknologi yang dimiliki kolonial Belanda, air dari Bendungan Cisuru bisa melewati dan mengalir ke Irigasi Cihea. Caranya, kolonial Belanda saat itu melubangi tebing yang keras berbatu cadas itu.
Setelah itu kolonial Belanda membuat terowongan air melewati tebing yang sudah dilubangi itu. Jika tidak memiliki kemampuan teknologi yang hebat, mungkin tak akan pernah terpikirkan membuat terowongan air melewati tebing yang keras.
Beberapa kilo meter dari hulu Irigasi Cihea, kolonial Belanda juga membuat "jembatan air" untuk menyeberangkan air ke wilayah Desa Sukarama lainnya yang terhalang oleh semacam jurang kecil. "Jembatan air" merupakan bukti lain kehebatan teknologi yang dimiliki oleh kolonial Belanda.