Harga mi instan naik 3 kali lipat? Jika kabar itu benar pasti akan bikin panik para pecinta makanan instan. Termasuk anak-anak kost-an. Â
Bagaimana tidak, bagi anak kost-an mi instan adalah "senjata" andalan. Apalagi ketika bekal untuk hidup sebulan tinggal menyisakan recehan.
Bagi anak kost-an, mi instan adalah teman setia. Setia setiap saat. Apalagi saat sudah tak punya apa-apa.
Bagi anak kost-an mi instan juga menjadi sebuah solusi. Sebab mi instan bisa mengatasi masalah tanpa masalah. Apalagi kalau mi instan itu didapat secara gratisan. Senangnya...
Selain mi instan, ada lagi  makanan favorit lain anak kost-an. Makanan itu tak lain adalah telur. Orang Sunda menyebutnya endog.
Mi instan dan endog, memang pasangan serasi. Memasak keduanya tak butuh waktu lama. Tak harus seorang chef atau mereka yang kuliah di jurusan tata boga, mahasiswa filsafat seperti saya dulu juga bisa memasak kedua makanan itu dengan "baik dan benar".
Bahkan dulu saya dan teman satu asrama punya sebutan untuk makanan cepat saji itu. Kami menyebutnya dengan "Midog". Â
Namun jangan salah. "Midog" tak ada kaitannya dengan hotdog, apalagi dengan bulldog. "Midog" adalah akronim dari "mi dan endog". He he...
Membuat "Midog" ada dua cara. Baik cara pertama atau cara kedua sama mudahnya.
Cara pertama, ini yang paling populer. Mi instan dimasukan ke dalam air mendidih. Setelah itu baru pecahkan telur mentah, masukkan bersama mi instan. Mau diaduk atau tidak terserah, tergantung selera.
Jangan lupa masukkan pula bumbu mi instan. Sebab jika lupa memasukkan bumbu, rasa "Midog" akan terasa hambar. Seperti perasaanmu padaku. Ha ha...
Itu cara pertama. Sekarang cara kedua. "Midog" versi kedua ini mirip pizza. Ya benar mirip pizza. Bahkan pizza "midog" ini di Italia sendiri tak pernah ada. Seruis, eh serius loh.
Cara kedua. Mi instan yang sudah diseduh atau direbus diangkat. Kemudian dicampur endog. Diaduk sampai rata, dengan perasaan. Jangan lupa pula bumbu mi instannya.
Ukuran "Midog" harus proporsional. Satu mi instan, satu telur. Kalau dua mi instan, ya dua telur. Kalau tiga? Ya silahkan hitung sendiri, he he...
Nah, mi instan dan endog yang sudah diaduk rata tadi kemudian dimasak lagi di atas panci atau wajan. Kasih minyak sedikit biar gurih.
Adonan "Midog" ratakan di atas panci atau wajan. Kira-kira seperti membuat martabak lah.
Setelah diratakan masak "Midog" dengan api sedang, jangan terlalu besar atau terlalu kecil. Tentu saja kalau apinya terlalu besar takut cepat gosong. Kalau apinya terlalu kecil lama matangnya.
Kalau warna "Midog" sudah berwarna kuning kecoklat-coklatan atau coklat kekuning-kuningan (terserah), tandanya "Midog" sudah siap untuk disantap.
Itulah cara menyajikan "Midog" berdasarkan pengalaman anak kost-an dan anak filsafat dulu. Mudah kan? Iya tentu mudah dibanding harus menjelaskan pemikiran Aristoteles, Socrates, atau Plato.
Selamat mencoba, selamat menikmati. Tetap bahagia, kendati nanti harga mi instan jadi naik. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H