Mohon tunggu...
Wiwin Zein
Wiwin Zein Mohon Tunggu... Freelancer - Wisdom Lover

Tinggal di Cianjur

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

PKB "Segajah" Baru Partai Gerindra?

8 Agustus 2022   19:01 Diperbarui: 8 Agustus 2022   19:19 411
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar (Sumber: kompas.com)

Di Pilpres (Pemilihan Umum Presiden) 2019 lalu, Partai Gerindra (Gerakan Indonesia Raya) menjalin hubungan yang sangat akrab dan mesra dengan PKS (Partai Keadilan Sejahtera). 

Hubungan kedua parpol (partai politik) itu bahkan terjalin erat dalam sebuah koalisi yang dinamakan Koalisi Indonesia Adil Makmur.

Selain Partai Gerindra dan PKS, dalam Koalisi Indonesia Adil Makmur ini juga tergabung PAN (Partai Amanat Nasional), Partai Demokrat, dan Partai Berkarya. Koalisi ini mendukung Prabowo Subianto sebagai capres yang berpasangan dengan Sandiaga Uno sebagai cawapres.

Saking akrab dan mesranya hubungan antara Partai Gerindra dengan PKS, Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto saat itu menyebut, hubungan Partai Gerindra dengan PKS bukan sekedar sekutu, tapi "segajah".  

Namun di Pilpres 2024 nanti, hubungan "segajah" antara Partai Gerindra dengan PKS tidak akan ada lagi. Hubungan "segajah" Partai Gerindra dengan PKS nampaknya sudah berakhir.

Menghadapi Pilpres 2024, Partai Gerindra dan PKS mengambil jalan yang berbeda. Partai Gerindra masih tetap di jalan yang sama, yakni mengusung Prabowo Subianto sebagai capres. Sementara PKS memilih untuk mengusung nama lain. Anies Baswedan adalah salah satu nama yang akan diusung oleh PKS sebagai capres.

PKS pun menjalin hubungan mesra dengan parpol yang sangat mungkin akan mengusung Anies Baswedan di Pilpres 2024. Parpol  yang dimaksud adalah Partai Nasdem, besutan Surya Paloh.

Partai Gerindra juga demikian. Partai Gerindra menjalin hubungan mesra dengan parpol  yang sangat mungkin akan mengusung Prabowo Subianto sebagai capres. Partai itu adalah PKB (Partai Kebangkitan Bangsa), yang dipimpin oleh Muhaimin Iskandar.

Partai Gerindra dan PKB memiliki kepentingan yang sama, yakni keduanya sama-sama membutuhkan mitra koalisi untuk bisa mengusung pasangan capres-cawapres di Pilpres 2024. Keduanya saling melengkapi satu sama lain.

Partai Gerindra butuh suara tambahan lebih dari 8 persen suara untuk bisa mengusung pasangan capres-cawapres. Sementara PKB butuh tambahan suara lebih banyak lagi. PKB butuh tambahan sekira 12 persen suara untuk bisa mengusung pasangan capres-cawapres.  

Elite Partai Gerindra dan PKB bertemu di Jakarta (30/06) untuk membahas koalisi (Sumber: ANTARA FOTO/Galih Pradipta via kompas.com)
Elite Partai Gerindra dan PKB bertemu di Jakarta (30/06) untuk membahas koalisi (Sumber: ANTARA FOTO/Galih Pradipta via kompas.com)

Apa yang dibutuhkan Partai Gerindra ada dalam diri PKB. Sebaliknya apa yang dibutuhkan PKB ada dalam diri Partai Gerindra. Klop.

Partai Gerindra memiliki modal suara sebesar 12,57 persen. Sedangkan PKB memiliki modal suara sebesar 9,69 persen. Jika suara kedua suara parpol itu digabungkan, menjadi lebih dari 20 persen. Artinya jumlah itu cukup untuk mencalonkan satu pasang capres-cawapres.

Hubungan mesra antara Partai Gerindra dengan PKB semakin terlihat kasat mata dari rencana keduanya mendaftarkan diri sebagai peserta Pemilu 2024 ke KPU (Komisi Pemilihan Umum). Partai Gerindra dan PKB mengambil hari yang sama, yakni Senin, 8 Agustus 2022.

Massa Partai Gerindra dan PKB arak-arakan menuju KPU, Senin sore WIB (08/08) (Sumber: tribunnews.com)
Massa Partai Gerindra dan PKB arak-arakan menuju KPU, Senin sore WIB (08/08) (Sumber: tribunnews.com)

Kedua Ketua Umum Partai Gerindra dan PKB, yakni Prabowo Subianto dan Muhaimin Iskandar (Cak Imin aka Gus Muhaimin) tiba di Gedung KPU pada Senin, 8 Agustus 2022, sekira pukul 15.00 WIB.

Hal itu semakin menguatkan dugaan bahwa benar Ketua Umum Partai Gerindra dan PKB akan berkoalisi menjadi pasangan capres-cawapres di Pilpres 2024. Prabowo Subianto capres dan Muhaimin Iskandar cawapres.

Jika kedua ketua umum parpol itu benar-benar bersatu sebagai pasangan capres-cawapres, maka dengan sendirinya menepis dan mementahkan prediksi banyak pengamat bahwa Prabowo Subianto akan berpasangan dengan Puan Maharani, putri Ketua Umum PDI-P, Megawati Soekarnoputri.

Kekuatan pasangan Prabowo Subianto-Muhaimin Iskandar tidak bisa dianggap enteng. Kendati elektabilitas Muhaimin Iskandar tidak terlalu tinggi, namun bisa terkatrol oleh elektabilitas Prabowo Subianto yang selalu menempati "tiga besar" menurut banyak lembaga survei.

Elektabilitas Muhaimin Iskandar memang tidak terlalu tinggi. Namun Muhaimin Iskandar memiliki modal lain yang cukup penting, yakni suara ormas Islam NU (Nahdhatul Ulama). Walau pun Muhaimin Iskandar bukan representasi NU, tapi tidak bisa dipungkiri grass root PKB adalah orang-orang NU.

Namun untuk memenangkan kontestasi di Pilpres 2024, pasangan Prabowo Subianto-Muhaimin Iskandar tidak akan mudah. Pasangan itu harus bersaing keras dengan pasangan capres-cawapres lain. Mungkin pasangan Anies Baswedan-AHY (Agus Harimurti Yudhoyono) atau pasangan Ganjar Pranowo-Puan Maharani. Entahlah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun