Mohon tunggu...
Wiwin Zein
Wiwin Zein Mohon Tunggu... Freelancer - Wisdom Lover

Tinggal di Cianjur

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Pilpres 2024 akan Lebih "Berwarna"?

7 Agustus 2022   18:13 Diperbarui: 10 Agustus 2022   08:15 938
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi capres pemilu 2024. (Sumber: KOMPAS.ID)

Dua penyelenggaraan Pilpres (Pemilihan Umum Presiden) terakhir, yakni Pilpres 2014 dan Pilpres 2019 hanya diikuti oleh dua pasangan capres-cawapres (calon presiden-calon wakil presiden). Capres yang saling berhadapan pun masih orang yang sama.

Sebagaimana diketahui bahwa di Pilpres 2014 hanya ada dua capres, yakni Joko Widodo (Jokowi) dan Prabowo Subianto. Saat itu Joko Widodo berpasangan dengan Jusuf Kalla dan Prabowo Subianto berpasangan dengan Hatta Radjasa.

Pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla berhasil memenangkan kontestasi. Pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla mengalahkan pasangan Prabowo Subianto-Hatta Radjasa dengan persentase kemenangan 53,15% berbanding 46,85%.

Di Pilpres 2019 kembali terulang. Capres yang saling berhadapan pun masih sama, Joko Widodo versus Prabowo Subianto. Hanya pasangan keduanya yang berubah.

Di Pilpres 2019 Joko Widodo tidak lagi berpasangan dengan Jusuf Kalla, tapi mengambil seorang tokoh agama, yakni KH. Ma'ruf Amin. Demikian pula dengan Prabowo Subianto. Kali ini Prabowo Subianto mengambil Wakil Gubernur DKI Jakarta saat itu, yakni Sandiaga Uno sebagai pasangannya.

Sama halnya dengan di Pilpres 2014, di Pilpres 2019 pun Joko Widodo yang berpasangan dengan KH Ma'ruf Amin kembali berhasil menang atas Prabowo Subianto yang berpasangan dengan Sandiaga Uno. Pasangan Joko Widodo-KH Ma'ruf Amin menang atas pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno dengan persentase kemenangan 55,5% berbanding 44,5%.

Di Pilpres 2024 nanti, sesuai konstitusi Joko Widodo tidak bisa lagi maju mencalonkan diri sebagai capres. Artinya rivalitas langsung Joko Widodo dengan Prabowo Subianto berakhir.

Sementara itu Prabowo Subianto di Pilpres 2024 nanti digadang-gadang akan maju kembali sebagai capres. Mengenai dengan siapa Prabowo akan berpasangan, belum ada kepastian.

Menurut rumor, Prabowo Subianto akan berpasangan dengan Puan Maharani dari PDI-P. Namun rumor lain menyebutkan Prabowo Subianto akan berpasangan dengan Muhaimin Iskandar dari PKB.

Semuanya belum pasti. Bahkan bisa saja pada waktunya nanti Prabowo Subianto tidak akan berpasangan dengan Puan Maharani atau Muhaimin Iskandar, tapi orang yang berbeda.

Adanya rivalitas hanya dua capres di Pilpres 2014 dan di Pilpres 2019 tidak terlepas dari koalisi partai politik. Saat itu partai politik yang punya hak mengusung pasangan capres-cawapres hanya terbagi menjadi dua kelompok koalisi.

Di Pilpres 2024 nanti, koalisi partai politik sepertinya tidak lagi akan terdiri dari dua kelompok. Sebab beberapa partai politik yang di Pilpres 2014 atau di Pilpres 2019 berkoalisi, di Pilpres 2024 nanti sepertinya akan berpisah atau pecah kongsi.

Partai Nasdem dengan PDI-P misalnya. Di dua pilpres sebelumnya kedua partai politik itu berada di koalisi yang sama. Namun di Pilpres 2024 keduanya nampaknya tidak lagi.

Partai Nasdem dikabarkan memiliki capres sendiri. Demikian pula dengan PDI-P.

Kemudian lagi seperti Partai Gerindra dengan PKS. Di dua Pilpres yang lalu kedua partai politik itu sangat mesra. Bahkan hubungan keduanya bukan lagi disebut "sekutu", tapi "segajah".

Hubungan mesra Partai Gerindra dengan PKS di Pilpres 2024 nanti nampaknya tidak akan mesra lagi. Kedua partai politik itu akan mengambil jalan yang berbeda.

Partai Gerindra nampaknya tetap akan mengusung sang ketua umum Prabowo Subianto sebagai capres. Sementara PKS memiliki capres lain yang akan mereka usung. Bukan lagi Prabowo Subianto.

Menurut prediksi dan amatan banyak pengamat politik, koalisi partai politik di Pilpres 2024 diperkirakan akan mengerucut kepada tiga atau empat poros. Poros-poros partai politik itu nanti masing-masing akan mengusung satu pasangan capres-cawapres.

Dengan demikian pasangan capres-cawapres di Pilpres 2024 nanti akan terdiri dari tiga atau empat pasangan. Tidak lagi dua seperti di Pilpres 2014 dan di Pilpres 2019.

Hal itu merupakan hal yang positif bagi rakyat sebagai pemilih. Sebab rakyat pemilih disuguhkan lebih banyak lagi pilihan, tidak hanya dua pilihan.

Selain itu polarisasi yang terjadi di masyarakat seperti di Pilpres 2014 dan di Pilpres 2019 mungkin tidak akan terlalu tajam. Sebab rakyat pemilih tidak berhadapan dalam kondisi "satu lawan satu".

Banyaknya pilihan capres-cawapres memungkinkan Pilpres 2024 akan lebih ceria dan lebih "berwarna" dari sebelumnya. Ketegangan antar pendukung, relawan, partai politik, atau rakyat pemilih pun bisa jadi akan berkurang secara signifikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun