Semua orang yang melaksanakan wukuf di Padang Arafah memakai pakaian yang sama dan berada dalam kondisi yang sama. Mereka hanya memakai dua helai kain putih tak berjahit (kecuali bagi perempuan memakai pakaian panjang biasa) dan mereka berada di kawasan terbuka dengan panas terik matahari yang sangat menyengat.
Wukuf di Padang Arafah seolah-olah menyadarkan manusia bahwa apa yang mereka miliki selama ini ternyata semu. Apa yang mereka miliki tak bisa dibawa atau dibangga-banggakan ketika berada di Padang Arafah. Pangkat, jabatan, kekayaan, atau popularitas, tak berlaku sama sekali.
Ritual wukuf di Padang Arafah dimulai setelah datangnya waktu Zhuhur pada tanggal 9 Dzulhijjah. Semua jamaah haji memulai wukuf dengan melakukan shalat Zhuhur dijamak dengan shalat Ashar secara berjamaah.
Setelah itu dilanjutkan dengan khutbah wukuf. Khutbah wukuf bisa dilakukan di tenda masing-masing. Salah seorang dari jamaah haji yang mampu, atau mungkin ketua rombongan bisa menjadi khatib dalam khutbah wukuf itu.
Seusai khutbah wukuf, semua jamaah haji bisa melakukan amalan masing-masing. Mereka bisa bertadarrus al-Qur'an, berdo'a, beristighfar, berzdikir, bertafakkur, bershalawat kepada Nabi SAW., dan lain-lain.
Jangan sampai jamaah haji ketika melaksanakan wukuf di Arafah hanya tiduran, rebahan, atau ngobrol tidak karuan. Apalagi melakukan hal-hal yang tidak ada manfaatnya. Sayang sekali.
Semua jamaah haji harus benar-benar memanfaatkan momen yang sangat berharga dan istimewa itu. Sebab belum tentu tahun depan atau waktu yang akan datang, jamaah haji bisa kembali melaksanakan ibadah haji dan wukuf di Arafah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H