Mohon tunggu...
Wiwin Zein
Wiwin Zein Mohon Tunggu... Freelancer - Wisdom Lover

Tinggal di Cianjur

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Berziarah ke Makam Pahlawan Nasional Cut Nyak Dhien

24 Juni 2022   09:50 Diperbarui: 24 Juni 2022   10:02 1016
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Makam Cut Nyak Dhien (Dok.pri)

Tiga hari yang lalu, tepatnya selasa, tanggal 21 Juni 2022 saya berkesempatan mengunjungi alias berziarah ke makam salah seorang pahlawan nasional asal tanah rencong Aceh. Dialah Cut Nyak Dhien.

Makam Cut Nyak Dhien terletak di Jalan Cut Nyak Dhien, Kelurahan Regol Wetan, Kecamatan Sumedang Selatan, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Lokasi makam Cut Nyak Dhien berada di sebelah barat  alun-alun kota Sumedang.

Lokasi makam Cut Nyak Dhien berada di sebuah areal pemakaman keluarga ulama besar dan tokoh Sumedang bernama Kiayi Haji Sanoesi. Areal pemakaman Kiayi Haji Sanoesi sendiri merupakan bagian dari areal pemakaman leluhur kota Sumedang bernama Pangeran Soeria Koesoemah Adinata alias Pangeran Soegih dan keluarga.

Areal pemakaman Pangeran Soeria Koesoemah Adinata dan keluarga berada di bagian depan (barat) sebuah bukit kecil bernama Gunung Puyuh. Sedangkan areal pemakaman keluarga Kiayi Haji Sanoesi yang terdapat makam Cut Nyak Dhien berada di bagian belakangnya (timur).

Jadi untuk bisa mengunjungi makam Cut Nyak Dhien harus memasuki areal pemakaman Pangeran Soeria Koesoemah Adinata dan keluarga terlebih dahulu. Sebab pintu gerbang atau gapura masuk menuju makam Cut Nyak Dhien pun tidak ditulis sebagai makam Cut Nyak Dhien tapi makam "Pangeran Soeria Koesoemah Adinata (Pangeran Soegih) dan makam keluarga".

Dok.pri
Dok.pri

Setelah memasuki pintu gerbang atau gapura, para peziarah langsung melewati dan menaiki 11 anak tangga yang merupakan awal jalan menuju areal pemakaman dan menuju makam Cut Nyak Dhien. Jarak dari pintu gerbang ke makam Cut Nyak Dhien hanya sekira kurang lebih 150 meter.

Jalan kecil menuju ke makam Cut Nyak Dhien terlihat bersih. Tak ada sampah yang berceceran, baik dedaunan atau sampah lainnya. Di sana ada sekira 4-5 orang petugas kebersihan yang setiap hari membersihkan area pemakaman.

Di sebelah kanan pintu gerbang area makam Cut Nyak Dhien terdapat sebuah prasasti. Prasasti itu berisi tentang sejarah singkat Cut Nyak Dhien dan perjuangannya. Prasasti itu dibuat pada tanggal 17 Agustus 2013 dan ditandatangani oleh Gubernur Aceh saat itu, Zaini Abdullah.

Dok.pri
Dok.pri

Makam Cut Nyak Dhien berada di dalam sebuah bangunan terbuka, berukuran sekira 3 meter x 2,5 meter. Kondisi makam Cut Nyak Dhien terlihat cukup terawat, bersih.

Di atas makam Cut Nyak Dhien terdapat dua buah batu nisan berukuran cukup besar. Di atas batu nisan bagian dalam tertulis deskripsi singkat tentang Cut Nyak Dhien menggunakan tulisan Arab-Melayu berbahasa Sunda. Di bagian dalam batu nisan ada "terjemahan" dari deskripsi singkat tentang Cut Nyak Dhien yang menggunakan tulisan Arab-Melayu berbahasa Sunda itu.

Deskripsi singkat tentang Cut Nyak Dhien di bagian atas dimulai dengan kalimat "Di sinilah dimakamkan Pahlawan Nasional Tjut Nja' Dien istri Teuku Umar Djohan Pahlawan Panglima Perang Besar dalam Perang Atjeh".

Di bagian bawah kemudian dilanjutkan dengan deskripsi singkat mengenai sepak terjang perjuangan Cut Nyak Dhien dalam Perang Aceh. Di bagian akhir deskripsi tentang Cut Nyak Dhien yang ada di batu nisan itu tertulis kalimat do'a "Semoga Allah memberi berkah kepada arwah sutji pahlawan putri jg amat berdjasa dan setia ini. Amin".

Bagian atas makam Cut Nyak Dhien berbentuk bangun persegi panjang, berbahan batu marmer berwarna putih tulang. Di sisi bagian barat makam tertulis QS. At-Taubah ayat 111 dan tulisan dengan menggunakan bahasa Aceh. Bisa jadi merupakan terjemahan dari ayat itu.

Di bagian sisi selatan makam tertulis satu ayat Al-qur'an, QS. Al-Fajr ayat 27. Arti dari ayat itu kurang lebih, "Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan keadaan ridha dan diridhai...".

Di bagian sisi timur makam ada tulisan menggunakan Arab-Melayu berbahasa Indonesia. Di samping tulisan Arab-Melayu itu ada dua bait "puisi", yang salah satunya berbunyi:

Karena djihadmu perdjuanagan
Atjeh beroleh kemenangan
Dari Belanda kembali ke tangan
Rakjat sendiri kegirangan

Sementara di bagian sisi utara makam ada tulisan Arab-Melayu berbahasa Indonesia. Isi dari tulisan Arab-Melayu itu, "Wahai jiwa suci yang mati sesudah melepaskan tugas perkasa, pulanglah kepada Yang Maha Kuasa ke dalam Surga yang cita rasa".

Makam Cut Nyak Dhien tersebut dijaga oleh seorang kuncen (juru kunci). Kepada para pengunjung sang kuncen biasanya memberi penjelasan secara singkat tentang historis Cut Nyak Dhien berada di Sumedang. 

Menurut sang kuncen, sewaktu Cut Nyak Dhien dibawa oleh Belanda ke Sumedang, tak ada satu orang pun yang tahu bahwa orang yang dibawa itu seorang pejuang Aceh. Hal itu selain karena Belanda tidak menyebutkan siapa orang yang dibawa, juga karena Cut Nyak Dhien hanya bisa berkomunikasi menggunakan bahasa Aceh dan bahasa Arab.

Saat itu hanya seorang ulama besar Sumedang dan Imam Besar Masjid Agung Sumedang bernama Kiyai Haji Sanoesi yang bisa berkomunikasi dengan Cut Nyak Dhien. Bupati Sumedang waktu itu Kangjeng Dalem Pangeran Aria Soeryaatmadja yang menerima Cut Nyak Dhien dari Belanda, kemudian menitipkan Cut Nyak Dhien kepada Kiyai Haji Sanoesi.

Kendati tinggal di rumah Kiyai Haji Sanoesi, akan tetapi segala kebutuhan Cut Nyak Dhien semua ditanggung penuh oleh Kangjeng Dalem Pangeran Aria Soeryaatmadja. Kebutuhan sehari-hari dan kesehatan Cut Nyak Dhien sangat diperhatikan oleh Kangjeng Dalem Pangeran Aria Soeryaatmadja.

Saat Cut Nyak Dhien ditawan dan dibuang Belanda ke Sumedang, sudah dalam keadaan buta dan sakit-sakitan. Kendati demikian, selama tinggal di rumah Kiyai Haji Sanoesi Cut Nyak Dhien tidak tinggal diam duduk termenung meratapi keadaan diri.

Selama tinggal di rumah Kiyai Haji Sanoesi, Cut Nyak Dhien tidak pernah keluar rumah. Walau pun demikian, Cut Nyak Dhien tetap melakukan aktivitas di dalam rumah. Aktivitas yang dilakukan oleh Cut Nyak Dhien adalah mengajar ngaji dan mengajar ilmu agama kepada anak-anak dan warga masyarakat di sana.

Hal itu membuat Cut Nyak Dhien dianggap sebagai "ibu suci" oleh masyarakat di sana. Kangjeng Dalem Pangeran Aria Soeryaatmadja sendiri memberi gelar kepada Cut Nyak Dhien sebagai "Ibu Prabu" (Ibu Ratu).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun