Saya sanggup tidak makan selama 3 hari setelah lebaran? Ya! Itu terjadi beberapa tahun yang lalu. Saat itu saya tidak sakit. Saya hanya hilang nafsu makan saja.
Bagaimana bisa? Ya bisa. Kok kuat? Alhamdulillah waktu itu saya kuat.
Tapi jangan salah faham dulu. Waktu itu saya sanggup tidak makan selama 3 hari setelah lebaran bukan berarti saya tidak makan makanan sama sekali. Waktu itu saya hanya tidak makan nasi. Sebagai gantinya saat itu saya makan ketupat selama tiga hari. Hee he...
Bukankah ketupat termasuk nasi juga? Bukan! Bagi kita orang Sunda nasi ya nasi, ketupat ya ketupat.
Bagi kita orang Sunda, yang disebut makan itu adalah makan nasi. Kalau belum makan nasi kita merasa belum makan.
Seperti halnya ketika kita sarapan bubur. Bagi kita orang Sunda belum merasa sudah makan.
Walau pun kita sudah makan bubuy sampeu (bakar singkong) sebesar tangan sekali pun, tetap kita merasa belum makan. Padahal kita merasa sudah kenyang.
Termasuk ketika kita sudah sarapan roti, kue, kulub cau (pisang rebus), kulub sampeu (singkong rebus), kulub hui (ubi rebus) atau makanan lain non-nasi. Sekenyang apa pun kita makan makanan itu tapi kita merasa belum makan. Bagi kita makan nasi adalah “harga mati”.
Akan tetapi bisa jadi tidak semua orang Sunda yang “nasi oriented”. Ada pula orang Sunda yang sudah adaptasi, bisa makan makanan lain non-nasi, asal mengenyangkan.
Terkadang saya merasa geli dengan diri sendiri atau teman-teman ketika dalam suatu kegiatan bersama di hotel misalnya. Sewaktu sarapan, banyak teman-teman tidak mengambil nasi. Mereka mengambil roti atau bubur.