Secara teologis bulan Ramadan adalah bulan yang istimewa. Hal itu karena di bulan Ramadan memang banyak peristiwa atau kejadian yang istimewa. Seperti turunnya Al-Qur'an, terjadi di bulan Ramadan. Sehingga bulan Ramadan disebut sebagai Syahrul Qur'an.
Kemudian di bulan Ramadan ada peristiwa yang disebut dengan lailatul qadar. Sehingga bulan Ramadan disebut sebagai Syahrul lailatul qadar.
Lailatul qadar adalah sesuatu yang sangat luar biasa, di dalamnya mengandung kebaikan yang banyak. Nilai kebaikan yang terkandung di dalam lailatul qadar itu seperti dijelaskan dalam Al-Qur'an bahkan lebih baik dari seribu bulan. Â
Seribu bulan ini jika kita konversi kurang lebih 83 tahun 4 bulan. Artinya satu kebaikan berbanding dengan 83 tahun 4 bulan. Sungguh luar biasa.
Dalam salah satu hadits nabi SAW, bulan Ramadan disebut sebagai bulan yang penuh berkah. Sehingga bulan Ramadan disebut pula sebagai syahrun mubarak.
Di bulan Ramadan banyak keberkahan yang bisa didapatkan. Terutama keberkahan dalam masalah ibadah.
Di bulan Ramadan pula Allah SWT memberi ruang pengampunan yang lebih lebar dan luas kepada hamba-hamba-Nya yang mau bertobat dan berbuat baik. Oleh karenanya bulan Ramadan disebut pula sebagai syahrul maghfiroh.
Selain itu banyak hal lain yang menunjukkan bahwa bulan Ramadan memang bulan yang istimewa secara teologis, yang berbeda dengan bulan lainnya. Sehingga tidak mengherankan jika bulan Ramadan ada yang menyebut sebagai Sayyidus Syuhur (Penghulu dari bulan-bulan lainnya).
Keistimewaan bulan Ramadan tersebut memang berdampak dalam kehidupan umat Islam sendiri. Baik terhadap sikap atau perilakunya.
Di bulan Ramadan orang-orang pada umumnya relatif lebih bisa mengendalikan diri, lebih sabar, dan lebih banyak beribadah. Selain itu di bulan Ramadan juga orang-orang pada umumnya lebih care kepada sesama, banyak berbuat baik, banyak bersedekah, dan hal lainnya yang sifatnya positif.