Mohon tunggu...
Wiwin Zein
Wiwin Zein Mohon Tunggu... Freelancer - Wisdom Lover

Tinggal di Cianjur

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Dua Parpol Baru Ini akan Menggerus Suara Parpol Lama?

29 Januari 2022   22:21 Diperbarui: 29 Januari 2022   22:25 1174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bendera parpol pada Pemilu 2019 lalu (Sumber : tribunnews.com)

Menjelang pemilu (pemilihan umum), kemunculan parpol (partai politik) baru sepertinya sudah menjadi hal yang lumrah adanya. Termasuk menjelang Pemilu 2024 nanti, sejumlah parpol baru sudah mulai bermunculan sejak tahun 2019 lalu.

Sampai saat ini tak kurang dari 10 parpol baru yang sudah muncul dan menampakkan diri. Sebut saja Partai Gelora (Gelombang Rakyat), yang dideklarasikan bertepatan dengan hari pahlawan, 10 November 2019.

Kemudian ada Partai Ummat. Parpol baru ini dideklarasikan pada tanggal 29 April 2020 bertepatan dengan tanggal 17 Ramadan 1442 H.

Selanjutnya ada Partai Nusantara yang dibentuk pada tanggal 9 Juni 2020. Ada Partai Emas (Era masyarakat Sejahtera), yang dibentuk dan dideklarasikan oleh mantan politikus Partai Demokrat, Hasnaeni Moein. Ada Partai Masyumi yang dibentuk dan dideklarasikan beberapa tokoh muslim, termasuk mantan polikus PPP, Ahmad Yani. Dan lain-lain.

Dari sekian parpol baru yang telah muncul dan melakukan deklarasi, ada dua parpol yang cukup menarik perhatian publik. Partai baru yang dimaksud adalah Partai Gelora dan Partai Ummat.

Partai Gelora dan Partai Ummat cukup menarik perhatian publik karena kelahiran kedua parpol baru tersebut dilatarbelakangi konflik, atau paling tidak perbedaan pandangan yang cukup tajam di tubuh PKS (Partai Keadilan Sejahtera) dan PAN (Partai Amanat Nasional).

Selain itu tokoh yang menjadi inisiator dan deklarator Partai Gelora dan Partai Ummat juga menjadi faktor lain kedua parpol baru itu menjadi menarik. Partai Gelora diinisiasi dan dideklarasikan oleh mantan elite PKS, Fahri Hamzah dan Anis Matta.

Sedangkan Partai Ummat, diinisiasi dan dideklarasikan oleh tokoh reformasi dan mantan Ketua MPR RI Amien Rais beserta para loyalisnya.

Baik Fahri Hamzah dan Anis Matta maupun Amien Rais, bukan tokoh sembarangan di partai lama yang telah mereka tinggalkan. Fahri Hamzah dan Anis Matta adalah elite PKS yang cukup berpengaruh. Tak bisa dipungkiri, suara PKS juga tak lepas dari kontribusi keduanya.  

Sementara itu Amien Rais, selain inisiator dan deklarator PAN, ia juga tokoh sentral partai tersebut. Bahkan sebelum mundur dari PAN, Amien Rais sudah identik dengan PAN dan PAN identik dengan Amien Rais. Dengan demikian jangan tanya seberapa besar pengaruh Amien Rais di tubuh PAN dan para pemilihnya.

Oleh karena itu berpisahnya Fahri Hamzah dan Anis Matta dari PKS dan berpisahnya Amien Rais dari PAN pasti akan diikuti oleh para pemilih kedua partai itu. Sebagian pemilih dan loyalis PKS akan mengikuti Fahri Hamzah dan Anis Matta. Begitu pula dengan sebagian pemilih dan loyalis PAN akan mengikuti Amien Rais.

Hal itu dengan sendirinya akan membuat suara PKS dan PAN berkurang. PKS dan PAN dipastikan akan kehilangan sebagian suaranya.

Kalau para pemilih PKS yang  mengikuti Fahri Hamzah dan Anis Matta atau para pemilih PAN yang mengikuti Amien Rais tidak banyak mungkin tidak masalah. Akan tetapi jika para pemilih PKS yang mengikuti Fahri Hamzah dan Anis Matta atau para pemilih PAN yang mengikuti Amien Rais banyak, tentu menjadi ancaman serius bagi PKS dan PAN.

Suara PKS bisa jadi akan tergerus oleh Partai Gelora dan suara PAN mungkin akan tergerus oleh Partai Ummat. Padahal perolehan suara PKS dan PAN di Pemilu 2019 lalu tidak terlalu signifikan. PKS hanya mendapat 8,21% suara dan PAN mendapat 6,84% suara,

Seandainya Partai Gelora sebagai parpol baru mampu menggerus lebih dari setengahnya suara PKS sebagai parpol lama, maka sangat mungkin PKS tidak akan lolos ambang batas parlemen sebesar 4%.  

Demikian pula seandainya Partai Ummat sebagai parpol baru mampu menggerus lebih dari setengahnya suara PAN sebagai parpol lama, maka bisa jadi PAN juga tidak akan lolos ambang batas parlemen sebesar 4%.   

Benar atau tidaknya analisis atau prediksi tersebut, akan terbukti nanti setelah pemungutan suara tanggal 14 Februari 2024 dilangsungkan. Nothing is impossible, segala kemungkinan bisa terjadi. Apalagi dalam dunia politik yang sangat sulit untuk diprediksi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun