Mohon tunggu...
Wiwin Zein
Wiwin Zein Mohon Tunggu... Freelancer - Wisdom Lover

Tinggal di Cianjur

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Antara Optimisme Shin Tae-yong dan "Sadisme" Alexandre Polking

1 Januari 2022   11:05 Diperbarui: 1 Januari 2022   11:09 787
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kendati kalah telak 0-4 dari tim Gajah Perang Thailand di final Piala AFF 2020 leg pertama, tidak membuat pelatih tim Garuda Indonesia Shin Tae-yong patah arang. Shin Tae-yong masih memiliki keyakinan dan optimisme pasukannya bisa menang.

Shin Tae-yong masih memiliki optimisme bahwa bola itu bundar. Segala sesuatu bisa terjadi di sepak bola. Menurut Shin Tae-yong tim asuhannya masih bisa menang 5-0 atas Thailand.

Sikap Shin Tae-yong tidaklah salah. Malah seharusnya seperti itulah sikap seorang petarung sejati. Kalau Shin Tae-yong bersikap pesimis, maka tim nasional Indonesia berarti sudah kalah sebelum bertanding.  

Bagi sebagian orang sikap optimis Shin Tae-yong tersebut mungkin kurang realistis, konyol, dan musykil. Tapi pernyataan Shin Tae-yong yang menyebut bahwa bola itu bundar memang benar adanya.

Tim Garuda Indonesia bukan tidak mungkin bisa menang atas Tim Gajah Perang Thailand dengan skor 5-0 misalnya. Atau bisa saja menang dengan skor 6-1, 7-2, dan seterusnya. Tidak apa-apa walau peluangnya cukup kecil. Sikap optimis itu harus selalu ada.

Sikap optimis Shin Tae-yong pernah ia buktikan di Piala Dunia 2018 lalu. Waktu itu tim nasional Korea Selatan yang dilatih Shin Tae-yong harus berhadapan dengan juara Piala Dunia empat kali, Jerman di fase Grup F.

Korea Selatan versus Jerman, siapa pun pasti akan menjagokan Jerman sebagai pemenang. Dari segi apa pun Korea Selatan kalah dari Jerman.

Mulai dari prestasi, tradisi, materi pemain, sampai pelatih, Jerman jauh di atas Korea Selatan. Saat itu Jerman dilatih Joachim Loew. Sementara Korea Selatan hanya dilatih oleh seorang Shin Tae-yong.

Saat itu 27 Juni 2018, laga terakhir bagi kedua tim. Korea Selatan belum mengoleksi poin satu pun. Sementara Jerman sudah mengoleksi 3 poin dan membutuhkan tiga poin lagi dari Korea Selatan untuk bisa lolos ke fase knockout 16 Besar Piala Bunia 2018 yang dilangsungkan di Rusia.

Sampai habis waktu 90 menit Jerman belum juga bisa mengalahkan tim asuhan Shin Tae-yong. Kedudukan masih imbang 0-0.

Namun tanpa di duga, Kim Young-gwon, anak asuh Shin Tae-yong malah menjebol gawang Jerman yang dikawal Manuel Neuer di menit ke-90+3. Belum habis keterkejutan tim Jerman, tiga menit berselang, anak asuh Shin Tae-yong yang lain yang kini menjadi andalan Tottenham, Son Heung-min menggandakan keunggulan Korea selatan di menit ke-90+6.

Korea Selatan unggul 2-0 atas Jerman. Kedudukan 2-0 tidak berubah sampai peluit akhir pertandingan dibunyikan.   

Kendati menang lawan Jerman, Korea Selatan gagal lolos ke fase knockout 16 Besar. Begitu pula dengan Jerman. Bahkan Jerman harus "terhina" karena menjadi juru kunci Grup F.

Kemenangan Korea Selatan atas Jerman di Piala Dunia 2018 tersebut adalah kisah manis Shin Tae-yong. Hal itu merupakan buah dari sikap optimis dari Shin Tae-yong. Bayangkan kalau saat itu Shin Tae-yong bersikap pesimistis, pasti Korea Selatan akan kalah besar dari Jerman.

Optimisme yang diusung Shin Tae-yong tatkala tim Garuda akan berhadapan dengan tim Gajah Perang di final Piala AFF 2020 leg kedua, Sabtu (01/01/2022) juga cukup beralasan. Sebab tidak sedikit tim yang kalah  besar di leg pertama tapi bisa "come back" di leg kedua.

Sebagai contoh Barcelona yang berhadapan dengan Paris Saint Germain (PSG) di fase knockout 16 Besar Liga Champions UEFA musim 2016-2017. Saat itu di pertandingan leg pertama PSG unggul 4-0 atas Barcelona. PSG sepertinya tidak akan terbendung lagi maju ke perempat final.

Namun di luar dugaan, di pertandingan leg kedua Barcelona mamu membalikkan keadaan. Di leg kedua Barcelona balik unggul 6-1 atas PSG. Barcelona pun melenggang ke perempat final.

Berkaca dari beberapa laga di Liga Champions seperti antara Barcelona vs PSG di atas, pelatih Thailand Alexandre Polking tidak mau gegabah. Kendati Thailand sudah unggul 4-0 atas Indonesia, Alexandre Polking belum merasa timnya sudah menang.

Oleh karena itu Alexandre Polking menginstruksikan kepada pasukannya untuk terus menghabisi tim Garuda di leg kedua final Piala AFF 2020, Sabtu malam (01/01). Sikap "sadis" Alexandre Polking tersebut cukup wajar, demi megamankan gelar juara yang sudah hampir di tangan.

Kalau tim Gajah Perang Thailand memberikan ruang kepada tim Garuda di final leg kedua nanti, bukan tidak mungkin pasukan Shin Tae-yong akan berbalik unggul. Dan Alexandre Polking tentu tidak menginginkan hal itu terjadi.    

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun