Mohon tunggu...
Wiwin Zein
Wiwin Zein Mohon Tunggu... Freelancer - Wisdom Lover

Tinggal di Cianjur

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Mantan Pemain Hebat Belum Tentu Jadi Pelatih Hebat

10 Desember 2021   15:11 Diperbarui: 10 Desember 2021   16:18 395
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa hari belakangan ini banyak mata tertuju kepada satu sosok, salah seorang mantan pemain hebat di masanya. Sosok tersebut baru beberapa minggu yang lalu menjadi pelatih tim yang dulu pernah mengorbitkan namanya.

Pecinta sepak bola sejati tentu tidak akan asing dengan sosok yang dimaksud. Ya, dialah Xavi Hernandez, mantan pemain Barcelona yang kini menjadi pelatih di sana menggantikan pelatih sebelumnya yang juga salah satu legenda Barcelona, Ronald Koeman.

Koeman dibebastugaskan oleh Barcelona karena dianggap gagal mengangkat performa Blaugrana. Koeman dinilai tidak bisa memenuhi ekspektasi tim asal Catalunia yang terkenal haus prestasi. Dinamika seperti itu tentu suatu hal yang biasa dalam dunia sepak bola.

Xavi didatangkan sebagai pengganti Koeman dan diharapkan menjadi "dewa penolong" Barcelona. Xavi diharapkan bisa mengangkat kembali performa Blaugrana ke level tertinggi seperti ketika Xavi bermain di sana. 

Namun setelah beberapa kali mendampingi Barcelona, Xavi belum menunjukkan kinerja yang memuaskan. Posisi Barca di La Liga juga belum beranjak dari papan tengah. Bahkan di Liga Champions UEFA, Barcelona gagal lolos ke fase knockout 16 besar.

Xavi yang diharapkan mampu membawa Barca lolos ke fase knockout 16 besar Liga Champions, ternyata harus mengakui kehebatan Bayern Munchen. Barca kalah telak 0-3 dari Munchen di pertandingan terakhir fase Grup D kualifikasi Liga Champions. Barca terlihat seperti tim semenjana di hadapan Munchen.

Xavi seperti tidak bisa berbuat banyak kala menghadapi tim asuhan Julian Nagelsmann. Barca pun harus puas finish di urutan ke-3 klasemen akhir Grup D dan terpaksa harus turun tahta ke Liga Eropa UEFA.

Barcelona dan banyak fans Barca mungkin terlalu berharap banyak kepada Xavi. Padahal Xavi bukanlah David Copperfield atau Harry Houdini yang bisa menyulap sesuatu dalam sekejap mata. Xavi membutuhkan waktu untuk menata Barca.

Betul, Xavi adalah salah satu pemain legendaris Barcelona. Kehebatan Xavi kala bermain untuk Blaugrana tak diragukan lagi. Namun kehebatan Xavi sebagai pelatih belum banyak evidence yang bisa kita jadikan referensi.

Sebelum melatih Blaugrana, Xavi belum pernah sekali pun melatih tim besar lainnya. Menjadi pelatih tim besar sepeti Barca, Xavi adalah "rookie".

Xavi pertama kali menjadi pelatih di sebuah tim bernama Al-Sadd, anggota Liga Qatar. Kala menangani Al-Sadd Xavi memang menuai sukses. Xavi mampu mempersembahkan lima buah trofi untuk timnya dalam jangka waktu kurang dari dua tahun.

Namun Al-Sadd bukanlah Barcelona. Barcelona tidak bisa dibandingkan dengan Al-Sadd. Jadi kesuksesan Xavi melatih Al-Sadd tidak bisa dijadikan ukuran kala Xavi melatih Barca. Lagi pula sukses "di sana" belum tentu bisa sukses "di sini".

Tidak bisa dipungkiri bahwa Xavi adalah pemain hebat. Namun Xavi tidak berarti "wajib" menjadi pelatih hebat pula. Bisa jadi Xavi akan menjadi pelatih hebat, namun bisa juga tidak.

Siapa tidak kenal dengan nama Diego Armando Maradona? Maradona merupakan salah satu legenda sepak bola Argentina dan dunia. Kehebatan Maradona ketika menjadi pemain tiada duanya.

Namun hal yang kontradiksi terjadi kala Maradona menjadi seorang pelatih. Kehebatan Maradona sebagai pemain tidak kongruen sama sekali dengan ketika ia menjadi pelatih.

Begitu pula dengan nama lain, Jurgen Klinsmann misalnya. Bagi fans der Panzer, nama Klinsmann bukanlah nama asing. Klinsmann adalah salah satu penyerang terbaik yang pernah dimiliki Jerman.

Sama halnya dengan Maradona, Klinsmann pun tak menuai sukses sebagai pelatih. Kehebatan Klinsmann di lapangan tidak terbawa ketika ia menjadi pelatih.

Sebaliknya, ada banyak nama yang sebelumnya tidak pernah terdengar sebagai pemain hebat tapi justru kemudian muncul sebagai pelatih hebat. Sebut saja misalnya nama Jurgen Klopp, Thomas Tuchel, atau Jose Mourinho. Ketiganya adalah mantan pemain yang biasa saja, bukan pemain legendaris.

Namun ada juga beberapa pemain hebat kemudian menjelma menjadi pelatih hebat pula. Mereka yang termasuk kategori ini misalnya Zinedine Zidane, Carlo Ancelotti, Roberto Mancini, atau Antonio Conte.

Kembali kepada Xavi. Pelatih baru Barca tersebut masih perlu waktu untuk membuktikan diri bahwa dirinya, selain bisa menjadi pemain hebat bisa juga menjadi pelatih hebat. Xavi masih perlu waktu untuk membuktikan bahwa dirinya bisa menjadi seperti Zinedine Zidane, Carlo Ancelotti, Roberto Mancini, atau Antonio Conte.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun