Mohon tunggu...
Wiwin Zein
Wiwin Zein Mohon Tunggu... Freelancer - Wisdom Lover

Tinggal di Cianjur

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pilpres 2024, Pertarungan antara Menteri dengan Kepala Daerah?

13 November 2021   20:22 Diperbarui: 13 November 2021   20:33 441
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Prabowo Subianto dan Anies Baswedan diperkirakan akan saling berhadapan di Pilpres 2024 nanti (sumber : tribunnews.com) 

Pemilihan presiden (Pilpres) 2024 jika mengacu kepada hasil rapat Komisi II DPR RI, pemerintah, dan penyelennggara Pemilu (Pemilihan Umum) tanggal 03 Juni 2021 lalu, telah disepakati akan dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 28 Pebruari 2024 mendatang. Masih cukup lama memang.

Namun kendati masih cukup lama, hiruk pikuk masalah capres atau cawapres sudah berlangsung, bahkan beberapa bulan setelah presiden dan wakil presiden hasil Pemilu 2019 lalu dilantik. Ini ibaratnya orang baru saja beberapa menit beres sarapan pagi, tapi sudah membicarakan sarapan pagi berikutnya.

Bagi sebagian publik kita, masalah capres atau cawapres ini mungkin cukup menarik. Mereka cukup antusias membicarakan hal itu. 

Ditambah lagi beberapa lembaga survei sejak jauh-jauh hari juga sudah mulai mengadakan survei dan publikasi terkait elektabilitas tokoh-tokoh yang potensial menjadi capres atau cawapres di Pilpres 2024 nanti. Masalah capres atau cawapres pun semakin ramai dibahas dan dibicarakan.

Ada banyak nama yang sering muncul (dimunculkan?) ke publik sebagai capres atau cawapres. Sebut saja nama Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo, Anies Baswedan, Ridwan Kamil, Sandiaga Uno, Khofifah Indar Parawansa, Puan Maharani, Agus Harimurti Yudhoyono, Airlangga Hartarto, atau  Gatot Nurmantyo.

Selain nama-nama di atas, ada beberapa nama lain yang juga sering muncul tapi dengan elektabilitas yang lebih kecil. Mereka antara lain nama Erick Tohir, Mahfud MD, Basuki Tjahaja Purnama, Andika Perkasa, Tri Rismaharini, Muhaimin Iskandar, Zulkifli Hasan, dan lain-lain.

Menurut banyak lembaga survei, diantara nama-nama di atas ada beberapa nama  yang memiliki elektabilitas tinggi. Mereka hampir selalu berada di posisi "Lima Besar" sebagai capres dengan elektabilitas tertinggi.

Nama-nama tokoh yang dimaksud adalah Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo, Anies Baswedan, dan Ridwan Kamil. Ada pun nama lain selain keempat tokoh tersebut bersifat fluktuatif. Di lembaga survei A mungkin masuk "Lima Besar" tapi di lembaga survei lain tidak.

Seperti nama Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono misalnya. Menurut survei Poltracking Indonesia bulan Oktober 2021, Agus Harimurti Yudhoyono masuk posisi "Lima Besar" dengan elektabilitas 3,3 %. Namun menurut hasil survei Litbang Kompas di bulan yang sama, menunjukkan hasil yang berbeda.

Menurut hasil survei Litbang Kompas, tokoh yang menempati posisi "Lima Besar" dengan elektabilitas tertinggi bukan Agus Harimurti Yudhoyono, melainkan Menteri Sosial RI Tri Rismaharini. Elektabilitas Risma mencapai 4,9 %.

Ada  hal yang menarik dari  nama Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo, Anies Baswedan, dan Ridwan Kamil. Menarik, karena selain keempatnya selalu berada di posisi "Lima Besar" sebagai capres dengan elektabilitas tertinggi, jabatan mereka saat ini juga cukup menyita perhatian.

Prabowo Subianto saat ini adalah salah seorang pembantu Presiden Jokowi. Jabatan Prabowo Subianto adalah Menteri Pertahanan Republik Indonesia.

Sementara itu Ganjar Pranowo, Anies Baswedan, dan Ridwan Kamil, ketiganya merupakan kepala daerah alias gubernur. Ganjar Pranowo adalah gubernur Jawa Tengah, Anies Baswedan gubernur DKI Jakarta, dan Ridwan Kamil adalah gubernur Jawa Barat.

Prabowo Subianto sebagai seorang  menteri, "dikepung" oleh tiga orang kepala daerah. Satu berbanding tiga. Apakah ini sebuah isyarat bahwa Presiden RI mendatang akan kembali dipegang oleh (mantan) kepala daerah? Belum tentu juga.

Diantara keempat tokoh itu, walau pun digadang-gadang sebagai capres dengan elektabilitas tertinggi, tapi belum tentu keempatnya benar-benar jadi capres. Secara formal siapa pun yang akan menjadi capres, harus memiliki "kendaraan", yakni partai politik.

Diantara keempat tokoh itu, hanya Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo yang memiliki kendaraan politik. Prabowo Subianto merupakan Ketua Umum Partai Gerindra. Sementara Ganjar Pranowo merupakan elit partai PDI Perjuangan.

Dari segi itu Prabowo Subianto mungkin bisa disebut sebagai tokoh yang paling aman jika mau maju sebagai capres dibandingkan dengan tiga tokoh lainnya. Prabowo Subianto tinggal mencari "partner" agar pencalonannya sebagai capres memenuhi Presidential Treshold.

Sekarang ini para pengamat politik dan media sudah menggadang-gadang Prabowo Subianto akan maju kembali sebagai capres berpasangan dengan Puan Maharani dari PDI Perjuangan. Walau pun suara PDI Perjuangan lebih besar dari Partai Gerindra, tapi elektabilitas Puan jauh lebih rendah dari Prabowo.

Oleh karena itu posisi capres akan diberikan kepada Partai Gerindra. Sedangkan PDI Perjuangan mengambil posisi sebagai cawapres.    

Sementara itu Ganjar Pranowo, walau pun sebagai kader dan elit PDI Perjuangan, tapi  nampaknya PDI Perjuangan enggan mengusung Ganjar Pranowo sebagai capres/cawapres. PDI Perjuangan diyakini akan lebih memilih "puteri mahkota" Puan Maharani sebagai capres/cawapres daraipada Ganjar Pranowo.

Namun tingginya elektabilitas Ganjar bisa saja menarik minat partai politik yang kebetulan belum memiliki capres untuk mengusung Ganjar sebagai capres. Artinya Ganjar, walau pun tidak diusung oleh PDI Perjuangan, tapi bisa nyapres melalui partai politik lain.

Bagaimana dengan Anies Baswedan dan Ridwan Kamil? Keduanya memang memiliki elektabilitas tinggi. Namun sayang mereka tidak memiliki kendaraan politik sebagai syarat formal maju menjadi capres.

Elektabilitas dan daya tarik Anies Baswedan cukup besar. Seperti halnya Ganjar Pranowo, bisa saja Anies Baswedan diusung oleh partai politik yang kebetulan belum memiliki capres. PKS (Partai Keadilan Sejahtera) sangat  mungkin mengusung Anies.

Jika sendirian, jelas suara PKS tidak cukup besar. Ada kemungkinan PKS berkoalisi dengan Partai Demokrat. Kompensasinya Ketua Umum Partai Demokrat menjadi cawapres Anies.

Berkoalisi degan Partai Demokrat saja belum cukup untuk PKS mengusung Anies. Selain berkoalisi dengan Partai Demokrat, PKS juga harus mencari teman koalisi lain untuk mencukupkan syarat Presidential Treshold 20 persen. Bisa saja PKS menggaet PAN (Partai Amanat Nasional) atau Partai Nasdem.

Sekarang tinggal Ridwan Kamil. Diantara keempat tokoh yang memiliki elektabilitas cukup tinggi, Ridwan Kamil mungkin tokoh yang paling susah mendapatkan kendaraan politik. Kecuali siap menjadi cawapres, mungkin Ridwan Kamil bisa digaet Partai Golkar untuk diduetkan dengan Airlangga Hartarto misalnya.

Seperti telah disebutkan, bahwa selain Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo, Anies Baswedan, dan Ridwan Kamil masih banyak tokoh lain yang berpeluang maju sebagai capres atau cawapres. Kendala terbesar mereka untuk maju sebagai capres adalah kendaraan politik.  

Artinya kendati memiliki elektabilitas tinggi tapi jika tidak ada partai politik yang mengusung, mereka tidak akan bisa maju menjadi capres. Kecuali jika Mahkamah Konstitusi membatalkan batasan Presidential Treshold dan mengubahnya menjadi 0 persen, mereka tentu bisa maju sebagai capres atau cawapres.

Di Pilpres 2024 nanti nampaknya tidak akan banyak pasangan capres/cawapres. Diperkirakan hanya akan ada dua atau tiga pasang capres/cawapres saja.

Mungkin hanya ada capres Prabowo dan pasangannya, Anies Baswedan dan pasangannya, dan Ganjar Pranowo dan pasangannya. Kalau perkiraan itu terbukti, maka pertarungan pasangan capres akan terjadi antara menteri dan kepala daerah. Prabowo adalah menteri, sementara itu Anies dan Ganjar adalah kepala daerah. 

Menarik  untuk ditunggu, apakah perkiraan itu akan terbukti? Kita tungggu saja di Pilpres 2024 nanti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun