Mohon tunggu...
Wiwin Zein
Wiwin Zein Mohon Tunggu... Freelancer - Wisdom Lover

Tinggal di Cianjur

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Aisyah Namanya, Malang Nasibnya

18 Mei 2021   22:15 Diperbarui: 19 Mei 2021   06:23 1357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seorang anak kecil pada umumnya diperlakukan dengan sangat baik dan penuh kasih sayang oleh kedua orang tuanya. Selain itu seorang anak kecil juga akan selalu dijaga dan dilindungi oleh kedua orang tuanya.

Namun tidak demikian dengan Aisyah. Anak perempuan berusia 7 tahun asal Dusun Paponan, Kecamatan Bejen, Temanggung, Jawa Tengah itu sebaliknya, malah diperlakukan tidak manusiawi oleh kedua orang tuanya dan karenanya ia harus kehilangan nyawa.

Apa yang dilakukan oleh kedua orang tua Aisyah sungguh di luar nalar. Sadis dan  bengis. Binatang juga mungkin tak akan melakukannya.

Sebagaimana kabar yang beredar, Aisyah dihabisi secara tidak langsung oleh kedua orang tuanya. Aisyah meninggal di tangan dua orang tetangganya yang berprofesi sebagai dukun, yang diminta “mengobati” Aisyah.

Dalam pandangan orang tuanya, Aisyah adalah anak nakal. Tak ada penjelasan lebih lanjut bagaimana tingkat kenakalan Aisyah yang baru berusia tujuh tahun itu. Pun tak ada penjelasan bagaimana dampak dari kenakalan Aisyah.

Hal yang pasti, orang tua Aisyah merasa perlu “mengobati” kenakalan Aisyah. Cara yang dilakukan oleh orang tua Aisyah untuk “mengobati” kenakalan Aisyah bukanlah dengan membawanya ke psikolog atau ahli kejiwaan, tapi dengan cara membawanya kepada dukun untuk dirukiah. 

Rukiah adalah cara pengobatan supranatural. Rukiah  biasanya dilakukan terhadap orang yang dianggap “kerasukan” atau “kemasukan” makhluk halus. Mungkin jin, dedemit, siluman, atau sebutan lain yang sejenis.

Demikian pula Aisyah. Ia dirukiah  karena dianggap kerasukan genderuwo. Aisyah menjadi nakal itu karena dalam dirinya ada genderuwo.

Aisyah, oleh kedua tetangga orang tuanya yang berprofesi sebagai dukun bernama Haryono (56) dan Budiono (43) itu kemudian dirukiah . Aisyah dirukiah  oleh kedua dukun itu dengan cara ditenggelamkan di bak mandi hingga nyawanya hilang.

Anehnya setelah Aisyah meninggal dunia, kedua orang dukun itu kemudian meminta orang tuanya untuk meletakkan Aisyah di tempat tidur. Mereka menyebut suatu saat Aisyah akan bangun kembali.

Lebih aneh lagi orang tua Aisyah tidak merasa cemas atau khawatir dengan kondisi Aisyah seperti  itu. Padahal orang tua yang normal pada umumnya akan merasa cemas atau khawatir ketika melihat kondisi anaknya lemah tak berdaya.

Bahkan setelah Aisyah dibaringkan di atas tempat tidur selama 4 (empat) bulan pun orang tua Aisyah biasa-biasa saja. Seolah-olah Aisyah baik-baik saja.

Apa yang terjadi menimpa Aisyah bisa terungkap, sebagaimana disampaikan akun facebook bernama Eris Riswandi adalah bermula dari saat lebaran (13/05). Saat itu budhe korban bernama Surantini menanyakan keberadaan Aisyah kepada sang Kakek. Kakeknya menyebut Aisyah sakit sudah 4 bulan dan tidak pernah datang ke rumahnya.

Sang Kakek dan budhe Aisyah kemudian pergi ke rumah orang tua Aisyah. Alangkah kaget keduanya karena mendapati Aisyah sudah menjadi mayat dan hampir menjadi kerangka (seperti mummy).

Keduanya menanyakan kepada orang tua Aisyah mengenai apa yang telah terjadi. Ibunda Aisyah menjelaskan bahwa Aisyah sedang dalam perawatan, dirukiah  4 bulan lalu karena nakal.

Mendengar hal itu sang Kakek dan budhe Aisyah kemudian melaporkan kejadian itu kepada kepala desa Bejen. Sang kepala desa lalu melaporkan kejadian tersebut kepada pihak yang berwajib.

Jasad Aisyah, oleh Polsek dan Koramil Bejen kemudian dibawa ke RSU (Rumah Sakit Umum) Temanggung untuk dilakukan otopsi. Sementara orang tua Aisyah dan kedua orang dukun sebagai pelaku rukiah  diamankan di kantor kepolisian untuk pengusutan lebih lanjut.

Banyak keganjilan dari kasus Aisyah ini. Terutama mengenai kewarasan berfikir orang tua Aisyah ketika mau menghilangkan kenakalan Aisyah, sampai-sampai harus menghilangkan nyawanya pula.

Kewarasan berfikir orang tua Aisyah juga perlu dipertanyakan ketika ia percaya kepada dua orang dukun yang merukiah  Aisyah, bahwa suatu saat Aisyah akan bangun kembali. Sejak kapan orang yang sudah meninggal bisa bangkit lagi dalam kehidupan  ini?  

Kedua orang tua Aisyah mungkin tidak gila. Hanya saja nalar mereka ada di bawah kepercayaan supranatural yang diajarkan oleh dua orang  dukun tetangganya.  

Tentu saja hal itu sangat ironis di era serba digital ini. Kok masih ada orang-orang yang percaya kepada hal-hal takhayul seperti itu?

Mengenai kenakalan Aisyah, ini juga patut dipertanyakan. Apakah Aisyah benar-benar sangat nakal seperti yang dituduhkan oleh orang tuanya?

Jangan-jangan orang tua Aisyah menuduh Aisyah nakal itu hanya modus keduanya untuk menghilangkan nyawa sang anak. Kalau hal itu benar, berarti nalar orang tua Aisyah benar-benar bermasalah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun