Namun karena adanya dinamika politik, ada perbedaan pandangan yang cukup tajam antara Amien Rais (dan para loyalisnya) dengan Zulkifli Hasan sebagai ketua umum PAN (dan para elit PAN), Amien Rais kemudian mundur dari PAN.
Sebagai "pemilik" PAN, Amien Rais tidak lantas merasa paling memiliki PAN. Hal itu ditunjukkannya dengan lebih memilih meninggalkan PAN daripada terus melakukan konfrontasi dengan para elit PAN.
Sebagai penggagas dan pendiri PAN, Amien Rais juga tidak lantas merasa PAN telah diambil alih oleh mereka yang "bukan pendiri", sehingga kemudian mengajukan gugatan ke pengadilan misalnya. Tidak, Amien Rais tidak melakukan itu.
Itulah sikap santun dalam berpolitik. Padahal kalau mau Amien Rais bisa melakukannya.
Amien Rais berpikir simpel dan cerdas. Ia lebih memilih mendirikan partai politik baru daripada harus melakukan konfrontasi terus dengan elit-elit PAN.
Sementara itu sikap dari  para elit PAN pasca Partai Ummat dideklarasikan juga cukup menarik. Sikap mereka cukup santun menyikapi hadirnya Partai Ummat.
Sang ketua umum PAN Zulkifli Hasan misalnya. Zulkifli Hasan menyambut positif kehadiran Partai Ummat. Zulkifli Hasan merasa senang dengan kehadiran Partai Ummat. Bahkan ia menganggap kehadiran Partai Ummat adalah berkah pula bagi partainya.
Elit PAN lain, Viva Yoga Mauladi juga demikian. Ia mengucapkan selamat datang kepada Partai Ummat. Ia berharap Partai Ummat sama dengan partai politik lain menjalankan fungsi-fungsi konstitusional dan memperjuangkan kepentingan rakyat.
Viva Yoga Mauladi juga menganggap Partai Ummat bukan ancaman bagi PAN. Sebab segmen PAN dan Partai Ummat berbeda.
Itulah kesantunan dalam berpolitik. Amien Rais dan Zulkifli Hasan, serta elit PAN lain telah menunjukkannya. Walau pun mereka memiliki perbedaan pandangan atau kepentingan politik, tapi mereka tetap damai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H