Salah satu partai politik baru yang telah melakukan deklarasi di Aula Masjid Al-Furqon, Jl. Kramat Raya, Jakarta Pusat pada tanggal 7 November 2020 lalu secara daring, yakni Partai Masyumi telah mengumumkan struktur kepengurusan partai secara lengkap, Sabtu (03/04). Ada beberapa nama mantan politikus partai lain yang tercantum dalam struktur kepengurusan partai itu.
Sebut saja ketua umum partai Ahmad Yani, anggota majelis pakar partai Djoko Edy Abdurrahman, dan ketua majelis syuro partai Abdullah Hehamahua. Sebagaimana diketahui bahwa Ahmad Yani adalah mantan politikus PPP (Partai Persatuan Pembangunan) dan PBB (Partai Bulan Bintang).
Kemudian Djoko Edy Abdurrahman, adalah mantan politikus dan anggota DPR RI dari PAN (Partai Amanat Nasional). Sementara itu Abdullah Hehamahua, walau pun lebih dikenal sebagai mantan penasihat KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi), tapi sesungguhnya ia adalah mantan Ketua Umum "Partai Politik Islam Indonesia Masyumi".
Partai Masyumi yang dideklarasikan pada tanggal 7 November 2020 lalu itu sejatinya bukan lah partai politik baru. Partai politik tersebut adalah reborn atau "reinkarnasi" dari Partai Masyumi yang identik dengan Mohammad Natsir dan pernah berjaya di masa lalu, yakni pada Pemilu (Pemilihan Umum) pertama tahun 1955.
Waktu itu partai politik yang berazaskan Islam tersebut merupakan partai politik besar. Partai Masyumi berada di peringkat ke-2 pada Pemilu pertama tersebut.
Partai Masyumi memperoleh 20,9 persen suara atau setara dengan 112 kursi dari total 520 kursi. Partai Masyumi hanya selisih 1,4 persen dari peringkat pertama, yakni partai politik yang dipimpin oleh Presiden Soekarno, PNI (Partai Nasional Indonesia) yang memperoleh 22,3 persen suara.
Namun pada tahun 1958 beberapa anggota Partai Masyumi bergabung dengan pemberontakan PRRI (Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia) terhadap Presiden Soekarno. Akibatnya pada tahun 1960, Partai Masyumi dibubarkan oleh Presiden Soekarno.
Partai Masyumi yang dipimpin oleh Ahmad Yani di atas adalah partai politik yang kesekian, yang menggunakan nama "Masyumi" atau mengambil ideologi "Masyumi". Sebelumnya beberapa pihak telah membentuk partai politik yang juga menggunakan nama "Masyumi" atau mengambil ideologi "Masyumi".
Tujuan mereka membentuk partai politik menggunakan nama "Masyumi" atau mengambil ideologi "Masyumi" tentu dengan harapan "tuah" Partai Masyumi kontestan Pemilu pertama tahun 1955 bisa didapatkan kembali. Namun faktanya belum ada satu partai politik pun yang bisa mendapatkan kembali "tuah" Partai Masyumi kontestan Pemilu pertama tahun 1955 yang dipimpin  oleh Mohammad Natsir.
Pada Pemilu pertama di Era Reformasi tahun 1999 misalnya, ketika "keran" partai politik dibuka kembali. Paling tidak ada 3 partai politik yang menggunakan nama "Masyumi" atau mengambil ideologi "Masyumi".
Ketiga partai itu adalah Partai Masyumi Baru, Partai Politik Islam Indonesia Masyumi, dan Partai Bulan Bintang (PBB). Ketiga partai politik berazaskan Islam tersebut kemudian lolos menjadi kontestan Pemilu pertama di Era Reformasi tahun 1999.