Partai Masyumi Baru ( nomor urut 8) pada Pemilu 1999 hanya mendapat 0,14 persen suara. Kemudian Partai Politik Islam Indonesia Masyumi (nomor urut 21) sedikit lebih banyak memperoleh suara dibandingkan dengan Partai Masyumi Baru. Partai Politik Islam Indonesia Masyumi memperoleh 0,43 persen suara.
Sementara itu Partai Bulan Bintang (nomor urut 22) agak lumayan dari kedua rekannya. Partai Bulan Bintang berhasil memperoleh 1,94 persen suara dan meraih 13 dari 462 kursi. Namun jumlah suara 1,94 persen tidak lah besar.
Partai Masyumi Baru dan Partai Politik Islam Indonesia Masyumi karena perolehan suaranya sangat kecil, pada Pemilu berikutnya tidak lagi menjadi peserta Pemilu. Praktis hanya satu kali saja kedua partai itu a menjadi kontestan Pemilu, Â yakni tahun 1999 saja.
Lain halnya dengan Partai Bulan Bintang. Partai yang didirikan oleh Yusril Ihza Mahendra ini terus bisa mengikuti Pemilu-pemilu berikutnya walau pun tetap tidak mendapatkan  suara signifikan. Bahkan pada Pemilu terakhir, yakni pada Pemilu 2019 Partai Bulan Bintang hanya memperoleh 0,79 persen saja.
Partai Masyumi dulu memang sempat berjaya. Tapi itu dulu, sekarang zamannya sudah berbeda. "Menarik sesuatu yang hebat dari masa lalu ke masa kini belum tentu akan tetap menjadi hebat". Fakta politik telah membuktikannya.
Apakah Partai Masyumi yang dideklarasikan di Aula Masjid Al-Furqon, Jl. Kramat Raya, Jakarta Pusat pada tanggal 7 November 2020 dan dipimpin oleh Ahmad Yani itu akan mewarisi kejayaan Partai Masyumi Mohammad Natsir dulu? Sepertinya cukup sulit. Namun waktu jua lah yang akan membuktikannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H