Padahal Sidratul Muntaha berada di langit yang sangat jauh. Mungkin jarak bumi  ke Sidratul Muntaha berlipat-lipat kali lebih jauh dari jarak bumi ke matahari.
Begitulah peristiwa Isra Mi'raj, sebuah peristiwa yang sangat luar biasa. Sepertinya peristiwa itu mustahil, tapi dengan "logika" semut saja hal itu bisa dijelaskan sebagai sebuah peristiwa yang sangat logis.
Bagi umat Islam yang saat ini tidak bisa menyelenggarakan tradisi peringatan Isra Mi'raj seperti biasa, tak usah merasa kecil hati apalagi merasa tidak sempurna menjalankan agama. Sebab situasi saat ini memang kurang memungkinkan untuk merayakan peringatan Isra Mi'raj. Lagi pula peringatan Isra Mi'raj hanya sebuah seremonial, bukan sesuatu yang substansial.
Justru umat Islam di masa pandemi ini harus melakukan evaluasi, jangan-jangan selama ini hanya fokus kepada seremonial peringatan Isra Mi'raj, bukan kepada hal yang substansialnya. Apakah dengan melakukan seremonial peringatan Isra Mi'raj setiap tahun semua umat  Islam sudah tersadarkan untuk melaksanakan hasil dari peristiwa Isra Mi'raj itu sendiri, yakni melaksanakan kewajiban shalat lima waktu?
Kalau tidak, mungkin "format" dari seremonial peringatan Isra Mi'raj belum tepat. Sebab tidak atau kurang bisa memotivasi mereka yang belum tersadarkan untuk melaksanakan hasil dari peristiwa Isra Mi'raj itu sendiri, yakni melaksanakan kewajiban shalat lima waktu. Mungkin harus dicari lagi "format" seremonial peringatan Isra Mi'raj lebih tepat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H