Mohon tunggu...
Wiwin Zein
Wiwin Zein Mohon Tunggu... Freelancer - Wisdom Lover

Tinggal di Cianjur

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tragedi Nasi Tutug Oncom

7 Februari 2021   08:11 Diperbarui: 7 Februari 2021   09:33 1135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa hari yang lalu, Kamis (04/02) tersiar kabar memilukan dari Cianjur, Jawa Barat. Seorang ibu bernama Aidah (50) dan anak sulungnya Fuji Fauziah (20) meninggal karena diduga keracunan nasi tutug oncom. Beruntung suami korban Aidah dan ayah Fuji, Dedi Sunardi (56) selamat tidak sampai meninggal.  

Kejadian bermula ketika keluarga itu menyantap nasi tutug oncom bersama-sama. Setelah itu mereka merasakan mual, pusing, keringat dingin, dan muntah-muntah.

Mereka sempat dibawa ke Puskesmas dan RSUD Cianjur. Akan tetapi nyawa Aidah dan Fuji tidak tertolong, karena mengalami dehidrasi akut.

Kejadian tersebut adalah musibah. Namun dalam hal ini ada kaitan dengan wawasan atau pemahaman mereka tentang makanan yang layak konsumsi atau tidak. Termasuk wawasan atau pemahaman mengenai cara dalam mengolah makanan.

Sebagaimana penuturan korban selamat Dedi Sunardi seperti dilansir kompas.com (04/02), beberapa hari sebelumnya ada tetangga mereka ngasih oncom. Namun oncom itu baru diolah dengan cara dibakar dan dibuatkan menjadi nasi tutug oncom beberapa hari kemudian. Bisa jadi ketika diolah, oncom itu sudah basi atau kadaluarsa.

Nasi tutug oncom sebagaimana namanya berbahan dasar nasi dan oncom. Nasi tutug oncom adalah makanan khas orang Sunda (Jawa Barat). Makanan tradisional tersebut bahkan dijadikan "ikon" sebagai makanan khas oleh beberapa rumah makan atau restoran yang ada di beberapa kota di Jawa Barat.

Nasi tutug oncom cukup murah dan pembuatannya juga mudah. Oncom diremas-remas atau ditutug (ditumbuk). Kemudian ditumis dicampur dengan bumbu seperti garam, bawang merah, bawang putih, bawang daun, dan penyedap rasa.

Setelah matang oncom kemudian dicampur dan diaduk dengan nasi putih hangat. Nasi tutug oncom pun siap dihidangkan.

Dalam kasus korban keracunan nasi tutug oncom di Cianjur, selain bahan oncom yang sudah basi mungkin juga karena cara pengolahannya yang tidak steril. Oncom itu hanya dibakar (dalam bahasa Sunda dideang).

Padahal oncom adalah sejenis makanan yang gampang terkontaminasi bakteri atau jamur. Hal itu dapat dipahami karena oncom nerupakan makanan produk fermentasi yang dilakukan oleh beberapa jenis kapang, mirip dengan pengolahan terhadap tempe.

Oncom jarang dikonsumsi mentah. Artinya oncom harus dimasak sampai matang supaya bakteri atau jamur yang mengkontaminasinya mati, sehingga tidak membahayakan orang yang mengkonsumsinya.

Oncom, walau pun memiliki kandungan gizi yang relatif baik, tapi sering dipandang sebagai makanan kelas menengah ke bawah. Mungkin karena bahan dasar oncom berasal dari "sampah" makanan lain.

Sebagaimana diketahui oncom berbahan dasar bungkil tahu, yaitu kedelai yang telah diambil proteinnya dalam pembuatan tahu. Bahan dasar oncom juga bisa berasal dari bungkil kacang tanah yangg dicampur onggok (ampas) singkong atau tepung singkong (tapioka).

Bagi masyarakat Sunda (Jawa Barat), oncom merupakan makanan yang bisa diolah menjadi banyak jenis makanan lain. Selain dijadikan bahan dasar nasi tutug oncom, oncom juga biasa dijadikan bahan dasar sambel (sambel oncom), gorengan (goreng oncom), atau isi makanan khas Sunda, comro (oncom di jero/oncom di dalam).

Selama oncom masih berkualitas bagus dan cara pengolahannya benar, oncom tidak akan membahayakan bagi mereka yang mengkonsumsinya. Hal itu tentu juga berlaku bagi makanan lain. Selama suatu makanan masih berkualitas bagus dan cara pengolahannya benar, tentu tidak akan membahayakan bagi mereka yang mengkonsumsinya.

Edukasi terhadap masyarakat agar tidak membiarkan makanan terlalu lama sebelum dikonsumsi perlu terus digalakan. Selain itu tak kurang pentingnya juga adalah senantiasa memberikan edukasi mengenai cara pengolahan makanan yang benar, sehingga makanan itu steril atau tidak kehilangan kandungan nutrisinya.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun