Bisa jadi begitu, sebab Lampard adalah pelatih yang masih muda minim pengalaman. Mungkin Lampard masih perlu banyak belajar lagi.
Dalam hal ini mungkin Lampard bisa belajar kepada mantan pelatih Chelsea terdahulu yang cukup sukses, Gianluca Vialli. Padahal waktu itu Vialli bisa disebut debutan sebagai pelatih. Bahkan waktu itu Vialli menjadi pelatih Chelsea ketika masih berstatus pemain Chelsea (manager-player).
Gianluca Vialli adalah pelatih Chelsea tersukses kedua setelah Jose Mourinho yang mampu memberikan trofi untuk Chelsea. Dalam rentang waktu hanya dua tahun, Vialli tercatat mampu menghadirkan 5 buah trofi (Piala Liga, Piala Winners, Piala Super Eropa, Piala FA, dan Piala Charity Shield) ke Stamford Bridge.
Frank Lampard mungkin sulit menyamai kesuksesan Gianluca Vialli. Hanya setidaknya Lampard bisa belajar dari Vialli tentang bagaimana mengoptimalkan performa peran pemain sesuai posisinya masing-masing. Sebab kelemahan Lampard sepertinya dalam hal itu. Â
Ini bisa dilihat dari beberapa pertandingan Chelsea. Sebagai tim Chelsea mungkin tampil cukup baik, tapi para pemain kelihatan seperti kehilangan kemampuan dalam tiap posisinya.
Para penyerang tidak mampu tampil optimal sebagai penyerang. Para pemain belakang juga tidak mampu tampil optimal sebagai pemain belakang. Demikian pula pemain dalam posisi lainnya.
Lihat saja statistik permainan Chelsea. Dalam setiap pertandingan hampir selalu menguasai ball possision. Akan tetapi malah sering kalah.
Misalnya ketika berhadapan dengan Leicester City (20/01), Chelsea tampil cukup dominan. Chelsea mampu menguasai ball possision sebesar 65%, Leicester hanya 35%. Â Akan tetapi Chelsea kalah 0-2 dari Leicester. Â
Sewaktu Chelsea berhadapan dengan Manchester City (03/01) pun demikian. Chelsea juga tampil dominan. Chelsea mampu menguasai ball possision sebesar 55%, Manchester City hanya 45%, tetapi Chelsea kalah telak 1-3 dari Manchester City.
Demikian pula ketika Chelsea kalah 1-3 dari Arsenal (27/12), ketika Chelsea kalah 1-2 dari Wolverhampton Wanderers (16/12), atau ketika Chelsea kalah 0-1 dari Everton (13/12), Chelsea tampil dominan dalam pertandingan-pertandingan itu. Apalagi ketika Chelsea berhadapan dengan Everton, Chelsea mampu menguasai ball possision sampai 72%.
Masalahnya para pemain Chelsea tidak mampu tampil optimal menjalankan tugasnya masing-masing. Para penyerang Chelsea tidak mampu tampil optimal menjalankan tugasnya sebagai penyerang, yakni mencetak gol.