Vaksin Sinovac atau CoronaVac misalnya. Otoritas Turki menyebut vaksin Sinovac atau CoronaVac memiliki tingkat efikasi 91 persen lebih (91,25%). Sementara di Brasil vaksin Sinovac atau CoronaVac disebutkan tingkat efikasinya hanya 50 persen lebih (50,4%).
Sedangkan di Indonesia sendiri, tingkat efikasi vaksin Sinovac atau CoronaVac ada diantara dua negara di atas. Tingkat efikasi vaksin Sinovac atau CoronaVac di Indonesia sebesar 65,3 persen.
Tingkat efikasi vaksin yang tidak sama atau "tidak standar" akan membuat sebagian orang mempertanyakan efektivitas vaksin dalam menangkal virus corona. Kalau sudah demikian, dengan sendirinya mereka juga akan ragu jika harus divaksin.Â
Ketiga, pernyataan pejabat yang meragukan vaksin dan tidak mau divaksin. Seperti pernyataan dr. Ribka Tjiptaning, Â anggota Komisi IX DPR RI Fraksi PDI Perjuangan baru-baru ini yang cukup demonstratif, yang menyatakan dirinya atau keluarganya akan menolak untuk divaksin.
Hal itu Ribka sampaikan dalam rapat kerja Komisi IX DPR RI dengan Menteri Kesehatan di Kompleks Parlemen Senayan, Selasa (12/01/2021). Menurut Ribka, ia dan keluarganya akan lebih memilih dikenai sanksi daripada harus divaksin.
Pernyataan Ribka sebagai wakil rakyat tersebut jelas akan cukup berpengaruh dan semakin menambah keraguan banyak orang yang meragukan vaksin. Mereka akan menjadikan pernyataan Ribka sebagai referensi.
Keempat, perkembangan kasus pandemi Covid 19 yang semakin melonjak di Cina belakangan ini. Hal ini juga dapat membuat orang ragu untuk divaksin.
Sebagaimana diberitakan banyak sumber, beberapa bulan terakhir ini Cina kembali alami ledakan kasus virus corona. Otoritas Cina pun kembali memberlakukan lock down di sejumlah wilayah. Seperti di beberapa kota yang ada di provinsi Hebei dan provinsi Heilongjiang.
Selain itu lock down juga diberlakukan di kota Langfang, Shijiazhuang, Suihua, Tieli, dan Xingthai. Sementara itu di Kota Beijing hanya diberlakukan protokol kesehatan yang sangat ketat.
Melihat perkembangan pandemi Covid 19 yang semakin melonjak di Cina tersebut, Masuk akal jika sebagian warga masyarakat menjadi semakin ragu untuk divaksin.
Logikanya sederhana. Cina berhasil memproduksi jutaan vaksin virus corona dan  dijual ke banyak negara. Akan tetapi mengapa justru di tempat jutaan vaksin virus corona diproduksi, kasus pandemi Covid 19 yang semakin melonjak?