The Blues Chelsea kembali menelan kekalahan untuk ketiga kalinya dari lima pertandingan yang telah dimainkannya di Liga Utama Inggris. Kali ini Chelsea kalah dari tamunya The Citizen Manchester City dengan skor cukup telak 1-3 pada duel tadi malam (03/01/2020).
Di babak pertama, Chelsea sudah kebobolan tiga gol. Tiga gol itu dilesakkan oleh tiga pemain berbeda The Citizen.Â
Petaka bagi Chelsea datang pada menit ke-18 kala Ilkay Gundogan mencetak gol perama bagi The Citizen. Tiga menit kemudian Phil Foden menggandakan keunggulan bagi City. Selanjutnya Kevin De Bruyne, mantan pemain Chelsea sendiri yang sempat disia-siakan menambah derita The Blues pada menit ke-34, sehingga kedudukan menjadi 3-0 bagi City.
Chelsea baru bisa membuat gol hiburan semata wayang menjelang peluit babak kedua hampir dibunyikan. Melalui gol yang dicetak Callum Hudson-Odoi pada menit ke 90+2, Chelsea mempertipis margin gol menjadi 1-3.
Melihat statistik pertandingan, jumlah tendangan yang dilakukan pemain Chelsea hanya  setengah dari tendangan para pemain City. Para pemain Chelsea hanya mampu melakukan tendangan sebanyak 9, sementara para pemain City sebanyak 18.
Apalagi dengan tendangan ke arah gawang. Para pemain Chelsea hanya melakukan sepertiga dari yang dilakukan para pemain City. Para pemain Chelsea hanya mampu melakukan tendangan ke arah gawang sebanyak dua kali, sedangkan para pemain City sebanyak 6 kali.
Kekalahan dari Manchester City tersebut semakin membuat Chelsea terpuruk. Sempat bertengger di puncak klasemen sementara Liga Utama inggris, Chelsea kini terjun bebas dan berada di urutan ke-8 (delapan). Chelsea hanya meraih satu kemenangan dari lima pertandingan yang dimainkan di Liga Utama inggris.
Posisi Chelsea kini tak jauh dari tim sekota The Gunners Arsenal. Padahal performa Arsenal saat ini di bawah asuhan Mikel Arteta disebut-sebut sebagai yang terburuk. Selisih poin dengan Arsenal hanya tiga poin saja.
Hal yang sangat kontradiktif. Performa Chelsea menurun drastis, sementara performa  Arsenal beranjak naik.
Mengapa performa Chelsea saat ini menurun cukup drastis ? Dalam hal ini sang Arsitek Chelsea Frank Lampard harus bisa menggali dan mengetahui faktor penyebabnya. Hanya saja secara sederhana bisa dikatakan bahwa saat ini Chelsea dalam kondisi "kurang imun". Â
The Blues Chelsea "kurang imun" karena beberapa hal. Pertama, para pemain rekrutan baru Chelsea belum sesuai ekspektasi. Terutama penyerang Timo Werner dan gelandang Kai Havertz.
Sejatinya Timo Werner diharapkan menjadi pemain hebat Chelsea seperti Eden Hazard yang hijrah ke Real Madrid. Timo Werner juga diharapkan menjadi goal getter bagi Chelsea.
Akan tetapi sampai saat ini Werner belum memberikan kontribusi yang cukup signifikan. Alih-alih menjadi pemain haus gol, Werner malah menjadi pemain yang sering puasa mencetak gol. Padahal sewaktu masih bermain di RB Leipzig, Werner cukup produktif memberikan kontribusi gol kepada timnya.
Melihat kondisi Werner seperti itu, sang arsitek Chelsea Frank Lampard masih bisa memberikan pemaafan. Menurut Lampard, mandeknya produktivitas gol Werner sebagai sesuatu yang wajar. Mantan penyerang RB Leipzig itu menurut Lampard membutuhkan adaptasi dengan sepak bola Inggris.
Bagi Lampard, Werner sudah memberikan kontribusi bagi Chelsea. Lampard meyakini, kehadiran Werner paling tidak telah membuat lini belakang mengalami ketakutan.
Apa yang dikatakan Lampard tersebut mungkin hanya kalimat pelipur lara saja dan sekedar untuk memberikan motivasi kepada Werner. Kontribusi yang diharapkan dari seorang penyerang tetap gol-gol yang dilesakkan ke gawang lawan.
Setali tiga uang, penampilan kompatriot Werner gelandang Kai Havertz juga belum menunjukkan performa menggembirakan. Performa Havertz di Chelsea masih jauh dari performa Havertz waktu bermain di klub lamanya, Bayern Leverkusen. Sejauh ini Kai Havertz masih minim kontribusi bagi Chelsea.
Dibandingkan kontribusi Havertz ketika bermain di Leverkusen, kontribusi Havertz di Chelsea terbilang menyedihkan. Havertz belum mampu memberikan banyak assist apalagi gol.
Bahkan sempat beredar kabar, karena performanya yang buruk di Chelsea itu Havertz menyesal telah bergabung dengan Chelsea. Havertz menyesal tidak memilih pinangan Bayern Munchen yang juga saat bursa transfer bersaing dengan Chelsea memperebutkan dirinya.
Seandainya performa Timo Werner dan Kai Havertz, paling tidak sama dengan ketika mereka berdua bermain di klub asalnya, bisa dipastikan kondisi Chelsea tidak akan terpuruk seperti saat ini. Malah bukan tidak mungkin Chelsea bisa "terbang tinggi" ke puncak klasemen Liga Utama Inggris sampai akhir kompetisi nanti.
Kedua, The Blues Chelsea "kurang imun" karena saat ini tidak memiliki pemain berwibawa yang bisa menjadi pemimpin di lapangan. Para pemain Chelsea saat ini relatif masih muda minim pengalaman dan banyak pemain baru yang masih membutuhkan adaptasi.
Hal itu berbeda dengan Chelsea tempo doeloe, bahkan ketika Lampard masih menjadi pemain Chelsea. Waktu itu ada Didier Drogba, Petr Cech, John Terry, dan termasuk Lampard sendiri.
Chelsea sekarang ini memang memiliki pemain senior yang cukup bagus, yakni Olivier Giroud. Â Akan tetapi Giroud bukanlah pemain yang cukup berwibawa. Bahkan ia hanya seorang pemain yang sering duduk di bangku cadangan.
Chelsea bisa bangkit dari keterpurukan seperti saat ini. Paling tidak kuncinya dua hal tadi. Pertama, performa para pemain rekrutan baru Chelsea terutama penyerang Timo Werner dan gelandang Kai Havertz bisa dimaksimalkan sehingga mencapai performa terbaiknya.
Kalau hal pertama terpenuhi, maka dengan sendirinya hal kedua, yakni masalah tidak adanya pemain yang berwibawa akan terpenuhi. Kalau performa Timo Werner dan Kai Havertz mencapai performa terbaiknya, dengan sendirinya mereka akan menjadi pemain yang berwibawa dan menjadi pemimpin bagi para pemain Chelsea lainnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H