Kalau Ferdinand Hutahaean menyerang dan menghantam Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Fadli Zon, tokoh KAMI (Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia), atau mereka yang selama ini sering mengeritik pemerintah, mungkin sudah biasa. Bahkan hal itu bisa dikatakan sudah menjadi "passion" Ferdinand Hutahaean.
Akan tetapi merupakan hal yang agak aneh jika Ferdinand Hutahaean keluar dari "passion" nya itu. Seperti ketika ia menyerang Wakil Presiden KH. Ma'ruf Amin.
Bukan tanpa sebab Ferdinand Hutahaean melakukan hal itu. Muasalnya ketika ada pernyataan dari Juru Bicara Wakil Presiden, Masduki Baidlowi yang menyebut bahwa Wakil Presiden KH. Ma'ruf Amin menyambut baik gagasan pertemuan antara dirinya dengan pimpinan FPI (Front Pembela Islam), Habib Rizieq Shihab.
Menurut Masduki Baidlowi, Wakil Presiden menyatakan tidak ada masalah, welcome jika ada gagasan pertemuan dengan Habib Rizieq Shihab. Itu hal yang bisa dilakukan selama membawa kebaikan bagi bangsa dan negara.
Ferdinand Hutahaean sepertinya tidak setuju dengan sikap Wakil Presiden KH. Ma'ruf Amin dan pernyataan Juru Bicara Wakil Presiden, Masduki Baidlowi. Sebab dalam pandangan Ferdinand Hutahaean, FPI dan pimpinan FPI Habib Rizieq Shihab adalah musuh negara.
Melalui akun twitternya @FerdinandHaean3, Ferdinand Hutahaean "berkicau" mengomentari hal tersebut. "Kicauan" Ferdinand Hutahaean tertanggal 21 November 2020 itu persisnya seperti ini, Â "Jubir : Wapres Ma'ruf Amin Tak Masalah Bertemu Habib Rizieq Dan Kami pun sebetulnya tak masalah dan tak keberatan kalau pak Ma'ruf mau mundur dari kursi Wapres dan bergabung dengan FPI. Kami iklas pak...! Biar kursi wapres diisi yang bisa kerja..! Maaf ya..!" Â
Paling tidak ada dua hal menarik dari "kicauan" Ferdinand Hutahaean di atas. Yaitu pertama, "Kami pun sebetulnya tak masalah dan tak keberatan kalau pak Ma'ruf mau mundur dari kursi Wapres dan bergabung dengan FPI." Kedua, "Kami iklas pak...! Biar kursi wapres diisi yang bisa kerja..!"
Dalam kalimat "kicauan" pertama secara eksplisit Ferdinand Hutahaean memang tidak menyuruh Wakil Presiden KH. Ma'ruf Amin untuk mundur dari jabatannya. Akan tetapi secara implisit sangat jelas, Ferdinand Hutahaean menghendaki Wakil Presiden KH. Ma'ruf Amin mundur dari jabatannya.
Selain itu secara implisit, Ferdinand Hutahaean memandang bahwa tak boleh ada komunikasi sama sekali  dengan FPI. Sebab siapa pun yang  melakukan komunikasi atau bersilaturahmi dengan FPI, ia nilai  sebagai bagian dari FPI itu sendiri. Â
Selanjutnya dalam "kicauan" kedua Ferdinand Hutahaean. Secara eksplisit Ferdinand Hutahaean memang  tidak menyebut Wakil Presiden KH. Ma'ruf Amin tidak bisa kerja. Akan tetapi secara implisit "kicauan" kedua Ferdinand Hutahaean itu dengan sendirinya  "membongkar" penilaian atau persepsi Ferdinand Hutahaean sendiri terhadap Wakil Presiden KH. Ma'ruf Amin . Ternyata selama ini Ferdinand Hutahaean menilai atau memandang bahwa Wakil Presiden KH. Ma'ruf Amin sebagai orang yang tidak bisa kerja.
Sikap dan pandangan Ferdinand Hutahaean terhadap apa pun terhadap siapa pun adalah hak dia sendiri dan merupakan bagian dari kebebasan berfikir. Apakah Ferdinand Hutahaean mau menyebut sesuatu berbeda dari fakta sebenarnya, itu juga tidak masalah.
Hak Ferdinand Hutahaean sendiri ketika ia menyebut bahwa harimau sebagai kucing atau sebaliknya, misalnya. Tidak ada yang melarang juga jika suatu waktu Ferdinand Hutahaean mengatakan bahwa ikan piranha sejenis ikan yang tidak bisa berenang. Tidak masalah.
Hanya saja ketika menilai sesuatu yang besar, yang menyangkut bangsa dan negara tentu Ferdinand Hutahaean atau siapa pun perlu berhati-hati. Seperti ketika menyebut Wakil Presiden KH. Ma'ruf Amin sebagai orang yang tidak bisa kerja. Sebab selain tidak faktual, hal itu juga berpotensi memunculkan respon yang kontraproduktif dari pihak lain, terutama para pendukung KH. Ma'ruf Amin sendiri.
Betulkah Wakil Presiden KH. Ma'ruf Amin adalah orang yang tidak bisa kerja ? Menjawab pertanyaan ini mungkin cukup melakukan flash back beberapa saat sebelum Pilpres 2019.
Dijadikannya KH. Ma'ruf Amin sebagai calon wakil presiden oleh calon presiden Joko Widodo memang agak kontroversial. Sebab waktu itu, orang  yang santer disebut-sebut akan diambil sebagai calon wakil presiden oleh calon presiden Joko Widodo adalah Mahfud MD. Dalam last minutes penentuan calon wakil presiden, ternyata calon presiden Joko Widodo tidak jadi mengambil Mahfud MD sebagai calon wakil presiden, melainkan  KH. Ma'ruf Amin .
Waktu itu calon presiden Joko Widodo mungkin memiliki pertimbangan lain. Walaupun tidak sedikit pihak yang menilai calon presiden Joko Widodo mengambil KH. Ma'ruf Amin sebagai calon wakil presiden merupakan bagian politik identitas. Â Â
Terkait posisi KH. Ma'ruf Amin , ada satu hal yang perlu dicatat. Calon presiden Joko Widodo adalah orang yang lekat dan erat dengan jargon "kerja, kerja, kerja". Oleh karena itu apakah mungkin waktu itu calon presiden Joko Widodo akan mengambil orang yang "tidak bisa kerja" sebagai calon wakilnya?
Jangankan untuk posisi kedua setelah dirinya, untuk posisi para pembantunya saja bisa dipastikan seorang Joko Widodo akan mengambil orang yang bisa kerja, bukan orang yang "tidak bisa kerja". Sebab "kerja" sudah merupakan prinsip dari seorang Joko Widodo.
Masalah KH. Ma'ruf Amin bisa atau tidak bisa kerja adalah masalah persepsi. Hanya saja walau pun tidak setiap hasil kerjanya dipublikasikan, kita yakin bahwa KH. Ma'ruf Amin telah bekerja melakukan banyak hal.
Cara kerja dan hasil kerja KH. Ma'ruf Amin mungkin tidak seperti wakil presiden sebelumnya. Kita tidak bisa menjadikan wakil presiden sebelum KH. Ma'ruf Amin sebagai acuan. Sebab setiap orang memiliki cara dan gaya berbeda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H