Masih ingat kasus seorang TKI (Tenaga Kerja Indonesia) yang bekerja di Korea bernama Yusuf yang gagal menikah? Kasus tersebut sempat viral di media sosial pada tahun 2019 lalu.
Waktu itu Yusuf menjalin hubungan LDR dengan seorang wanita, seorang TKW (Tenaga Kerja Wanita) yang bekerja di Taiwan. Selama menjalani hubungan LDR, Yusuf dan wanita itu belum pernah bertemu sekali pun. Keduanya hanya saling kenal dan berkomunikasi melalui media sosial atau telepon.
Setelah menjalin hubungan LDR selama dua tahun, Yusuf berniat untuk menikahi wanita itu. Kemudian Yusuf pun terbang ke Taiwan dengan maksud menikah dengan calon istrinya itu.
Akan tetapi betapa kecewanya Yusuf setelah mengetahui wajah asli calon istrinya itu. Keadaan sang calon istri sangat berbeda dengan wanita yang selama ini dipacarinya.
Tentu saja, Yusuf kemudian membatalkan pernikahan itu. Yusuf merasa tertipu dan dibohongi karena keadaan foto wanita yang selama ini dipacarinya sangat cantik sementara keadaan aslinya berlainan.
Yusuf boleh jadi tidak sendirian. Sangat mungkin banyak orang selain Yusuf mengalami hal serupa. Mungkin juga posisinya terbalik, bukan si pria yang tertipu tapi si wanitanya.
Menjalin hubungan melalui perkenalan di dunia maya sesungguhnya bisa dikatakan kurang aman dan beresiko. Tidak hanya bersifat menipu tapi juga seringkali bersifat merugikan.
Bahkan tak jarang perkenalan di dunia maya dijadikan modus oleh pihak-pihak tertentu untuk melakukan tindakan kriminal. Seperti pemerasan, penipuan, pemerkosaan, atau pembunuhan. Hal-hal seperti itu sudah banyak terjadi.
Bagaimana jika menggunakan layanan kencan online untuk mendapatkan pasangan ? Â Tentu boleh-boleh saja.
Akan tetapi namanya juga online, tetap bersifat maya, tidak sebenarnya. Artinya peluang orang untuk "menipu" atau "tertipu" tetap ada.
Dalam hubungan di dunia maya orang bisa dengan mudah merekayasa atau  memanipulasi diri agar terlihat perfect. Baik hal-hal yang bersifat fisik seperti wajah atau pun hal lain yang bersifat non-fisik seperti suara. Apalagi adanya teknologi yang sudah sedemikian maju dan juga banyaknya aplikasi sangat memungkinkan hal itu.
Layanan kencan online, baik melalui beberapa situs atau aplikasi mungkin diperlukan oleh sebagian orang yang tidak memiliki cukup waktu atau kesempatan untuk mencari pasangan secara langsung. Sah-sah saja.
Akan tetapi jangan sampai hal itu menghilangkan kewaspadaan dan kehati-hatian. Alih-alih ingin mendapatkan pasangan yang ideal, tapi malah mendapatkan pasangan yang sial.
Mencari pasangan melalui layanan kencan online jangan sampai seperti "beli kucing dalam karung". Hanya tahu beli kucing, tapi tidak tahu warna, bentuk, atau ukuran kucing itu sendiri.
Dalam mencari pasangan melalui layanan kencan online prinsip "teliti sebelum membeli" seharusnya dijadikan pegangan siapa pun. Kalau tidak, akan sangat mungkin akan berakhir dengan kekecewaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H