Mohon tunggu...
Wiwin Zein
Wiwin Zein Mohon Tunggu... Freelancer - Wisdom Lover

Tinggal di Cianjur

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pesan Jimly Asshiddiqie Mengenai KAMI

3 Oktober 2020   20:17 Diperbarui: 4 Oktober 2020   05:29 898
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berbagai kegiatan KAMI (Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia) yang dilangsungkan di sejumlah tempat, baik pertemuan, silaturahmi, atau pun deklarasi hampir selalu mendapat reaksi negatif dari sejumlah pihak. Ironisnya ada sinyalemen bahwa pihak-pihak yang menolak KAMI, yang melakukan upaya pelarangan, penjegalan, atau pembubaran kegiatan KAMI itu merupakan massa bayaran.  

Sinyalemen itu sempat disampaikan oleh presidium KAMI sendiri, Gatot Nurmantyo sewaktu melakukan kegiatan silaturahmi dan deklarasi di Surabaya, Senin (28/09), yang mendapat penolakan dari sejumlah pihak. Waktu itu Gatot Nurmantyo mengatakan kepada para wartawan bahwa keberadaan KAMI menjadi berkah karena ada rezeki bagi rekan-rekan yang ikut demo.

Bukan tanpa alasan Gatot Nurmantyo mengatakan hal itu. Sewaktu kegiatan silaturahmi dan deklarasi KAMI di Surabaya, ada dua orang demonstran yang mengaku ikut demo karena dibayar. Begitu pula sewaktu kegiatan silaturahmi dan deklarasi KAMI di Bandung (07/09), ada seorang demonstran yang tertangkap dan mengaku ikut demo dibayar seratus ribu rupiah.

Mereka yang mengaku dibayar mungkin hanya oknum, tidak mewakili massa demonstran atau pihak yang menolak KAMI. Akan tetapi pandangan atau penilaian terhadap massa lain yang ikut demo adalah massa bayaran juga tak akan terelakkan.

Anggaplah massa yang menolak KAMI, yang sempat tertangkap itu hanya oknum. Artinya massa yang lain, yang melakukan upaya pelarangan, penjegalan, atau pembubaran kegiatan KAMI adalah murni karena tidak setuju atau tidak sepaham dengan KAMI.

Kalau pun begitu, apakah mereka berhak melakukan itu terhadap KAMI ? Mereka adalah rakyat sipil, warga negara biasa, bukan aparat keamanan. Tindakan yang mereka lakukan terhadap KAMI apa pun alasannya tidak bisa dibenarkan secara hukum.

Dalam negara demokrasi, tidak boleh ada dominasi satu kelompok terhadap kelompok lain. Terlebih lagi tidak boleh ada kelompok yang mencoba melakukan tindak kekerasan atau persekusi terhadap kelompok lain.

Apalagi jika kelompok yang melakukan tindak kekerasan atau persekusi itu melakukannya atas nama demokrasi atau Pancasila. Tentu merupakan suatu hal yang kontradiksi dengan nilai-nilai demokrasi dan Pancasila itu sendiri.

Lagi pula apa yang dilakukan oleh KAMI tidaklah bertentangan dengan konstitusi. Mereka tidak melakukan kegiatan yang anarkis, subversif, apalagi membahayakan keselamatan negara.

Orang-orang KAMI hanya melakukan kritik, saran, membuka diskursus tentang negara, dan beberapa hal lainnya. Semuanya masih dalam bingkai konstitusi.  

Kalau pun ada reaksi negatif  kepada KAMI bukanlah karena apa yang dilakukan oleh KAMI itu menyalahi konstitusi, tapi karena alasan politis atau karena masalah suka dan tidak suka saja. Akan tetapi itu semua tidak bisa dijadikan pembenaran atas tindakan yang  tidak konstitusional terhadap KAMI.

Satu-satunya kesalahan KAMI dengan berbagai kegiatannya saat ini adalah mereka kurang memiliki kepedulian terhadap wabah Covid-19 yang sedang terjadi. Indikatornya mereka tetap melakukan kegiatan-kegiatan yang mengundang kerumunan massa. Mereka kurang memperhatikan protokol kesehatan, terutama masalah physical distancing.

Sebagian pihak yang kontra terhadap KAMI juga menjadikan hal itu sebagai alasan menolak atau membubarkan KAMI. Walau pun begitu, tetap saja pihak yang kontra terhadap KAMI tidak memiliki legalitas untuk melakukan tindakan-tindakan kontra konstitusi terhadap KAMI. Ada pihak yang lebih berhak dalam hal ini, seperti tim Gugus Penanggulangan Covid-19 misalnya.

Mengenai KAMI, ada pesan yang menarik dari mantan Ketua Mahkamah Konstitusi, Jimly Asshiddiqie. Menurut Jimly, tidak perlu memusuhi KAMI apalagi sampai takut atau mem-bully.

Kalau ada yang tidak setuju dengan KAMI, Jimly menyarankan untuk mengabaikan saja agar tidak menambah kebencian dan permusuhan. Semua pihak menurut Jimly agar saling bertoleransi sesuai semangat Pancasila.    

Terhadap pemerintah, Jimly Asshiddiqie juga berpesan agar menghormati dan mendengarkan aspirasi KAMI. Hal itu karena menurut Jimly, tokoh-tokoh yang tergabung dengan KAMI adalah orang-orang terhormat, bukan orang sembarangan.

Apa yang disampaikan oleh Jimly Asshiddiqie perlu direnungi dan diapresiasi. Kita atau  siapa pun mungkin merasa kurang setuju dengan apa yang dilakukan oleh KAMI. Tidak masalah, sebab rasa suka atau tidak suka pasti ada dalam diri setiap orang.

Hanya saja, sikap yang tidak boleh ada adalah sikap yang bertentangan dengan nilai-nilai demokrasi dan konstitusi. Kalau sikap itu dipelihara atau malah ditumbuhkan dalam diri, maka sebagaimana dikatakan oleh Jimly Asshiddiqie hanya akan menambah kebencian dan permusuhan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun