Arie Hanggara sering mendapat kekerasan dari ayah kandungnya Machtino Eddiwan dan ibu tirinya Santi. Arie kerap dipukul, ditendang, ditampar, disuruh jongkok dan berdiri secara terus menerus sampai kelelahan. Tak jarang kepala Arie dibenturkan ke tembok dan dikurung di dalam kamar mandi.
Suatu hari setelah disiksa sedari siang sampai malam hari, pada malam harinya Arie disuruh menghadap tembok. Kepalanya kemudian dibenturkan ke tembok dan tidak diperbolehkan makan dan  minum.
Mendapat siksaan sedemikian rupa Arie Hanggara akhirnya terkapar. Ayahnya membawa Arie ke rumah sakit, tetapi di  perjalanan meninggal dunia. Arie mengalami hari yang naas, 8 November 1984.
Tubuh Arie Hanggara dipenuhi tak kurang dari 40 luka yang menyebar hampir di sekujur tubuhnya. Di punggung, pinggang, pantat, dada, dan yang terbanyak di kedua lengan Arie.
Kasus tersebut kemudian ditangani dan diproses oleh pihak kepolisian. Setelah dilakukan proses persidangan, ayah kandung Arie Hanggara divonis 5 tahun penjara. Sementara ibu tirinya divonis 2 tahun penjara.
Dua kasus berbeda yang terjadi berkaitan dengan meninggalnya seorang anak oleh orang tua kandungnya itu menandakan satu hal, bahwa orang tua tersebut memiliki watak yang buas. Apa yang dilakukan oleh sang anak, yang memicu kemarahan orang tuanya mungkin hanya sebuah alasan pembenar saja bagi si orang tua. Seperti alasan yang dilakukan LH menyiksa anaknya karena susah diajari belajar online misalnya, itu hanya bentuk pembenaran atas watak buas dirinya saja untuk melakukan penyiksaan terhadap anaknya itu.
Sebesar apa pun kesalahan yang dilakukan oleh seorang anak, bukan menjadi alasan bagi orang tua untuk menghukum anak dengan siksaan fisik. Apalagi akibat siksaan itu sampai menyebabkan sang anak kehilangan nyawa.
Dua kasus anak yang meninggal karena penganiayaan yang dilakukan oleh orang tua kandungnya di atas tidaklah tunggal. Selain kedua kasus itu ada pula kasus serupa lainnya.
Kekerasan terhadap anak yang dilakukan oleh orang tuanya saat ini memang masih kerap terjadi, walaupun tidak sampai menyebabkan sang anak meninggal dunia. Hal itu tentu harus menjadi perhatian kita semua. Peran pemerintah dan tokoh agama dalam hal ini, untuk mengurangi hal tersebut tentu sangat penting dan sangat diperlukan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H