Hari senin tanggal 14 September 2020 kemarin, gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan secara resmi kembali menerapkan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) total sebagaimana awal adanya wabah Covid-19 bulan Maret lalu. Kebijakan Anies Baswedan tersebut menuai tentangan dari banyak pihak, terutama para pengusaha yang khawatir dan merasa terancam akan hilangnya pendapatan mereka.Â
Tak hanya para pengusaha, beberapa orang menteri dan beberapa orang yang ada di lingkaran pemerintahan presiden Jokowi pun melakukan hal yang sama. Mereka menentang Anies Baswedan menerapkan kembali PSBB total.
Sebetulnya agak aneh juga apa yang dilakukan oleh beberapa orang menteri dan beberapa orang yang ada di lingkaran pemerintahan presiden Jokowi itu. Sebab Anies Baswedan menerapkan kembali PSBB adalah karena beberapa alasan objektif. Yaitu terus meningkatnya kasus positif Covid-19 di Jakarta, tingkat kematian yang tinggi, dan tempat isolasi dan ICU khusus Covid-19 yang sudah over capacity.
Artinya apa yang dilakukan oleh Anies Baswedan merupakan sebuah upaya, sebuah ikhtiar agar wabah Covid-19 tidak semakin merajalela. Sejauh ini upaya yang dilakukan oleh Anies Baswedan hanya PSBB. Upaya lain selain PSBB seperti lock down misalnya, tentu tak mungkin dilakukan karena tak akan mendapat restu dari pemerintah pusat.
Situasi sekarang ini mungkin akan sedikit berbeda, jika saja wakil presiden saat ini masih JK (Jusuf Kalla). Anies Baswedan tidak akan banyak mendapat tentangan dan "serangan" dari beberapa pihak yang ada di lingkaran istana.
Hal tersebut dikarenakan JK memiliki pemikiran dan pendapat yang tak jauh berbeda dari apa yang dikemukakan oleh Anies Baswedan. JK pun mendukung penuh penerapan PSBB yang dilakukan oleh Anies Baswedan.
Sebagaimana dilansir kompas.com (13/09), JK menyebut penerapan PSBB merupakan suatu keharusan. Menurutnya tindakan tegas harus diambil untuk mencegah penyebaran terus terjadi agar situasi tidak menjadi lebih berbahaya.
JK berpandangan bahwa hal utama yang perlu ditangani terlebih dahulu dalam pandemi saat ini adalah virus corona itu sendiri, setelah itu baru menangani ekonomi. Menurutnya, ketika sebab utamanya hilang, maka ekonomi akan lancar lagi.
JK dalam hal ini ternyata lebih faham dan lebih care dengan keselamatan dan kesehatan warga masyarakat. Padahal Jusuf Kalla bukan seorang ahli kesehatan, tapi lebih cenderung sebagai seorang ahli ekonomi karena beliau merupakan seorang pengusaha sukses.
Seandainya JK saat ini adalah wakil presiden sangat mungkin pula konsep penanganan wabah Covid-19 akan lebih jelas dan terarah. Bukan tidak mungkin pula seandainya JK saat ini adalah wakil presiden, wabah covid-19 akan lebih cepat diatasi.
Sayangnya JK saat ini bukan seorang wakil presiden lagi. JK "hanya" seorang Ketua Umum PMI (Palang Merah Indonesia) yang tidak memiliki kapasitas dalam hal penanganan wabah covid-19 sebagaimana kapasitas yang dimiliki oleh seorang wakil presiden.
Sejatinya wakil presiden saat ini, KH. Ma'ruf Amin bisa mengambil peran yang bisa dimainkan oleh JK. Akan tetapi sayangnya kita tidak melihat hal itu. Bahkan saat ini wakil presiden seperti tenggelam di tengah wabah covid-19.
Nama wakil presiden KH. Ma'ruf Amin memang sempat muncul beberapa waktu lalu, tetapi bukan terkait perannya dalam menangani wabah covid-19. Nama KH. Ma'ruf Amin muncul justru terkait isu akan mundur dan diganti oleh Menteri Pertahanan Prabowo Subianto.
Banyak publik tentu bertanya-tanya, ke mana gerangan wakil presiden KH. Ma'ruf Amin ini ? Apakah tidak diberi peran atau tidak bisa memainkan peran ? Tak seorang pun tahu persis apa yang sedang terjadi.
Agar wabah covid-19 segera bisa diatasi tentu membutuhkan peran dan kontribusi dari para pemimpin negeri ini, termasuk peran dan kontribusi dari seorang wakil presiden. Dalam hal ini tak ada kata terlambat. Wakil presiden bisa segera mengambil peran dan memberikan kontribusi terbaiknya demi negeri ini.
Wakil presiden KH. Ma'ruf Amin bukanlah JK. Wakil presiden KH. Ma'ruf Amin tak perlu pula menjadi JK. Akan tetapi wakil presiden KH. Ma'ruf Amin bisa memainkan peran dan memberikan kontribusi lebih dari apa yang bisa dilakukan oleh JK.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H